Friday, October 08, 2010


If I Become

Pagi ini terasa begitu cerah, seiring langkahku menelusuri pinggiran kota Jakarta tercinta ini…

O,ya perkenalkan namaku Reva…. Kebetulan aku pernah membintangi film layarlebar dan iklan pembalut wanita…

Entah mengapa hari ini aku ingin sekali berjalan di pinggiran kotaku ini, ingin rasanya aku melihat langsung kehidupan yang selama ini hanya aku saksikan dari layar televisi….
Mataku tertumbuk pada seorang wanita yang nampak sebaya denganku membawa bakul jamu yang masih kosong.
‘pagi m’Bak… mau ambil jamu ya?’ ujarku seraya memperkenalkan diri pada wanita yang bernama Minah itu…
‘iya m’Bak Reva…kebetulan saya mau ke tempat juragan Karta, mau ambil jamu’
‘Boleh saya temenin m’Bak?’ tanyaku lagi
‘Aduh m’Bak Reva…. Jangan….’ Jawab Minah dengan pandangan ketakutan..
‘Lho, kenapa m’Bak?’
‘m’Bak Reva orang baik… kalau m’Bak bantu saya, nanti m’Bak nyesel’ kata Minah sambil mulai melangkah lagi…
Aku mengiring langkah Minah, aku bertekad apapun yang harus aku lakukan dan aku korbankan, aku akan membantu Minah…
‘m’Bak, aku ikhlas membantu m’Bak, walau apapun yang akan terjadi… m’Bak jangan mengkhawatirkan saya…. Saya yang akan menanggung semua resikonya’ ujarku dengan penuh tekad….
Aku dapat melihat kebimbangan Minah dalam menentukan jawaban, nampak sekali ia mengkhawatirkan diriku…. Namun kebulatan tekadku akhirnya membuat Minah menyerah…

Kini kami berdua tiba di depan tembok pabrik jamu tempat Minah mengambil dagangannya.

Suasana pabrik ini berbeda dengan pabrik jamu lainnya yang pernah aku kunjungi pada saat raodshow atau undangan lainnya. Tempat ini dingin, muram bahkan lebih seperti benteng tahanan.
Terlebih ketika pintu gerbang dibuka oleh seorang pria bertubuh tinggi besar dengan kumis baplang bagai centeng di perkebunan.

Pandangangan matanya membuat aku bergidig ngeri… tapi aku membulatkan tekadku untuk membantu Minah, kasihan dia…

+++++

Nah, ini pasti juragan Karta
Orang ini menyebalkan sekali… dengan perut buncit dan kepala botak membuat tampangnya sangat menggelikan.
Belum lagi gayanya, huh menyebalkan, mengenakan kaus singlet, sarung lusuh, duduk di kursi sambil menghisap klobotnya dengan nikmat…

Ampun… aroma klobot dan tubuhnya membuatku mual… Aku melihat bahwa Minah juga sebenarnya menahan muntah….

‘Eeeehhh Minah…. Ada apa n’Duk?’ Tanya juragan Karta tanpa merasa perlu mempersilahkan kami duduk.
‘Anu juragan… saya mau ambil jamu buat jualan….’ Minah terbata menjawab…
‘n’Duk n’Duk’… jawab juragan Karta dengan nada melecehkan… ‘Hutang jualanmu yang kemarin belum kamu lunasin… sekarang mau ambil barang lagi’
‘Maaf juragan… saya janji semua hutang akan saya lunasi’ jawab Minah dengan lesunya…
Kasihan Minah, nampak sekali kalau ia tertekan, dan juragan ini, ia lebih baik disejajarkan dengan hewan buas yang mempermainkan mangsanya sebelum dimakan.’

‘Baiklah n’Duk… sekali ini bapak masih mau bantu kamu… apa lagi kamu bawa pembayar hutangmu buat bapak…’ katanya dengan menyebalkan sambil memandang diriku dengan tatapan mesum….
‘Ampun juragan..’ seru Minah sambil bersimpuh di kaki juragan Karta….’ Biar saya saja yang menjadi pembayaran hutang… ‘
‘n’Duk… jangan ngangkangi juraganmu… kamu itu cuma cukup buat bayar bunga… itupun pas-pasan…’

Kurang ajar sekali juragan ini… padahal Minah sebetulnya manis, bahkan tubuhnya yang dibalut kebaya yang diikat di bagian perut dan sarung batik yang tinggi bagian bawahnya sepuluh senti di atas lutut, cukup padat berisi…

Aku tak mau Minah dihina lebih lama lag, maka aku tarik tank top pink yang aku kenakan melalui kepala
‘Juragan... saya siap manjadi pembayaran hutang Minah…’ ujarku sambil meloloskan celana selututku dan berjalan mendekati juragan karta yang matanya seakan meloncat keluar dari rongganya, melihat tubuh polosku dan vagina ku yang tanpa bulu

Minah memegangi kakiku, menghalangi niatku untuk menyerahkan tubuhku pada juragan gila ini…
‘Jangan m’Bak… jangan…’
Namun juragan karta menghardik Minah…
‘hush n’Duk… temenmu sendiri yang rela…. Kamu mendingan telanjang dan layani Kadi dan Simin…
Tuh udah pada ngaceng…’ ujar juragan Karta sambil menunjuk penjaga gerbang dan temannya yang sama tidak menariknya… mereka berdua sudah menurunkan celana lusuh mereka dan mengocok penis mereka yang sudah sangat tegang itu
‘ Atau n’Duk mau temen mu ini ta’ suruh ngelayani mereka?’ ancam juragan Karta….

Minah tak punya pilihan lain, ia masih ingin melindungi diriku yang kini polos tanpa busana berjongkok mengangkang di depan penis juragan karta yang beraroma tak sedap, dan bulu kemaulan yang lebat tak terawat…
Aku melihat Minah menanggalkan kebaya dan sarung batiknya lalu dengan perlahan menghampiri Kadi dan Simin, yang dengan kasar merebahkan Minah di sebuah meja bundar kecil hingga kepala gadis itu terjuntai di ujung meja memaksa mulutnya membuka.

