Monday, December 12, 2011


The Horror of Celine Evangelista - 2: The Torture

Angin pantai menerpa tubuh sexy yang berbalut bikini putih itu... Celine begitu menikmati pembuatan film horror yang 'mengharuskan' dirinya bermain diindahnya pantai, gemuruh ombak dan suasana pantai yang indah membuat Celine merasa sangat tentram...

Namun sayang, kini segulung awan hitam berkumpul di kejauhan laut.... angin keras dan kencang menghancurkan kebahagiaan gadis itu... Celine bergerak menjauhi pantai mencoba mencari tempat berlindung. Ia terkejut, pantai itu menjadi tandus... tak ada tempat berlindung, ia seorang diri... tak tampak rombongan crew dan pemain yang lain yang sebelumnya beria-ria dengannya.

Celine panik... dinginya agin yang bertiup sangat kencang menyakiti tubuhnya... gadis itu mengigil, lalu... dengan mata membelalak ngeri, Celine melihat tembok ombak tinggi yang terbentuk di hadapannya...dan dengan buas menerjangnya.

Celine tersentak.... terbangun dari mimpi buruknya.

Tak lama, ketika seluruh sensor tubuhnya sudah sadar, gadis itu mengerang... ia kembali terisak sedih.... tubuh telanjangnya tergeletak tak berdaya di lantai gudang besar yang tak terawat tempat ia disekap oleh psikopatnya.

Denting rantai dan rasa perih di lehernya mengingatkan Celine akan rantai dan kalung besi yang menghiasi lehernya. Celine meringkuk menekuk kakinya ke arah dada... setidaknya cuma itu yang bisa ia lakukan karena tangannya masih terbelenggu di belakang tubuhnya hingga dirinya tak bisa mendekap lututnya untuk mendapatkan sedikit kehangatan melawan dinginya lantai kotor dan kasar gudang itu ,yang telah membuat kulitnya lecet, juga tak bisa melawan perih di maagnya yang sudah tiga hari ini tak diisi oleh makanan... not even a bowl of a dog food.


Bantingan keras di pintu gudang mengejutkan Celine, dengan pandangan berkunang-kunang gadis itu melihat ke arah sosok psikopat yang mendekatinya, nampak lelaki itu membawa sebuah cooler box di tangannya.
Lelaki itu meletakkan cooler tadi lalu dengan tak berperasaan lelaki itu mendorong wajah Celine dengan kakinya, hingga gadis itu terjengkang ke belakang.

Celine hanya menggeliat lemah ketika dengan seenaknya lelaki itu menginjak dan menggesekkan sepatunya larsnya ke bukit payudaranya bergantian kiri dan kanan.

'Sekitar satu jam lagi kamu akan menjalani banyak siksaan...' ujar lelaki itu dengan santai, sambil kini kakinya menekan dan membuat vagina Celine bagai keset.
Celine hanya mengerah lirih, tenaganya sudah habis untuk melawan maupun meronta.
'Ada kemungkinan besar kalau kamu akan mati' sambung lelaki itu tanpa menghiraukan perasaan gadis yang terbujur lemah di bawahnya
'Namun bila kamu sampai dapat bertahan... well, setidaknya hari-hari penyiksaanmu akan berlanjut.'

'Mengapa?' suara parau Celine keluar dari tenggorokan yang kering karena tak terkena cairan pelepas dahaga...
'Apa salahku?... kamu sudah siksa aku... perkosa aku...hina aku...' tanya celine dengan tebata-bata... tiap frase dari mulutnya menambah kesakitan di tubuhnya.

'Salahmu tidak ada... aku cuma ingin kamu menderita' pungkas lelaki itu, sambil berjalan ke salah satu bagian gudang, 'ah, ini dia...'
Celine melihat lelaki itu mendekatinya dengan membawa sebuah corong besar dengan selang sepanjang 20cm di bawahnya.
'Aku akan memberimu makanan...bila sampai kamu mati anggap ini makanan terakhirmu'.

Celine meronta-ronta, dengan tak berperasaan lelaki itu menghujamkan selang kotor dan dekil itu ke dalam tenggorokannya hingga kini dasar corong itu menempel langsung ke mulut sensualnya.
Celine tersedak namun tertahan oleh selang besar yang kini mengisi tenggorkannya.

