Monday, March 28, 2011


Behind the Scene

Tantri sedang memainkan BBnya dengan santai di backstage room konser music yang dilakoninya.
Keringat masih membasahi kulit eksotisnya, yang terbalut kemben hitam dan maiden skirt renda dengan warna senada. Nampak raut kelelahan bercampur kelegaan tergurat dari wajah gadis itu.

Kini konser usai, dan sambil memulihkan tenaganya, Tantri Nampak asik berkomunikasi melaui gadgetnya itu.

‘Selamat ya teh, konsernya sukses…’
Tantri mengangkat tatapannya dari gadgetnya, melihat seorang crew membawa gulungan kabel masuk ke dalam ruangan itu, Tantri tersenyum simpul, merasa dihargai atas jerih payahnya menghibur penonton..

‘Thanks….’ Ujar Tantri, sambil mengambil sebatang rokok yang diangsurkan crew yang melihat Tantri melirik ke arah meja di mana rokok Malboronya tergeletak.
‘Pasti cape ya teh’, kata crew itu lagi, sambil menyalakan lighter dan menyaksikan Tantri menghisap dalam lalu menghembuskan asap ke luar mulutnya dengan sesualnya.

Tantri memandang crew yang sedang merapihkan gulungan kabel di pojok ruangan dengan rasa tertarik.
‘Nama elo siapa?’ Tanya Tantri sambil menarik sebuah kursi lainnya, lalu dengan santai mengangkat sebelah kakinya yang dibalut gothic boots dan meletakkannya dengan santainya di kursi itu.
‘Anto’ jawab crew yang kini mulai salah tingkah demi melihat paha montok Tantri yang tersingkap, apalagi kini gadis itu duduk bersandar agak rendah hingga maiden skirtnya makin melorot ke arah pangkal pahanya.

'Nto..., gue mau tanya, elo jawab jujur ya...' tanya gadis itu sambil mengepulkan asap rokoknya yang kedua...
'Apaan teh?'
'Konser tadi menurut lo gimana?'
'Bagus teh...'
'Bener? bukan cuma buat nyenengin gua aja kan?' tanya Tantri sambil kemudian bangkit dari kursi, lalu berdiri menghadap kaca rias...
'Teh... sorakan penonton tadi kayanya jadi bukti deh, kalau konser tadi memang sukses.'

'Kalau gua sendiri... menurut lo gimana?' kata Tantri sambil lengannya ke belakang meraih zipper maiden skirtnya.

Anto tertegun melihat Tantri dengan santainya meloloskan skirt itu dan membiarkan bagian bawah tubuhnya hanya berbalut thong sexy berenda berwarna hitam, yang menambah sensualitas kulit Tantri yang eksotis itu.

'Loh, kenapa diam?' tanya gadis itu lagi sambil berbalik memandang Anto...
'Teteh hebat, suara teteh bagus...' kata Anto parau
Tantri tergelak kecil...'Nto, gua bukan nanya masalah suara gua...' Tantri kembali membalikkan tubuhnya ke arah cermin,
'Gua nyanya, menurut elo body gua gimana?' lanjut gadis itu lagi sambil menurunkan zipper kembennya dan mencampakkan pembungkus tubuh bagian atasnya begitu saja.

Anto makin terhipnotis melihat punggung Tantri yang mulus, dan... tanpa bra...
Anto berharap lehernya bisa memanjang hingga bisa melihat refleksi depan sang gadis yang kini meregangkan lengannya ke atas hingga berjinjit di atas bootnya.

Lalu dengan santainya seakan tak ada seorangpun selain dirinya dalam ruangan itu, Tantri bebalik dan menepuk-nepuk lembut perutnya sendiri...
'Nto... perut gua buncit ngga?' tanyanya santai
Mata Anto tak lepas dari payudara montok Tantri yang kini terpampang bebas untuk dinikmati oleh matanya...

'Nto!' kata Tantri, menyadarkan Anto... 'perut gua.... bukan toket.'
'Eh maaf teh... jujur ya.. teteh montok... tapi justru body model teteh yang saya suka...'

'Ah... gombal lo...' kata Tantri sambil meremas-remas perutnya
'Teteh nanya saya kan... ya saya jawab, lagian emang saya lebih seneng badan teteh yang montok ini daripada artis lain yang berlomba-lomba ngurusin badan sampe kaya sapu lidi....'