Aku tak bisa lama melihat Minah yang kini disetubuhi dengan liar di vagina dan mulutnya oleh kedua begundal itu, karena juragan Karta menyentak kepalaku dan membenamkan seluruh penisnya ke dalam tenggorokanku…

Uuugh aromanya, memuakkanku… aku memang ingin muntah, tapi juragan karta menahan kepalaku dengan ketat, dan aku lebih baik menahan muntahku daripada nanti orang ini makin menyiksaku….

Aku harus membuat bajingan ini cepat berejakulasi, maka sebisaku aku memainkan lidahlu di batang penisnya yang berdaki itu, sambil aku elus lembut kantung zakarnya.
Namun juragan Karta menginginkan pelayanan yang labih dari sekedar oral… kini ia memintaku untuk menduduki penisnya yang siap mengaduk vagina ku.

Aku tak ingin memandang wajah bajingan ini maka aku rengkuh kepala botak juragan Karta dan aku biarkan ia menikmati lembut payudaraku, aku biarkan ia mencupangi payudaraku, mengulum dan menggigiti putingku yang jujur terangsang dan mengeras.

Aku miris melihat Minah yang disodomi bergantian oleh Kadi dan Simin, nampak sekali penderitaan gadis itu, yang tertelungkup di meja menahan perih dianusnya. Maka aku mempercepat goyangan pinggulku, aku menaik turunkan tubuhku di atas penis juragan Karta yang kini berkedut dalam vaginaku…
Ah akhirnya, semburan sperma menjijikan itu akhirnya keluar juga…. Geli juga merasakan semburan itu mambasahi relung vagina dan rahimku…

Aku lalu kembali berjongkok dan membersihkan penis yang baru saja membombardir vaginaku, lalu aku berbisik pada juragan Karta…
‘Juragan… ijinkan saya melunasi hutang Minah, kasihan dia…’
Juragan karta melirik tak acuh,
‘Di, Min! sudah tinggalin itu barang bekas’ serunya penuh penghinaan… ‘ini lonte mau gantiin dia’
Kadi dan Simin menyeringai penuh nafsu memandangi ketelanjangan diriku, lalu seakan kain kumal, Kadi menendang pantat Minah hingga tersungkur di kaki juragan Karta, sementara Simin dengan pongahnya melumat bibirku yang masih lengket dengan sperma juragan Karta…

Kadi segera merebahkan dirinya di lantai, lalu dengan sedikit paksa Simin memaksaku mengangkangi penis Kadi yang panjang dan besar itu.
Perlahan aku memasukkan penis itu ke dalam vaginaku, ngilu juga karena penis itu panjang dan tebal…
‘Aduuuh… aw… aw… aw’ rintihku karena Simin dengan tak sabarannya menekan tubuhku hingga penis Kadi amblas seluruhnya di vaginaku, bahkan aku merasakan kepala penis itu menyentuh dinding rahimku.

Belum juga aku beradaptasi, Kadi sudah merengkuh pundakku, dan menarik ke arah dadanya, hingga kini payudara montokku berhimpitan dengan dada gembyor Kadi.
‘Aduh… ampun…ampuuun’ jeritku pilu tanpa dihiraukan oleh mereka, bagaimana tidak… Simin dengan paksa ikut menjejalkan penisnya ke dalam vaginaku….
Sakit sekali… vaginaku serasa sobek… namun kedua bajingan ini malah makin menyiksaku dengan mulai menggenjotiku dengan brutal…

Aku meringis kesakitan di antara sodokan mereka, air mataku mengalir… namun mereka tetap mengaduki vaginaku dengan liar… samar aku melihat Minah yand kini terlentang di bawah kaki juragan Karta… bajingan tua itu benar-benar menjadikan Minah keset kakinya yang kotor itu…

Namun aku tak bisa terlalu lama memperhatikan Minah… kondisiku sendiri begitu mengenaskan.
Selesai menghancurkan vaginaku dengan brutal, mereka menelungkupkan aku di lantai , Simin memengangi tanganku ke belakang, hingga payudaraku tertekan ke lantai kasar itu… lalu pria itu mengangkat pinggulku hingga menungging…

Oh tidak… Simin meludahi liang anusku…. Aku coba berontak, namun Kadi menahanku dengan duduk di bahuku…

‘Sakiiiiiiiiiiiiiiiit… ampuuuuun… cabuuuut…!’ raungku tak perduli sekitar…. Simin dengan kasarnya menyodomiku… penisnya mengacak lubang pantatuku… aduhh, sakit, perih… Dan sakit itu membuatku lemah… aku tak kuasa lagi meronta… aku hanya terisak menerima siksaan ini…
Biarlah… yang penting niatku bulat… aku mau membantu Minah….

‘Auch…’ pekiku tertahan ketika Simin mendadak mencabut penisnya dari anusku… Namun,
‘Aaaahhh…’ kembali pantaku ditembus penis Kadi, kembali pantatku manerima siksaan…

‘Ayo neng… buka mulutnya… bersihin nih kontol… ada kotorannya…’ kata simin sambil mengunci rahangku…
Aku begitu lemas… aku tak mampu lagi meronta… dan kini aku harus merasakan aroma kotoranku sendiri… tawa ketiga bajingan itu makin menghancurkan harga diriku….
Simin menarik penisnya yang sudah bersih dan melangkah ke belakangku…
‘Nah sekarang kontol akang, neng…’
Aku hanya bisa pasrah… Kadi meminta jatah mulutku untuk membersihkan penisnya yang kotor… sementara pantaku lagi lagi diisi penis Simin…

Entah berapa kali mereka berotasi memperkosa anus dan mulutku… hingga pada akhirnya, mereka memasukkan penis kotor mereka ke dalam vaginaku, dan berejakulasi dengan sukses di dalam rahimku…

+++++

Kini dengan tertatih, menahan sakit di selangkangan, aku dan Minah meninggalkan pabrik terkutuk itu… namun ucapan Minah membuat aku tersadar kalau bajingan-bajingan itu masih akan menikmati tubuh kami lagi…
‘m’Bak sebaiknya nanti jangan ikut ketika saya mengembalikan botol jamu… biar saya saja sendiri…’

+++++

Mentari yang terik tak menyurutkan langkah kami untuk menjajakan jamu… ternyata pekerjaan ini sangat melelahkan… selain perjalanan yang kami tempuh, ternyata pelecehan menjadi bagian tersendiri yang tak bisa lepas dari profesi ini.