Lelaki itu mengambil sebuah wadah kopi insat besar yang berbahan kaca dari dalam cooler, Celine dalam posisi yang sangat tak nyaman itu melirik ngeri melihat cairan kental berwarna coklat kekuningan dalam wadah itu.Dan ketika tutup wadah itu dibuka, aroma busuk segera merebak.

Celina meronta-ronta panik, lelaki itu terkekeh geli sambil menahan kepala sang gadis hingga tak bisa bergerak banyak.
'Harum kan?' ejek lelaki itu, 'bubur ini berisi dog food kesenanganmu di tambah ikan busuk, daging mentah berbelatung, beberapa gumpal cacing, air comberan dari kali ciliwung, kecoak dan my own personal shit.'

Tubuh Celine mengejang, meronta... gumpalan busuk itu menerjang masuk langsung ke lambungnya tanpa perlawanan. tubuhnya mual, namun posisi kepalanya yang terdongak tertahan membuatnya tak mampu memuntahkan setetespun cairan jahanam itu dari perutnya.

Setelah yakin tak ada cairan yang tersisa, dengan kasar lelaki itu mencabut selang dan corong itu, lalu merekatkan duct tape di mulut celine, memastikan setiap muntahan yang dikeluarkan sang gadis, akan masuk kembali ke perutnya. dan tawa sadis sang lelaki muncul ketika sebagian cairan busuk itu keluar dari hidung celine ketika sang gadis tersedak untuk kesekian kalinya, serta tawanya makin terbahak demi melihat tetesan kencing mengalir dari vaginanya tanpa bisa ditahan.

Penghinaan yang sangat dahsyat ini membuat Celine kembali meronta liar walau dalam kondisi lemah, matanya kembali memancarkan kebencian tinggi, kakinya yang lemah berusaha menendang psikopatnya.

'Hahahahaha, that's the spirit... oh how i wan't to see you broken, and make your mind gone blank' tawa lelaki itu sambil memandang usaha Celine yang sia-sia itu.
'Satu jam lagi, akan kita mulai...' kata lelaki itu meninggalkan sang gadis yang menggeliat menahan mual dan terpaksa menelan muntahan dami mutahan yang dikeluarkan perutnya yang menolak 'makanan' itu. Hingga akhirnya Celine tersungkur lemah, dan merasakan rontaan hebat di perutnya, walau akhirnya ia mampu menahan untuk tidak muntah lagi.

*****

Teror akibat penantian membuat Celine makin frustasi... entah apa lagi yang akan diperbuat sang psikopat pada dirinya....
Dan kini lelaki itu sudah ada di hadapannya, ia memasang sebuah rantai lain di ring gag strap yang menghiasi leher Celine, lalu melepaskan rantai yang selama ini menahannya di lantai gudang itu.
Dengan kasar lelaki itu menyeret tubuh Celine yang lemah ke salah satu pojok gudang, ia tak meperdulikan mata sang gadis yang mebeliak, dan tubuhnya yang meronta karena tercekik rantai, Celine berusaha mati-matian menggerakkan tubuhnya agar setidaknya ia bisa bernafas.

Di pojok gudang itu, Celine melihat sang psikopat, membuka sebuah pintu di lantai. Pintu menuju ruang bawah tanah.
Lelaki itu mencengkeram rantai di leher Celine, membuat gadis itu berdiri di atas kaki yang goyah, lalu membawanya menuruni tangga.


Celine membelalak ngeri... Ruangan bawah tanah itu merupakan ruang penyiksaan... gadis itu coba meronta, namun kekuatan sang psikopat jelas tak sebanding dengan kondisi tubuhnya saat ini.

Sang psikopat membawa Celine ke sebuah tiang ganda, lalu membuka ikatan di lengan Celine. Gadis itu merasakan aliran darah mengaliri nadi di lengan yang mati rasa itu. Namun rasa lega itu terlalu cepat menghilang, ketika kembali psikopat itu mengikat lengan Celine menjadi satu dengan gelang besi yang ke belakang tubuhnya, lalu menggunci gelang itu dengan rantai.
Sang psikopat lalu melepaskan strap di leher Celine dan menyentak duct tape yang menyumpalnya, gadis itu menghirup- dalam-dalam udara ke dalam paru-parunya.