Tantri menyeringai, 'Berarti lo sering coli dong sambil ngebayangin gua....'
'E....ehmmm...' Anto mendadak gugup dan tergagap menerima pertanyaan jujur itu
'Gimana?..' senyum jahil menggurat dari bibir Tantri sambil berjalan mendekati anto yang mendadak terpaku di tengah ruangan yang rasanya

makin panas itu...
'Kalo elo suka body gua, pasti lu sering jadiin gua bacol... ya ngga?' tanya gadis itu lagi dengan suara mendesah ketika ia berdiri tepat di hadapan Anto, dan kedua lengannya melingkari leher Anto yang mendadak kaku itu.

'I... iya teh... teteh bahan coli saya...' jawab anto dengan parau sambil merasakan bagaimana keringatnya mulai mengalir dengan deras...

'Kalu gitu berhenti ngehayal' kata Tantri sambil kemudian berjinjit dan memagut bibir Anto dengan liar...
Tantri berbisik di telinga Anto di sela french kiss mereka yang liar hingga liur berleleran di dagu hingga ke leher keduanya..
'Entot gua... nikmatin bahan coli lo ini...'

Anto kini mulai membalas dengan ganas, tangannya meramasi rambut Tantri, mejambaknya pelan, hingga gadis itu mendesis, campuran antara perih dan terangsang.

Dengan tergesa Anton dibantu Tantri, membuka celana jeans lusuh yang dikenakannya, lalu dengan tak sabar, Anto merobek kausnya hingga badan kurusnya terpampang jelas.
Anto mendesak Tantri hingga ke meja rias, sambil meremasi payudara gadis itu dengan kasar... perlakuan yang membuat Tantri makin terangsang.

Tantri duduk di tepi meja rias itu, mulut keduanya masih berpagutan liar, lengan Anto merenggut thong Tantri
'Anjing...!' maki Tantri sambil menampar Anto, 'memek gua perih tau!'
'Teteh yang minta' maki Anto, lalu dengan liar memagut bibir Tantri yang dibalas oleh gadis itu dengan liarnya, bahkan pinggulnya bergerak liar mengimbangi kocokan tiga jari kanan Anto yang menghujam vaginanya dengan liar...

Anto kemudian menarik Tantri ke arah lantai. Dengan patuh gadis itu berjongkok mengangkang dan bisa ditebak... dengan kasar Anto menjambak rambut gadis itu.
Dan dengan erangan penuh kenikmatan Anto memaju mundurkan kepala gadis itu yang kini mulut dan tenggorokannya menjadi pelabuhan penis keras sang pemuda yang menganggap mulut yang telah menghibur ribuan penonton itu tak lebih sebagai lubang penyalur kenikmatan...

Tantri sendiri tak menolak perlakuan kasar itu, malah tangannya meremasi payudara dan mengocoki vaginanya sendiri... Alangkah liarnya permainan keduanya, liur berceceran dan mengalir dari mulut Tantri, berleleran dan menggelantung di dagunya, seiring kocokan kasar penis di tenggorokannya....

Anto ingin lebih... ia ingin lebih dari deepthroat Tantri di penisnya...pemuda beruntung itu menjambak Tantri hingga berdiri... menciuminya dengan liar, lalu medorong gadis itu hingga terjengkang ke lantai... membuat sebuah kursi lipat terpelaning menimbulkan suara berderang.
Anto menyampirkan ke dua kaki Tantri di bahunya, dan tanpa merasa perlu memberikan foreplay pada sang vokalis, Anto menghujamkan penis kerasnya ke vagina Tantri yang sedikit lecet akibat perbuatannya sebelumnya..

Tantri mengerang liar, tubuh gadis itu melonjak-lonjak mengimbangi keliaran Anto, yang kini kedua tangannya bertumpu dan mencengkram erat payudara Tantri yang montok seakan ingin meletuskan kedua gunung kenikmatan itu...

Liar, brutal...persetubuhan keduanya meggambarkan keliaran nafsu primitif yang berdiam dalam jiwa setiap manusia... nafsu yang selalu coba di belenggu dalam batasan norma dan kesusilaan... namun kini dalam persetubuhan liar Tantri dan Anto... nafsu primitif itu dilepaskan...