Colekan iseng, remasan di pantat, payudara sudah menjadi bagian dari penjajaan jamu…
Bahkan lebih dari itu…

Sekelompok supir truk yang sedang istirahat memanggil kami… Minah kembali ingin melindungiku dengan melarang diriku menghampiri supir-supir itu
Namun justru aku yang lebih dahulu menghampiri mereka…

‘Eeee… tukang jamunya manis ya…’ kata seorang dari mereka sambil mengelusi tenganku… aku hanya tersenyum sambil menyiapkan jamu yang diseduh Minah kemudian aku bagikan pada supir- supir itu…
Tangan-tangan nakal kembali menyerang tubuh kami..
Minah coba menepis tangan mereka dari tubuhku, namun akhirnya malah kami yang jadi bulan-bulanan mereka…

Kami dinaikkan ke bak salah satu truk yang cukup besar… pakaianku, langsung hilang entah ke mana. Minah tak lebih baik dari kondisiku… kami bersimpuh dilantai bak, dan mulut ku dan Minah seakan menjadi tempat perlombaan deepthroath supir-supir itu…
Setiap mereka ejakulasi di mulut kami, supir berikutnya siap mengantri.

Lalu mereka menunggingkan kami berdua saling berhadapan… mereka mulai menunggangi kami dari belakang… kami berdua, aku dan Minah, jarak wajah kami hanya sepencium saja, hingga desah nafas kami saling menghangatkan wajah kami yang sudah sangat berpeluh, bahkan tanpa ingat siapa yang mengomando, kami saling berpagutan.

Keliaran ciuman kami makin membuat penikmat tubuh kami menggila… Sodokan-sodokan penis mereka di vagina dan anus kami makin liar… dan semburan-semburan sperma, mengiringi orgasme panjangku dan Minah yang tertahan sedari tadi…

++++

Ketika kami beristirahat sejenak di kolong sebuah jembatan, Minah mengeluarkan seluruh kepedihan hidupnya…aku jadi terenyuh, ternyata pendapatan kami belum mencukupi untuk keperluan hidup sehari-hari Minah, hingga gadis itu terpaksa nyambi sebagai tukang pijat… dan ternyata kolong jembatan tempat para pemulung dan pengemis berkumpul menjadi tempat Minah menawarkan jasa pijatnya…

Kini, di hadapanku seorang pengemis dengan aroma tubuh yang sangat masam, memintaku untuk memijatnya… Aku menghela nafas karena terharu akan keseharian Minah, gadis itu hanya mendapat bayaran sekitar dua ribu rupiah untuk memberikan pijat plus-plus pada orang-orang ini… jenis pelayanan yang kini dituntut dari diriku…

Aku membalur tubuh telanjangku dengan baby oil murahan yang ada di bakul jamu Minah, lalu aku mulai meliukkan tubuhku di atas pungung pengemis yang sangat menikmati ‘pijatanku’. Ketika pengemis itu membalik tubuhnya hingga terlentang, kini mulut, lebih tepatnya lidahku yang menjalankan fungsinya…
Lidahku sepat karena menjilati daki di sekujur tubuh pengemis yang nyengir kegirangan, sambil mengedip ke belakangku…

Ya ampun… kasihanya dirimu Minah… untuk dua ribu rupiah kamu rela di tunggangi sambil terus ‘memijat’ seperti yang aku alami sekarang… entah penis siapa yang bersarang seenaknya di anus dan vaginaku bergantian sementara aku kini menjilati telapak kaki kotor pengemis itu sampai bersih sebelum aku men deepthroath penis pengemis itu…

++++

Lumayan, aku dan Minah dapat mengumpulkan uang masing-masing duapuluh ribu rupiah… rupanya hari itu memang banyak pengemis, gelandangan, dan pemulung yang beristirahat hingga pendapatan kamipun jadi lumayan…

Minah tak hentinya berterima kasih atas keikhlasanku membantu dirinya… dan tangisnya makin keras karena aku memberikan semua hasil pendapatanku pada Minah…
Aku ikhlas…

Kembali kami berjalan, jujur dengan langkah diseret… hei, kami disetubuhi puluhan lelaki dalam waktu setengah hari, wajar kalau kami kelelahan dan jalan kami mengangkan, kan?

Namun sepertinya selangkangan kami akan lebih mengangkang lagi…
Gerbang pabrik jamu terbuka, dan aku melihat kalau juragan Karta mengumpulkan semua pegawai lelaki di pabrik itu dan memang menanti kedatangan kami…

Aku menggengam tangan Minah erat, dan memasuki pabrik yang gerbangnya kini menutup di belakang kami…

+++++

Pagi telah menyingsing… aku memandang Minah yang terkapar kelelahan di kamar kontrakannya yang sempit itu, setelah akhirnya kami bisa pulang dari ‘pesta’ gangbang di pabrik itu…
Kasihan Minah… dalam waktu beberapa jam lagi ia harus kembali menjalani ‘rutinitas’ ini…

Aku mengecup kening Minah, aku tinggalkan amplop coklat berisi dana yang setidaknya bisa membantu Minah untuk hidup sehari-hari sampai ia bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik…

Perlahan aku berjalan meninggalkan kontrakan Minah, aku berjalan menikmati pagi yang cerah ini…
Mataku tertumbuk pada sosok lelaki setengah baya yang sedang memanggul karung berisi botol aqua bekas…

Aku terenyuh… aku harus membantu beliau…

++++

‘Pak… saya Reva…’ kataku sambil memperkenalkan diri
‘Bolehkah saya membantu bapak?’

++++
The End

Tuesday, October 05, 2010


Nadine's survival part3: Medieval Horror.