'You know...' kata psikopatnya santai, seakan gadis di hadapanya itu dalam kondisi baik-baik saja,'In medieval time, pelacur dan penyihir seperti kamu boleh diinterogasi dalam bentuk apa saja... Tujuannya agar terhulum mengakui perbuatannya yaitu menyihir atau melacur...' katanya lagi sambil memandang gadis yang berdiri limbung di hadapannya.

'I'm no witch... and I'm noth a whore...' desis Celine geram... perlawanan gadis itu benar-benar patut diacungi jempol

'Semua pelacur dan penyihir yang ada di sini juga berata begitu...' jawab psikopat dengan santai.

Celine tertegun... semua? my god... berapa banyak korban psikopat ini? di mana mereka semua?
Celine membayangkan berita di koran tentang gadis-gadis yang menghilang yang tak ditemukan hingga saat ini...

'Yes bitch... kamu pikir kamu yang pertama? perhatikan ruangan ini dengan baik sayang...'

Mata Celine meyisir ruang penyiksaan itu...dan membelalak ngeri... di sebuah pojok terjauh dari ruang itu, samar sang gadis bisa melihat jasad wanita yang membusuk bahkan sudah menjadi tulang belulang...

Celine meronta ngeri...

'Mereka tidak mengakui perbuatannya hingga akhir... well... mungkin mereka bukan penyihir atau pelacur... but who cares? i love torturing you gals... and by the time i finish... whether you'll join them or live for another debasement for the rest of your live'

Celine bergidig ngeri... tak ada pilihan yang bisa diperbuatnya...

'Oh by the way.... daging yang aku campurkan tadi aku ambil dari bangkai mereka...'

Celine jatuh bersimpuh dan serta merta memuntahkan semua isi perutnya seiring derai tawa sadis sang psikopat...

Nafas sang gadis tersengal... dan psikopatnya merasa saatnya sudah tiba.

'Now... mengaku kalau kau pelacur dan penyihir, sundal!' makinya sambil menampar Celine hingga terduduk di atas muntahannya sendiri

'I am not!' geram Celine... sambil meludah ke arah psikopatnya

'Hahaha... good girl... makes me more happy to beat the shit out of you...'

psikopat itu berjalan ke arah tiang lalu mengambil remote yang tergantung dan menekan sebuah tombol

Celine menjerit kesakitan, lengannya yang terbelenggu ke belakang tubuhnya terangkat paksa oleh tarikan rantai, kini ia merasakan posisi strapado... bahunya seakan mau lepas dari tempatnya oleh tarikan itu, kakinya kini melayang sejengkalan dari tanah.
psikopatnya lalu mengangkat sebuah leg spreader dari bawah tiang, mengikat tiap pergelangan kaki Celine ke spreader itu hingga kini kaki sang gadis membuka mengangkang lebar.


Kemudian sang psikopat beranjak ke belakang Celine, gadis itu mendengar sang psikopat mengambil sesuatu...

'Confess...' kata psikopat itu...
'NO!' lengking Celine sambil menahan sakit di bahunya.

swooshh... desir angin terdengar dan..
CTAAAAAR!

'yeeeaaaaarrrrggghhh!' jerit parau celine membawana demi merasakan sabetan di punggungngnya.

CTAAAAR! CTAAAAAR!!

Tubuh Celine menggeletar kesakitan... jeritan parau makin melemah, berganti ringisan pedih...
Gadis itu bisa merasakan darah mengalir dari punggung, bahu, maupun buah pantatnya yang terluka... Kepalanya terkulai lemah.

Pandangan mata Celine tertumbuk pada sepatu sang psikopat... gagang bull-whip itu digunakan untuk mengangkat dagu Celine, tatapan keduanya bertemu... tatapan mata liar dan sadis milik sang psikopat, dan tatapan sayu Celine yang bercampur dengan tatapan iba...

psikopatnya tersenyum, lalu mundur hingga pada jarak yang tepat dan...

CTAAAARRRR!

Celine kembali meronta liar... pecutan itu mengenai puting payudaranya... lalu menghajar habis buah dadanya...

CTAAAAAARRRR!

kini perut dan rusuknya....

CTAAAARRR!!!!

Paha dan betisnya....

CTAAAAAARRRR!!!!
Raungan yang seakan dari alam lain terdengar keras ketika pecutan itu menghujam vagina Celine yang terexpose bebas....