Anto tidak puas... jepitan vagina Tantri yang begitu ketat tak membuatnya puas....Bahkan ketika ia mencekik leher Tantri hingga gadis itu tersedak mencari udara, dan seluruh tubuhnya teruatama otot vaginanya berkontraksi meremas penisnya, Anto tetap tidak puas

Anto membangunkan Tantri, melemparkannya hingga tertelungkup di meja rias, membuyarkan semua peralatan kosmetik yang ada di meja itu...

Anto mengangkat sebelah kaki tantri ke atas kursi yang terpaku di dekat meja rias tersebut.

Tantri kembali terlonjak-lonjak ketika Anto membenamkan penisnya ke vaginanya yang makin menerima pergesekan brutal ini...
Namun hanya sementara..

Tantri memutar bahunya, lengan kirinya membantu Anto meregangkan buah pantatnya, dan ringisan serta desahan mengiringi penetrasi penis sang crew ke dalam liang anus sang vokalis, yang kini mendesis-desis menikmati anal sex liar ini..
Anto meremas rambut Tantri, dan megarahkan wajah sang gadis hingga ia bisa menikmati expresi sensual gadis itu, yang mulutnya mendesis kenikmatan, dan bahkan ketika dengan sengaja anto meludah ke wajah sang gadis yang malah mengelap ludahan di wajahnya dengan jemari dandengan sensual menghisapnya bagai menghisap penis sambil mata terpejam meresapi persetubuhan ini...

Hingga ketika Anto tak bisa bertahan lagi, ia mencabut penis yang kini berlumuran kotoran dari pantat sang gadis, memaksa sang gadis bersimpuh, menahan mulutnya membuka dan...

Tantri malah menekan pantat Anto hingga kini hidung imut sang gadis tertanam di lebat rimbunya bulu kemaluan sang pemuda....
Anto menikmati mulut sang gadis yang bagai vakum membersihkan penisnya, yang makin tak bisa bertahan... menarik kasar penisnya, mengocoknya cepat dan....

Semburan demi semburan sperma yang bagai air bah itu, membasahi wajah Tantri hingga lengket...
Keduanya terkapar, desah nafas berat silih berganti bersahutan dalam ruangan yang kini makin pengap itu...

Tantri meresapi persetubuhan itu dengan tubuh terlentang, telanjang hanya gothic boots yang menghiasi tubuh yang mengkilat oleh keringat...
Senyum kepuasan terpancar di wajahnya.
Ia menyadari masih ada satu hal lagi yang bisa membuat dirinya memperoleh akhir dari rentetan orgasme yang didapatnya... tubuhnya menggeliat erotis di lantai, lengannya meremasi payudaranya, sementara pinggul dan kakinya meliuk erotis...
Tantri menantikan kedatangan momment itu dengan mata terpejam, bibir mengeluarkan desahan lirih... Tantri menanti...

Dan akhirnya....

Desahan orgasme Tantri kembali keluar ketika merasakan cairan hangat yang keluar dari penis Anto, cairan berwarna kekuningan dan beraroma khas itu menerpa wajahnya, membasuh sperma yang menghiasi wajahnya, masuk ke dalam mulutnya... turun ke payudaranya, perutnya, pahanya... membasahi vaginanya...

Tantri menggeletar, punggungnya melengkung menandakan orgasme yang sangat dinantikan.....

Dan kini dalam ruangan itu hanya ada desah nafas memburu yang berangsur tenang... dan hening...

Tantri beringsut bangun, dan tersenyum binal demi melihat Anto terduduk lemas di pojok ruangan, masih mengatur nafasnya....
Gadis itu mengambil kain kumal yang teronggok dekat meja rias, dan menyeka hasil pergumulan yang ada...dengan sensual, dan membuat nafas Anto kembali memburu ingin kembali menyetubuhi sang idola, namun lututnya begitu lemas, berdiri saja pun ia tidak mampu....

Dengan santai Tantri mengenakan tank top hitam dan mini skirt... mengerling ke arah Anto...
'Bye Anto... keep on coli babe...' kata Tantri sambil tersenyum binal dan ke luar dari kamar itu...

Di luar ia mendapati Chua yang baru keluar dari ruangan sound system...
Keduanya saling bertatapan... tersenyum... lalu tertawa...
Tertawa karena keduanya mengeluarkan aroma persetubuhan yang kental, yang tercium dari tubuh keduanya...

Tawa renyah mengiringi langkah kedua sahabat itu diselingi canda tawa ketika menceritakan kegilaan persetubuhan masing-masing.

And the show... still goes on...

cheers