Cukup lama Nadine mencari jalan untuk menjauhi camp militer yang untuk beberapa saat menjadi 'tempat tinggalnya'
Tanda mata di sekujur tubuhnya masih nyata, sundutan rokok, cambukan, bahkan bekas pecahnya bibir yang untungnya kini hanya meninggalkan guratan tipis….

Kini keletihan mulai menerpa seiring menjauhnya gadis itu dari camp militer itu.. Singlet militer yang dikenakannya kini kuyup oleh keringat dan memetakan payudara dan putingnya dengan jelas, serta memetakan perutnya yang rata.

Nadine menahan tubuhnya dengan sebelah lengan di pohon besar itu, lengannya yang satu lagi menyeka bibirnya, gadis itu baru saja memuntahkan isi perutnya yang kosong, kelelahan setelah pelariannya itu.

Namun istirahat nampaknya harus menunggu…. Insting Nadine yang makin terasah merasakan bahaya, gemerisik dedaunan dan pepohonan di sekitarnya membuat waspada… dan ketika teriakan perang mendadak muncul, gadis itu sudah bersiap dan segera berlari menyelamatkan diri.

Sekilas nampak pengejarnya berpakaian ala abad pertengahan, Nadine sempat berfikir bagaimana mungkin ada begitu banyak kelompok dengan bermacam background, tribe dan waktu… Nadine teringat pada suku kanibal yang memperkenalkannya pada rasa daging mentah, bahkan daging manusia, bahkan kehilangan kemampuannya untuk melahirkan, lalu pikirannya teralih ke camp militer dan kenangnnya membuat Nadine teralih dari konsentrasinya melarikan diri sehingga…

‘fuck...’ erang Nadine ketika kini tubuhnya tertangkap jaring dan tergantung di atas tanah, dan erangan putus asa makin terdengar jelas demi melihat pistol FN nya tergeletak pasrah di dasar hutan, sementara tawa riang pemburunya makin mendekat…

Benar… pemburunya menggunakan pakaian abad pertengahan, bahkan beberapa menggunakan baju zirah, kesemuanya membawa senjata, mulai daru sekedar tongkat, garu, hingga pedang dan crossbow.
Salah satu ksatria baju zirah itu mendekat, mengambil pistol Nadine, lalu tanpa keraguan menembak sekeliling jarring Nadine hingga membuat gadis itu menggeliat ngeri, demi menjaga peluru nyasar bersarang di tubuhnya. Kemudian seteleh semua peluru ditembakkan dan magazine telah dikosongkan, ksatria itu mengayunkan pedangnya memotong tali yang mengikat jaring, membiarkan tubuh Nadine jatuh berdebum di tanah.

Tanpa perlawanan berat, Nadine diringkus oleh dua pembantu pemburu yang bau tubuhnya membuat gadis itu hampir muntah.
Gadis itu dipaksa berlutut di tanah, sementara lengannya ditelikung dengan menyakitkan.

‘Finally the enemy fallen before us’ seru pemimpin perburuan itu…
‘And by god, how they mocked us, by sending a whore to destroy our nation’
Nadine coba untuk membela diri
‘Forgive me sir, I just a victim…. Same as you are… they…’
‘Silence you filthy whore!’ bentak sang ksatria… dan Nadine segera menyadari kalau kembali dirinya tak bisa melakukan negosiasi….
‘Please sir… I beg you…’ seru Nadine dengan putus asa…
Hantaman tongkat di wajahnya membuat pandangan sang gadis berkunang kunang, kembali ksatria itu membentaknya
‘No whore shall open their mouth before noble knight… especially whore with has no dignity, who flash her skin just like a common dog!’

Nadine bergidig ketika ksatria itu menyelipkan pedangnya ke balik t-shirt sang gadis, dinginya baja bersentuhan dengan kulit membuat kuduk Nadine makin meremang…

‘And since you prefer yourself to be expose as a dog… then you shall have you’re wish granted!’

Dan…rrrrrriiiiiiip…..
t-shirt Nadine terbelah dengan mulusnya…., dan sementara sang ksatria menyarungkan pedangnya dan berbalik menuju sebuah kursi yang telah dipersiapkan, rombiongan pemburu yang lain mencabik-cabik pakaian Nadine menjadi ribuan serpihan kecil, hingga kini kembali Nadine telanjang bulat, dengan tubuh sexy hasil ‘kerja keras’ yang dilaluinya, tersaji dihadapan gerombolan lelaki yang jelas meneteskan liur dan penis yang nampak menggelembung dibalik celana ketat mereka.

Kembali lengan Nadine ditelikung hingga telapak tangannya menyentuh shoulder blade yang berlawanan, kemudian diikat menggunakan tali rami…
Nadin meringis dan mengiba iba memohon belas kasihan, namun kini sebuah dental gag memaksa mulutnya membuka sangat lebar hingga sang gadis merasa kalau mereka ingin merobek wajahnya.

‘Bring over the whore!’ perintah sang ksatria dari singgasananya….
‘Let us show that bitch where she belongs’

Nadine hanya bias meringis ketika penangkapnya menjambak rambutnya dan menyeret tubuh lemahnya ke arah singgasana sang ksatria yang kini menyibakkan tunic di bagian pinggulnya.
Mata gadis itu memandang penuh iba namun ia tau tak ada yang bisa dilakukannya ketika mulutnya yang dibuka paksa diarahkan pada penis tak bersunat yang mengacung tegak.

Dan kini kembali Nadine harus merasakan hidung mancungnya bertumbuk dengan bulu kemaluan lebat dari pemerkosanya bahkan bertumbuk dengan keras sehingga gadis itu kesulitan untk bernafas.
Namun cegukan karena kekurangan nafas yang dirasakan Nadine justru menambah kenikmatan sang ksatria merasakan remasan tenggorokan Nadine memijat penisnya dan pipi sang gadis yang kembang kempis mencari nafas makin membuat penisnya serasa dimanjakan.