Lagi dan lagi... hingga kini vagina itu membengkak, merah keunguan...


psikopatnya tertawa geli melihat Celine yang terkencing-kencing menahan sakit di vaginanya yang terluka itu...
'Well... mengaku atau kita teruskan permainan ini?' tanya sang psikopat dengan santainya, sambil menggulung cambuknya, meletakkannya di sebuah meja dan mengambul sebuah bokor dari meja itu...

'a...aku...aku bukan pe.. penyihir...' desis Celine dalam sakitnya...

'Oh baiklah...' kata psikopat itu...

'Aaaaaaaaarrrrrgggghhhhhh!' Celine berteriak perih, pemuda itu menaburkan bubuk dari dalam bokor yang ternyata berisi garam...

Tubuh sang gadis menggeliat liar, bagai cacing... tak perduli sakit di bahu yang sedikit lagi akan dislokasi....

Psikopat itu menekan tombol yang mengendurkan rantai dan membuat gadis itu terbanting di lantai ruang bawah tanah itu sambil tetap menggeliat-geliat menahan perih di sekujur tubuhnya, dirinya tak perduli pada sang psikopat yang kini memasangkan rantai lain pada pertengahan leg spreader, lalu melepas rantai di tangannya hanya untuk kembali membelenggunya menjadi satu di depan tubuhnya.

Kembali gadis itu melayang di udara ketika sang psikopat menekan tombol pengatur palang itu. Kemudian ia menekan tombol kedua, yang membuat rantai di leg spreader itu meregang, dan membuat tubuh sang gadis terangkat membentuk sembilan puluh derajat.

'Confess you liitle whore....' geram sang psikopat sambil mengaduk tiga jarinya dalam anus Celine yang berteriak kesakitan sambil tetap bertahan...
'Aku bukan pelacur!' lolongnya sambil menahan sakit

'Fine...' dengus sang psikopat sambil membawa sebuah bangku kayu bundar mirip bar stool chair.
'enjoy your answer in this judas chair'

Celine ketakutan setengah mati, ia melihat bangku itu... ditengahnya terdapat piramida mini seperti monumen nasional washington setinggi kurang tigapuluh cm dan diameter lima cm. Dan kini bangku itu diletakkan tepat di bawah tubuhnya.
Gadis itu meliukkan pinggulnya dengan percuma ketika pemuda itu menekan tombol yang membuat tubuhnya turun perlahan, hingga ujung runcing piramid itu menusuk lubang anusnya.

'Aaaaaaaaahhhhhhh!!!!! Sakiiiiiiiiittttttt!!!!!!'

Raungan membahana terdengar di ruang penyiksaan itu. Psikopat itu menekan tobol yang membuat tubuh Celine terjatuh dengan cepat dan piramida itu menghujam anusnya dengan kasar.....

Kepala gadis itu langsung lunglai... namun siraman air di wajahnya membuyarkan pingsanya.
Kesakitan di tubuh gadis itu makin berlipat, terutama dalam saluran pencernaan dan lubang anusnya yang terluka, gadis itu bisa merasakan aliran darah membasahi bangku yang menahan piramida itu menusuk lebih dalam dan membuatnya mati...
Psikopat itu benar-benar ingin menyiksanya perlahan....

Lelaki itu mengambil bangku lain lalu mengambil bangku lain lalu duduk di hadapan Celine yang tubunya gemetaran menahan sakit, perih dan dingin...
Ia menghembuskan asap cerutu ke wajah Celine, lalu menjambak rambut sang gadis dan mendongakkan kepalanya.

'Lanjut?... atau mengaku?'

'Aku... aku... bu... bu...aaaahhhh!!!!' kalimat Celine belum selesai ketika ujung menyala cerutu itu menjamah payudara kananya yang montok...

'Mengaku...'

Gadis itu menggeleng sambil menahan perih

'Aduuuuuhhhh!!!!' jerit dan ringisan perih kembali terdengar seiring desis daging payudara kiri sang gadis yang terbakar cerutu.

Jerit, gelinjang rintihan silih berganti mengisi udara dalam ruang penyiksaan itu. sundutan demi sundutan menghiasi sekujur tubuh Celine... dan ketika psikopat itu selesai, nampak puntung lima batang cerutu ukuran besar berserakan di bawah bangku Celine, yang kini terisak karena penyiksaan di tubuhnya, dan tubuhnya beringsut ketika dengan santai lelaki itu meremas payudaranya yang terluka bakar itu...

'Oke..' kata psikopat itu, 'cukup istirahatnya... kita mulai lagi interogasimu, sayang...'

Tubuh Celine menggeletar, tubuhnya kembali terangkat dan 'plop'... piramid itu tercabut dari anusnya yang terluka parah itu...
Celine bisa melihat, piramid yang tadinya berwarna putih itu berubah berwaran merah kehitaman dengan noda coklat kekuningan mengiasinya.

Kini tubuh telanjang Celine yang tergantung itu sangat layu.... tubuh itu sudah babak belur berhiaskan jalur-jalur cambukan, luka bakar akibat cerutu... dan lubang anus yang terluka akibat judas chair itu rambutnya kusut masai, kepalanya terkulai lemah...

Psikopat itu berjalan ke meja dan mengambil sebuah benda....

'They called this pear... barang ini digunakan untuk menghukum pelacur dan penzinah seperti kamu'

'a...ku bu...kan pelacur.' kata Celine terbata-bata...

'Hah' psikopat itu mendengus mengejek, 'kamu pakai kutang dan bh selama pembuatan film... dilihat banyak orang, kamu melakukan pemotretan dengan backless wardrobe, yang cuma mirip selendang, tanpa pakai kutang, cuma hotpants putih yang menutupi vagina kamu...kamu berpose sensual untuk majalah dewasa... what did you call that? saint? no bitch... it called whore!'

'aaaarggghhhh!!!!' Celine kembali mengaduh, ketika pear itu dihujamkan ke dalam vaginanya yang memar akibat cambukan sebelumnya....
'Now... confess!'

Celine menggeleng menahan sakit di tubuhnya....

'Fine...' psikopat itu lalu memutar handle di bawah pear itu...
Celine merasakan kalau alat itu membuka melebar dalam vaginanya....

'Aduuhhh... ampun.... ampun.... cabut.... cabut.... memekku sobek... memekku sobeeeeekkk!' raung Celine ketika merasakan pear itu melebar hingga vaginanya membuka sangat lebar dan sangat-sangat menyakitkan.

Psikopat itu hanya tertawa lalu meninggalkan gadis yang menggeliat kesakitan tergantung di tiang itu dan berjalan ke pojok lain ruangan penyiksaan itu mempersiapkan alat lain untuk menyiksa Celine...

Setelah itu sang psikopat sadis, menghampiri Celine yang menggeliat kesakitan, tergantung di tiang itu, lalu dengan kasar menyentak pear of anguish dari dalam vagina sang gadis yang kembali menjerit perih demi merasakan vaginanya di aniaya begitu rupa.

Psikopat itu lalu menekan tombol hingga Celine kembali jatuh berdebam di lantai, lalu meringkuk lemah membentuk bola menahan sakit di sekujur tubuhnya. Lalu tanpa rasa belas kasihan, psikopat itu mnejambak rambut ikal Celine yang kini kusut masai itu lalu menyeret gadis yang tak berdaya itu ke sebuah frame berbentuk kursi

Psikopat itu mendudukkan tubuh celine yang lunglai itu pada frame tersebut, lelaki kemudian menarik pinggul celine ke arah ujung dudukan frame lalu itu mengatur kaki Celine melewati frame hingga mengangkang lebar, lalu mengeratkan strap yang ada pada frame tersebut di paha, dan pergelangan kaki celine dengan ketatnya hingga memotong sirkulasi darah gadis itu, kemudian ia mengeratkan strap di siku dan pergelangan lengan Celine hingga terikat erat di masing-masing lengan frame itu, kemudian dengan santainya psikopat itu mengeratkan jemari Celine ke dudukan yang dibuat mengikuti bentuk telapak tangan pada masing-masing ujung sandaran lengan di frame itu.
Terakhir, psikopat itu mengeratkan strap di leher Celine ke sandaran kepala, membuat sang gadis sedikit kesulitan untuk bernafas

Kembali sang psikopat menarik kursi ke hadapan Celine, lalu dengan berbisik di telinga Celine ia berkata...
'confess... and i'll end your suffering'
Celine terisak.... bagaimana ia bisa mengakui yang tidak dilakukannya?'
'Oh well...' desah sang psikopat kecewa... ia mengambil sebuah kotak dan..