Kemudian mereka menelungkupkan Nadine di sebuah tunggul kayu lalu ksatria itu mengambil posisi…

Nadine melenguh kesakitan ketika anusnya ditembus penis besar sang ksatria, namun lenguhannya kembali teredam ketika penis lain mulai memperkosa mulut dan tenggorokannya dengan brutal…
Anus Nadine terasa sangat perih ketika ksatria itu mencabut penisnya dengan sekali sentak, namun siksaan baru menanti ketika dengan brutal penis yang membawa jejak darah dan kotoran dari anusnya dihujamkan dengan kasar ke dalam vaginanya yang kering…

Nadine meraung tertahan demi merasakan penis itu seakan mengoyak vaginanya.
Dengan suara berat karena menahan kenikmatan sang ksatria lalu berkata…
‘This whore need to be punished more, for shaving her pubes like a dog she is…’
Dan akhirnya Nadine merasakan semburan sperma sang ksatria, yang ia tau bukan menjadi semburan terakhir yang akan mengisi semua lubang di tubuhnya…

Bahkan apa yang dicontohkan oleh sang ksatria diikuti oleh pasukannya seperti pada saat sang ksatia selesai menumpahkan spermanya ke ddalam kerongkongan Nadine untuk yang kesekian kalinya. Sang ksatria lalu menegadahkan wajah Nadine mengarahkan penisnya tepat di mulut terbuka sang gadis dan….

Kembali Nadine merasakan pelecehan terendah demi mengetahui mulut dan tenggorokannya tak lebih tinggi dari sebuah toilet…dan kini barisan baru telah tersusun rapi…

Sepanjang hari itu, hingga malam, kelompok pemburu itu ‘merajam perempuan lacur’ yang mereka anggap sebagai pembawa sial…
Ketika mereka selesai, tubuh Nadine tergeletak tak berdaya di tanah yang kini menjadi makin basah oleh sperma dan keringat serta air seni yang membasahi tubuh sang gadis… noda lumpur, tanah, dedaunan, mengiasi tubuhnya, rambutnya yang panjang kini kust masai…

Pagi menjelang… semburan air seni sang ksatria membuat sang gadis tergagap bangun…
Para pemburu itu tertawa, lalu mereka membuka ikatan rami di tangan Nadine yang mengungu karena kekurangan aliran darah, namun kelegaan itu hanya sementara karena mereka kemudian membawa papan pasung yang digunakan untuk mengunci kepala dan pergelangan tangan sang gadis.

Nadine begitu lemah hanya untuk meronta, hingga kini pasung yang begitu ketat mengunci pergelangan tangan dan lehernya terpasang dengan kokoh, dan tambang rami yang sebelumnya menghiasi tubuh sang gadis, kini tersambung antara pasung ke pelana sang ksatria, yang berseru lantang.
‘Shall we go lads, shall we take this infidel whore to be punished by our merciful yet firm king!’

Aye!
Seruan para pemburu mengiringi langkah Nadine yang terserok, limbung menahan sakit, ketika rombongan itu mulai meninggalkan hutan. Nadine meringis menahan sakit di leher dan dipergelangan tangannya, juga di tapak kaki telanjangnya yang menerima siksaan ranting kayu, tanah berbatu dan semak berduri.

+++++

Nadine kembali tertegun… sebegitu besarkah pulau ini hingga bisa menyimpan sebuah benteng abad pertengahan seperti ini, gumamnya dalam hati demi melihat dinding kokoh benteng itu setelah mereka keluar dari hutan dan melalui savanna berbatu.

Terompet kemenangan terdengar dari balik tembok seiring gendering tanda kembalinya pasukan terdengar.

‘Have we come from holly quest!’ seru sang ksatria,
‘Have we captured the infidel whore they sent upon us?’
‘The victor is ours!’


Dan gerbang terbuka diiringi gemuruh sorak sorai kemenangan penduduk kota.
Nadine merinding….

Baru saja kaki gemetar Nadine melewati batas gerbang, lamparan sayur busuk, telur busuk, hingga ember demi ember yang penuh air hasil penampungan kotoran menyerbunya, bahkan semburan ludah, tamparan, tendangan ikut menikmati tubuhnya yang hanya bisa berjengit tertatih. Bahkan ketika satu pukulan telak bersarang di rusuknya, gadis itu tergagap menncari nafas, hingga dirinya limbung, terjatuh dan terseret kuda sang ksatria, Nadine hanya bisa menjerit pilu ketika payudara dan vaginanya terseret, dan ketika tubuhnya terguling, punggung dan pantanya yang kini bersentukan dengan jalan berbatu di dalam benteng itu.

Siksaan itu terhenti sementara ketika sang ksatria mengentikan kudanya tepat di depan istana sang raja, yang menanti dengan bangga dari atas balkon.
Sang ksatria berseru lantang
‘My King, before lies an infidel whore which had been sent by the enemy to destroy us, using that filthy body of hers!’

Booooooo!

Nadine hanya terisak lirih…

‘And before you my king, shall this bitch had her punishment!’

Aye!

Nadine merintih menahan sedih, dan sakit di sekujur tubuhnya. Terlebih ketika hujan telur, sayur dan air kotor kembali menerpa tubuhnya

Namun serbuan itu kembali terhenti ketika sang raja mengangkat tangannya dan bersabda,
‘My fellow countrymen… shall we grateful to our Lord for giving us this bitch to be punished!’
‘Shall this bitch endure humiliation and pain before she will face her death!’

Rakyat sang raja berseru riang,

‘So let this bitch taste the punishments she deserve…’
Nadine gelagapan ketika penangkapnya membenamkan tubuhnya ke dalam tempat minum kuda hingga kini semua kotoran tersapu dari tubuhnya, namun hal itu hanya dilakukan agar tubuh Nadine cukup bersih untuk menjalani hukumannya.

Nadine dibawa ke sebuah panggung, di sana terdapat penyangga, yang telah disiapkan sedemikian rupa, hingga ketika pasung itu di pasang dan dikunci pada penyangga itu, tubuh Nadine terpaksa menungging, kemudian lututnya di strap ke lantai panggung. Hingga tak mungkin Nadine mengatupkan pahanya…
Nadine mengeluh dalam hati sambil meringis ketika kekang mulutnya kembali dipasang, dan ia melihat sang raja kini berlutut di hadapan wajahnya dengan penis mengacung tegak.