Celine kembali menjerit-jerit kesakitan... makin melukai tenggorokannya yang memar akibat jeritan dan teriakan konstan yang dilakukannya.
Psikopat itu menusukkan sebuah jarum pentul ke bawah kuku kelingking jari kiri sang gadis... jauh ke dalam...

Nafas Celine tersendat-sendat... matanya memancarkan ketakutan ketika psikopat itu mengambil jarum ke dua...

Jeritan... erangan... rintihan silih berganti mengisi kengerian di ruang penyiksaan itu seiring jarum demi jarum menhujam sela antara kuku dan daging jari sang gadis yang tak bisa meronta karena eratnya kuncian di sendi tubuhnya.

Psikopat itu menatap kagum pada payudara sekal Celine yang maju mundur karena helaan nafas berat oleh siksaan yang dilakukannya pada tubuh sang gadis.
Dan pandangannya makin berbinar demi melihat dada sang gadis makin maju mundur, seiring tarikan nafas yang menunjukkan rasa ketakutan dan kengerian...

Lengkingan dan rontaan liar terdengar lagi... psikopat itu memeras jeruk limau besar di atas jari-jari terluka Celine...
Tubuh gadis itu bergetar hebat menahan perih dan sakit di jemarinya, hingga ia tak lagi konsentrasi ketika sang psikopat menarik alas duduknya hingga kini bokongnya tergantung bebas pada frame itu, hanya pahanya yang menyangga tubuh letih Celine yang terus menggeliat menahan perih dan sakit itu.

Kemudian sang psikopat menginjak sebuah pedal, dan sebuah trap kecil tepat di bawah frame di lantai itu membuka.

Celine merasa adanya rasa panas yang menyentuh bokongnya, namun ia tak bisa melihat karena lehernya yang terbelenggu ke sandaran kursi di frame itu.Celine tak bisa melihat bara api yang menyala bagaikan api dari neraka di balik trap itu... dan bara panas itu mulai memanasi sekujur tubuhnya.

Celine pun menggeliat-geliat tak berdaya, hingga makin menyakiti lengan dan lehernya, gadis itu menggelait percuma demi menghindari panas bara yang menyengat anus dan vaginanya yang terluka, serta uap bara yang memanaskan sekujur tubuhnya hingga berkeringat hebat dan membuat tubuhnya berkilat sexy.

Psikopat itu tersenyum liar demi melihat pinggul Celine yang menggeliat-geliat diiringi desis dan rintihan dari bibi gadis yang kepanasan hebat itu, tetesan keringat yang beradu bara memberi sensasi suara yang sensual di telinga sang psikopat. Dengan santai pria itu melihat bagaimana bagian bawah tubuh Celine memerah terpapar panas dari bara di bawahnya.... lalu beranjak ke sudut lain di ruangan itu mempersiapkan penyiksaan lainnya untuk Celine yang kini menghentak-hentak pinggulnya dengan liar karena panas yang makin menyengat bokongnya.

Ketika trap itu menutup, Celine bernafas sangat berat, keringat mengucur deras dari sekujur tubuhnya, yang walau penuh bilur-bilur penyiksaan, tetap memancarkan aura sexy dan sensual yang sangat kental.

Kembali tubuh lemah Celine di seret ke sarana penyiksaan yang telah disiapkan sebelumnya. Kini gadis itu terikat pada sebuah roda kayu, yang bagian bawahnya masuk ke lantai, dengan pandangan yang berkunang-kunang, Celine bisa melihat adanya trap lain di lantai itu.

Psikopat itu menengadahkan dagu Celine, ia memandang wajah kuyu dan kusut masai korbannya, ia melihat bibir sang gadis yang kering akibat teriakan konstan dan tak adanya cairan yang masuk untuk membasahi dahaga sang gadis, juga jejak darah di tepi bibir sexy sang gadis akibat kerasnya teriakan yang keluar dari bibir yang secara berkesinambungan mengisi ruang penyiksaan itu menyebabkan tepi Celine terluka.

'Thirsty bitch?', tanya sang psikopat berbasa-basi, 'don't worry bitch... you'll have plenty to drink'.

Psikopat itu kemudian memegang sebuah handle di samping roda kayu itu lalu memutarnya hingga tubuh Celine terangkat melengkung teregang mengikuti putaran roda hingga pada posisi di puncak putaran. Celine mendengar suara derak di bawah roda itu, ia menyadari kalau trap sudah dibuka.
Aroma busuk menyeruak mengisi paru-paru sang gadis... lalu derakan roda terdengar.

Aroma itu makin menusuk seiring mendekatnya kepala sang gadis ke arah cairan yang menantinya di bawah sana... rambut panjangnya sudah terlebih dahulu menikmati kebusukan cairan itu. Cairan hitam pekat yang nampaknya campuran air sungai kotor, saluran pembuangan, septic tank dan entah apa lagi.

kulit kepalanya sudah terbenam, kini menyentuh alisnya...

'Confess, Bitch?'

Celine menggeleng panik...

'Well enjoy your swim, love, hehehe...' perlahan sekali psikopat itu memutar handle, membiarkan mata indah Celine terbenam, perlahan memutar kembali handle itu hingga hidung sang gadis terbenam, menyaksikan dengan girang ketika Celine megap-megap berusaha bernafas dari mulutnya, hingga pada saat yang tepat, psikopat itu memutar handle dan mendengar tegukan air kotor yang masuk dalam paru-paru dan lambung Celine.
Lalu dengan perlahan pria itu memutar handle, dan melihat kaki Celine yang melejang-lejang sebelum menghilang ke dalam cairan busuk itu.

Celine megap-megap mencari udara untuk mengisi paru-parunya yang terkontaminasi cairan busuk itu. Tubuh indahnya kini kotor dan dipenuhi gumpalan menjijikkan mulai dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

'How's your bath, bitch?' tanya sang psikopat sambil menjambak rambut Celine... ia bisa melihat jelas lelehan air mata tak henti mengalir dari wata ternoda sang gadis... ia hampir menyerah....
Psikopat itu tersenyum sinis, lalu kembali memutar handle, lagi... dan lagi... hingga tubuh Celine berulang kali keluar-masuk kolam nista itu, dan terakhir sang psikopat membiarkan Celine terbenam dalam cairan itu pada posisi terbawah dari putaran roda untuk beberapa saat...

Celine sudah lunglai ketika siksaan itu berakhir... dirinya di lempar ke lantai dingin ruang penyiksaan itu untuk kemudian merasakan semprotan air bertekanan tinggi yang dilakukan sang psikopat untuk membersihkan semua kotoran yang melekat di tubuh babak belur gadis yang tak berdaya sama sekali menahan semburan itu.

Celine bahkan tak menggeliat ketika psikopat itu mencengkerem sebelah lengannya yang tak berdaya dan menyeretnya melewati lantai berbatu ruang penyiksaan itu.
Celine sama sekali tak melawan ketika tubuh rusaknya di letakkan di atas sebuah frame lain, punggunnya tertahan roda kayu yang memoliki banyak tonjolan lancip berbentuk piramid kecil, pergelangan lengan dan kakinya diikat erat ke ujung- ujung frame hingga tubuh gadis itu membentuk huruf x yang menggiurkan, walau tubuhnya dipenuhi bekas penyiksaan.

'Aaaaaarrrrggghhhh!'

Raungan parau, lemah, berisi sisa kekuatan yang ada di paru-paru Celine keluar ketika sang psikopat memutar roda kemudi di kepala frame itu, dan rantai pengikat tubuh lunglai sang gadis menegang, dan menggulung.

Celine merasakan seluruh sendi tubuhnya seakan mau lepas, ia merasakan luka di tubuhnya melebar seiring regangan yang dirasakan dari alat penyiksa yang dikenal sebagai the rack itu...
Gadis itu menyerah... kesakitan mengalahkan segalanya... ia masih ingin hidup....
diperbudak, direndahkan, dihina, dilacurkan... apapun itu...

'Ampuuuuuunnnn!!!!' raung Celine
'Aku mengaku...Aku mengaku....'
'Aku penyihir... Aku pelacur....Ampuni aku.... Aku ingin hiduuuuup!' Jerit Celine ketika merasa kulit tubuhnya makin meregang dan membuat luka yang terbuka makin melebar.

****
Bunyi derak rantai terhenti....
Psikopat itu memandang Celine yang memandang pada dirinya dengan tatapan mohon belas kasihan dan tatapan kekalahan....
Gadis itu kini dalam genggamannya....