Sang raja berseru,
‘My lord, here I you’re humble servant, kneel before this whore, to perform the punishment by your way to show this bitch that no infidel cunt shall victor upon us!’
Hening…
‘And to show this cunt how fearful your punishments are before we send her to meet your ultimate punishment…’
‘And to cleanse her pitiful soul by our blessed seed before she goes to be casted to hell…’

‘By your power my lord, shall I perform this punishment...’

Sang raja memandang ke wajah Nadine, menjambak rambutnya dan berkata….
‘Cunt! Let your suffer begin!’

Teriakan membahana mengiringi hujaman penis sang raja ke dalam kerongkongan Nadine, yang kembali tercekik megap megap demi memperoleh udara…
Namun siksaan itu baru permulaannya ketika sang raja memerintahkan perdana menterinya ikut ‘menghukum’ sang gadis.

Nadine terguncang guncang tak berdaya ketika mulut dan vaginanya di perkosa dengan brutal, bahkan sang perdana menteri tanpa belas kasihan meremas dan membetot payudara indah Nadine, seakan ingin merenggut payudara montok itu dari tempatnya…

Ketika akhirnya sang raja berejakulasi ke dalam tenggorokan Nadine, gadis itu tak sanggup lagi menahan mualnya, dan ketika sang raja berdiri, Nadine memuntahkan isi perutnya yang hanya terisi sperma…

‘You worthless cunt!’ bentak sang raja
‘How dare you refuse my seed, and yet spit on my holy shoe...’ kata sang raja sambil kemudian mengusap sol sepatunya yang terkena muntahan Nadine ke wajah sang gadis yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala karena diperlakukan hina seperti itu…

Nadine pun dapat merasakan kedutan penis sang perdana menteri di vaginanya, kemudian dengan erangan lantang sang perdana menteri berseru,
‘Take this blessed seed you cunt! Let thy soul be cleansed by it!’

Kemudian sang raja berbalik menghadap rakyatnya…
Nadine ketakutan…

Titah diucapkan..
‘People of my kingdom! The cunt is yours’!

Dan kini dari singgsana yang nyaman, sang raja melihat tubuh Nadine yang dijalikan bulan-bulanan oleh rakyatnya, penis demi penis menyerbu tenggorokan, vagina dan anusnya bertubi-tubi, bahkan tak jarang mereka melakukan double anal dan double vaginal, hingga anus dan vagina Nadine membuka lebar…
++++

Ketika akhirnya para penghukum Nadine kehabisan mesiu dalam penis mereka, tubuh gadis itu telah menerima perkosaan tanpa jeda selama dua puluh empat jam, tubuhnya begitu lemah, kepalanya terkulai dengan mulut membuka dan mengucurkan sperma, demikian juga anus dan vaginanya yang membuka.
Tubuh gadis itu sendiri tertutup sperma dan selain itu sebagaimana umumnya fungsi biologis pria setelah berejakulasi, maka tubuh Nadine, mulut, bahkan vagina dan anus yang terrajam itu menjadi penampungan air seni dari semua pria yang selesai menuntaskan hajat di tubuh gadis yang kini mengangkat kepalapun sudah tak sanggup lagi dan dengan darah yang menetes dari hidung yang kembali patah akibat bertumbukan dengan selangkangan para pemerkosanya.

Namun ‘hukuman’ bagi Nadine ternyata baru saja dimulai, dua orang penjaga melepaskan tubuh berantakan Nadine menelikung dan mengikat lagi lengannya, serta mengikat dua pergelangan kakinya lalu dengan santai menarik tubuh lemah Nadine menuruni panggung, hingga tubuh sang gadis terbanting-banting di tangga, lalu terseret di panasnya tanah lapang, dinginnya batu kastil, lalu terbanting lagi di lembabnya tangga yang menuju ruang bawah tanah…

Nadine menatap nyalang ruang penyiksaan yang tersaji dihadapannya.
Mata gadis itu menatap sang raja yang nampaknya ingin menyaksikan interogasi pada sang gadis, beserta perdana menteri, pemuka agama dan beberapa ksatria.

Nadine dipaksa berlutut di hadapan sang raja, dan mendengar tuduhan pada dirinya…
‘Unveil yourself before the lord you filthy whore…what say you?’
Dengan lirih karena tenggorokannya memar dan perih dihajar ratusan penis, Nadine coba untuk membela diri…
‘My lord… I merely a victim, I was taken against my will, casted on this island, repeatedly captured, tortured, and raped by cannibal tribe and the military…I…’
‘Can I trust a voice of whore who shaves her pubes like a dog she is?’
‘Please, my king…’ rintih Nadine
‘Silence..!’ seru sang raja
‘The truth shall reveal, whore…!’

Sang raja menjentikkan jarinya, lalu seorang algojo bertubuh gemuk dan berbau badan sangat busuk menghampiri Nadine, ia membuka ikatan telikung Nadine, lalu mengikat hanya pergelangan tangan gadis itu di belakang tubuhnya. Nadine merasa lega karena tangannya begitu kram dalam posisi tak nyaman sebelumnya itu.

Dan jeritan kembali terdengar dari tenggorokan memar Nadine, algojo itu memasang kait di antara ikatan tangan sang gadis lalu menarik tali yang terhubung dengan kait itu ke langit-langit ruang bawah tanah.
Bahu Nadine serasa lepas karena kini terpuntir dengan menyakitkan, bahkan sang gadis berusaha menahan gemetar tubuhnya karena takut akan melepas tulang bahunya.

Sang raja melambaikan lengannya dengan malas, dan

CTAAAARRRR!

Nadine meronta liar, cambukan sang algojo di vaginanya membuatnya menyentak-nyentak kesakitan dan semakin memperparah rasa sakit yang sudah dialami bahunya.

‘Please my king!’ lengking Nadine… ‘Spare me…’

CTAAAARRR CTAAAAARRR CTAAARRRR

Hanya cambukan yang menjadi jawaban, cambukan yang diarahkan secara sistematis ke arah vagina, payudara, pantat, perut, punggung, bahkan wajah… hingga kini jejak cambukan keunguan menghiasi sekujur tubuh Nadine, bahkan di antaranya meneteskan darah.