Pria itu menyentuh tubuh Celine... membuat sang gadis berjengit sakit....
Pria itu mendekatkan telinganya ke mulut Celine...
Sang gadis berkata lirih...'Ampuuun tuan... aku mau hidup... aku rela kau jadikan budakmu seumur hidupku... biarkan aku hidup tuan... ampuni aku...'

Pria itu lalu bangkit dari atas Celine dan melangkah ke sebuah perapian, lalu mengambil sebuah besi panas dengan symbol di ujungnya.

Celine memandang besi logo itu dengan pandangan ngeri... ia tau kalau ia akan di cap bagai ternak... dan dengan demikian ia resmi menjadi budak sang psikopat.
Mata Celine membelalak ketika psikopat itu mendkatkan besi membara itu ke wajahnya...
Apakah wajah cantiknya akan dibuat cacad dengan tanda itu?
Apakah payudaranya?

Jerit kesakitan, gemeretak gigi terdengar ketika pada akhirnya tanda perbudakan itu beristirahat dengan tenang di pingul sang gadis, tepat di lipatan antara pinggul dan paha. Peletakan yang membuat tanda perbudakan itu memberi efek sexy pada tubuh Celine yang kini pingsan itu.

****

Celine terbangun dan merasakan bila tubuhnya tertutup cairan, di sebuah bathtub... hanya bagian wajah dan tangannya yang menonjol ke luar...dan lapisan atas cairan itu mengeras bagai lilin yang membeku.

Celine panik lalu meronta berusaha membebaskan dirinya dari lapisan itu...
Ketika akhirnya ia berhasil membebaskan dirinya dan terduduk lemah di bathtub itu ia memcoba mencerna apa yang terjadi pada dirinya.

Ia berharap semua hanya mimpi buruk, namun rasa sakit di sekujur tubuhnya mengingatkan dirinya kalau penyiksaan itu nyata.

Perlahan gadis itu melangkah ke luar bathtub itu, telanjang bulat karena tak ada sehelai kain yang terdapat di ruangan itu.
Ia melangkah ke arah kaca besar dan takjub melihat seluruh luka di tubuhnya telah sembuh, hanya menyisakan gurat-gurat yang hampir sepenuhnya sembuh, bahkan vagina dan anusnya sudah normal kembali.
Hanya symbol yang terdapat dipinggulnya yang tak akan pernah sembuh lagi... selamanya membuat kulitnya cacad permanen.
Tanda Perbudakannya.

Celine melangkah keluar ruangan itu, dan mendapati sebuah kamar indah menantinya.
Ia merasakan angin menerpa kulit telanjangnnya dan ia melihat ada pintu yang membuka ke arah balkon. Gadis itu melangkah dan mendapati sang psikopat berdiri memunggunginya dengan tangan bertaut di belakang tubuhnya, sedang memandang jauh ke arah horison.

Gadis itu punya kesempatan... ia mendekati sang psikopat...lalu...

Celine menjatuhkan lututnya dan bersimpuh di belakang sang psikopat... lalu meraih buah pantat di depannya, menguakkannya sedikit dan mulai menjilati anus sang pria yang tanpa expresi tetap memandang ke arah horizon....

****

Psikopat itu bangun dari tempat tidur mewahnya, lalu meletakkan kakinya di atas keset yang berupa tubuh Celine yang tidur dengan nyenaknya di lantai... tertidur setelah tuannya menyetubuhinya dengan liar dan brutal hingga dirinya sendiri mengalami multiple orgasme.

Celine hanya beringsut pelan menerima pijakan di vagina dan payudaranya... membiarkan kaki sang tuan menikmati kekenyalan tubuhnya sebelum sang tuan menapakkan kaki ke lantai dingin, beranjak ke meja komputer dan melihat pundi-pundi uang di bank di kepulauan cayman bertambah seiring suksenya online hardcore torture session yang digelarnya.

Dan kini club bestality sudah membuat request...
Psikopat itu memutar kursinya, memnadang ke arah Celine yang masih tertidur pulas setelah pergumulan hebat semalam... bagaimana dada indahnya naik-turun seiring nafasnya yang terbuai kepuasan.

Pria itu kembali ke hadapan monitor, lalu memesan beberapa jenis hewan untuk memenuhi hasrat clientnya...

Debasement of Celine will not over yet... not in a long... long time....

end