Sang algojo melepaskan tali pengait, membiarkan Nadine jatuh berdebum di hadapan sang raja, menggeliat-geliat lemah demi mengurangi sakit di sekujur tubuhnya., namun horror masih terus berlanjut bagi Nadine.

Mereka meletakkan Nadine pada alat yang dikenal sebagai the rack. Gadis itu menggeleng-geleng lemah karena mengenal reputasi alat itu.

‘Confess you infidel cunt!’ sergah seorang ksatria,
‘And let mercy be flown from your merciful king!’

‘I… my sir… I’ve don’t do any…yeeaaaargh…!’ raung Nadine tanpa sempat menyelesaikan pembelaan dirinya, ketika sang algojo memutar the rack dengan cepat hingga membuat tubuh Nadine teregang membentuk huruf x menyakitkan, namun pemandangan yang tersaji justru membangkitkan birahi para penonton siksaan tersebut.
Nafas Nadine yang terengah berat membuat dadanya makin membusung hingga payudara montoknya makin nampak membulat penuh, serta perutnya yang teregang makin memetakan gurat sixpack yang ada di sana.

Nadine meronta sebisanya karena sang algojo terus memutar the rack secara perlahan membuat tubuh gadis itu makin kesakitan, bahkan sentuhan ringan membuatnya perih.

Sang raja berdiri di samping Nadine, menjelajahkan tangannya di sekujur tubuh gadis itu yang meringis kesakitan, dan berkata,

‘No confession expelled from your filthy mouth until know, so lord has given me sign that no mercy shall be cast upon you…’
Sang raja member tanda pada sang algojo, yang kemudian memutar roda lain pada the rack yang telah dimodifikasi itu hingga kini kaki Nadine terentang ke samping secara maximum, dan kembali memberi unsur kesakitan baru pada sang gadis.

‘And now’ kata sang raja lagi, ‘Shall I brand you as what you deserve’

Seakan jeritan dari lubang neraka itu sendiri yang muncul… Nadine mengeluarkan seluruh isi paru-parunya demi merasakan sengatan rasa sakit yang teramat sangat tepat di atas vaginanya, dan aroma daging terbakar merebak dalam ruangan itu…

Dan dalam kesakitan Nadine kembali menerima perkosaan dari sang raja dan pengikutnya masih dalam keadaan terikat di the rack…
Ketika akhirnya para pemerkosanya puas, mereka meninggalkan sang gadis di atas the rack, namun sesaat sebelum sang raja meninggalkan ruang penyisaan itu, ia memberikan perintah pada sang algojo, yang disambut tabik bahagia…

Algojo tadi melepaskan Nadine dari the rack, membawanya kesebuah ruangan yang cukup luas dengan sebuah pilar batu dan altar batu yang berhimipitan.
Nadine direbahkan di meja itu, tangannya diikat ke tiang batu itu, lalu kedua lututnya diikat pada strap yang ada di altar itu hingga pahanya membuka lebar, mengangkat pinggulnya hingga anus dan vaginanya terexpose bebas.
Sang Algojo menyibak tuniknya dan berkata,
‘I’ll taste you first before the rest my bitch, you may not live after they used you, hahahahaha…’
Dan seiring tawa sumbang sang algojo, Nadine kembali merasakan penis di vagina dan anusnya.

Algojo itu selesai menuntaskan hajatnya, ia berjalan ka arah pintu ruangan dan melangkah ke luar sambil berkata,
‘Now bitch… entertain them…’

Nadine memandang ngeri melhat begitu banyak pria yang merangsek masuk, mereka sepertinya adalah kumpulan penyahat yang dikurung di kastil itu dan jelas sekalu mereka sudah lama tidak melihat perempuan…
Penis demi penis menyerbu, vagina dan anus gadis itu di expansi habis habisan, bahkan mereka juga merangsekkan pergelangan tangan mereka ke dalam vagina dan anus Nadine yang sudah membuka sangat lebar itu…

Dan ketika dua hari kemudian sang algojo masuk kembali ke ruangan itu, nafas Nadine begitu tersendatnya hingga nyaris tampak tak bernyawa…
‘She’s one tough bitch’ gumam sang algojo sambil membawa Nadine ke tempat penyiksaan yang lain…

Nadine megap-megap menghirup udara ketika bagian roda kincir tempat dirinya terikat keluar dari air… dan kini ia melihat sang raja kembali berada di hadapannya…
Memberi arahan pada sang algojo, yang kemudian menghentikan putaran roda kincir, tepat ketika ujung kepala Nadine menyentuh permukaan air…

Sang raja sangat senang melihat pergulatan Nadine demi menahan nafasnya yang makin tipis dalam paru parunya yang makin terbakar carbon dioksida, dan nafas lega serta dalam diambil Nadine ketika kini wajahnya muncul dari dasar air…

Sang raja berkata,
‘Have you shown great resistance, you bitch. I gave you that… now I will put you on the arena to face our mighty tigers, you’ll be their appetizer… Hahaha!’

+++++

Rasanya baru satu menit Nadine terlelap dalam sel yang sangat sempit hingga dirinya terpaksa meringkuk agar dapat muat dalam ruangan itu.
Sebuah jambakan di rambutnya disertai bentakan keras membangunkan sang gadis.
‘Wake up bitch!’ seru saang algojo sambil kemudian menyeret Nadine ke arah sebuah lorong.

Sayup terdengar gemuruh penonton di kejauhan, Nadine faham akan suara gemuruh itu… arena gladiator….

Sang algojo menghempas Nadine ke tembok lorong yang dingin, hingga dadanya terhimpit pada dinding, mengangkat sebelah kaki Nadine… lalu dengan brutal sang algojo memperkosa Nadine di vagina dan anunya, dalam posisi berdiri…

‘Consider this as a farewell fuck..hehehe,’ desah sang algojo dengan menjijikannya ‘for after what you will attend, there will be no more ass and cunt to shag, hahahahaha!’

Dan kini, telanjang, tubuh penuh penuh dengan bilur-bilur penyiksaan, vagina dan anus yang meneteskan sperma, menjadi tontonan, cemoohan dan hujatan bagi penduduk kastil itu.

Nadine berdiri di tengah arena… tangannya meraba perut bawahnya, tepat di atas vagina, tanda iron brand yang dibakarkan di tubuhnya, tanda permanen yang akan selalu menyertai dirinya kemanapun kini ia melangkah…

Tanda yang bertuliskan SLUT

++++

Gelegar suara sang raja, membuat arena hening…
‘Here before us, stand the unworthy infidel slut…How she mocked us by defiling death…She proclaim that she was greater than us…’

BOOOOOO…

Sang raja mengangkat tangannya…hening…
‘But so be it… it is our lords will that se will not face death by our holy hand, but rather by the beast descended form hell itself.’

YEAAAAAH!

‘And let all hell break loose!’ seru sang raja yang menjadi tanda…

Nadine mendengar ada tingkap yang terbuka di antara lantai arena… ternyata ada pintu geser di beberapa tempat…
Insting survival Nadine bekerja cepat…

Semua penonton tertegun ketika dengan cepat gadis itu justru maju menyerbu ke arah tingkap terbuka yang kini menampilkan sosok harimau yang sangat buas.

Bahkan reflex harimau itupun terlambat untuk mencabik tubuh Nadine yang meloncati punggungnya, lalu menyelinap ke bawah tingkap.

Nadine masih sempat mendengar perintah sang raja untuk menangkap dirinya diiringi gemuruh kemarahan penonton…
Nadine berfikir cepat melihat keadaan sekeliling, buntu… semua buntu… Nadine putus asa, suara derap sepatu prajurit mulai memenuhi ruang bawah tanah itu…
No way out…

Prajurit itu menggeledah ruangan itu dengan seksama dan dengan kegusaran tinggi… namun gadis itu sama sekali tak dapat ditemui…

Tanpa suara Nadine mengangat kepalanya dari lubang penampungan tinja di ruangan itu, matanya menatap pasukan yang kini berderap cepat keluar dari ruangan itu…
Nadine mengangkat tubuhnya dari lubang itu, tak memperdulikan kotoran yang melekat ditubuhnya, gadis itu kembali mencari jalan kelar.

Suara air yang mengalir di bawah jeruji member harapan bagi Nadine… ia mengambil pengungkit, dan dengan adreanlin tambahan demi meloloskan diri, gadis itu sanggup menjebol jeruji berkarat itu, dan menceburkan diri ke dalam aliran air yang dingin itu…

Nadine serasa terbebaskan, ia mengikuti saja aliran air yang meyapunya ke keluar benteng dan…
Yeeehaaaa!
Nadine berteriak bebas seiring meluncurnya tubuh terbasuhnya melalui air terjun di ujung aliran air itu…
Gadis itu begitu menikmati freefall nya, menikmati hujaman tubuhnya ke air sungai di bawahnya, dan dengan lincah bereneng menuju tepian yang aman, jauh dari kejaran dan pengelihatan pasukan kastil itu…

Kini bertelanjang bulat, Nadine berbaring di tepian sungai itu. Menghirup kebebasannya…
Ia membiarkan semilir angin menerpa kulitnya seakan mampu mengurangi rasa sakit yang menjadi bagian dirinya…
Dan kemudian gadis itu terlelap…

+++++

Suara samar helicopter di kejauhan mengagetkan sang gadis…
Mungkinkah?

Perlahan namun pasti Nadine mengejar suara itu, dan ia melihat helicopter yang sama dengan dirinya sedang melayang rendah. Mereka sedang melemparkan korban terakhir mereka…

Sekilas Nadine seperti mengenal wajah korban itu yang tubuhnya telanjang bulat dan bekas perkosan nampak nyata di tubuh indah wanita itu.

Namun kini bagi Nadine yang terpenting adalah keselamatan dirinya… dengan mematikan rasa perikamanusiaannya, Nadine bergegas mendekati helicopter yang mulai meninggi itu, merangkul side bar mesin itu, dan memalingkan wajah dari gadis cantik yang kini berteriak memohon pertolongan…

Mesin itu terus meninggi dan melaju meninggalkan pulau terkutuk itu.
Nadine berpegangan mati-matian pada side bar, berusaha menaklukan dinginnya angin yang menggerus tubuhnya.
‘You’re almost there…’ ujar Nadine pada dirinya sendiri…
Dan setelah sekitar satu jam berpelukan, melawan dingin dan tipisnya udara, Nadine dapat melihat kota.

Helicopter itu mendekati sebuah gedung pencakar langit. Nadine bersiap, ia tau tak mungkin ia tetap bertahan di side bar itu… ia tak ingin tertangkap lagi…
Maka dengan sedikit nekad, Nadine meloncat sesaat sebelum heli itu mendarat, dan segera mencari tempat perlindungan…

Gadis itu menanti dengan sabar hingga pria-pria sangar yang dulu menangkapnya menuju pintu keluar, dan meninggalkan seorang penjaga wanita yang hendak menutup pintu.

Nadine bergerak secepat kucing hutan, mencekik leher sang penjaga wanita dengansikunya dan
Snap!
Penjaga wanita itu bahkan tak sempat meronta dan terkulai di tanah…

Kini tank top hitam, celana kulit hitam sepinggul, topi penjaga boots dan accessories yang lainnya telah terpasang di tubuh Nadine…

Dengan percaya diri gadis itu melangkah melaui pintu keluar… meninggalkan gedung… dan menghilang di kegelapan malam….

Kini Nadine mengetahui sarang para bajingan itu… namun untuk saat ini ia harus beristirahat, ia harus menghilang.

Hingga pada saatnya nanti, ia adapat mambalaskan dendam pada mereka semua, namun pada saat ini, goyang pinggul sexynya dengan celana yang hanya menutupi separuh dari tulisan SLUT di atas vaginanya… Nadine melangkan… menghilang dalam kegelapan malam….

Nadine has survive!

The End