Wednesday, January 11, 2012

United by faith....




Mobil sedan itu berhenti di depan gerbang villa, tak lama seorang gadis manis keluar dari pintu belakang, hanya berbalut sports bra dan hotpans sexy berwarna biru, yang kontras dengan kulitnya yang eksotis itu.
Wajah sang gadis bersemu merah karena harus keluar dalam kondisi setengah telanjang seperti itu, walau daerah villa itu cukup sepi, namun tetap beberapa tukang ojek dan penjaga villa bisa menikmati lekuk tubuhnya yang sensual itu yang berjuang membuka gerbang villa yang berat itu.

Olivia berlari kecil menghampiri mobil yang berhenti di depan pintu villa itu, dengan membungkuk tanda hormat ia membuka pintu pengemudi, memberi jalan untuk tuan besarnya, tuan yang sebelumnya hanya merupakan seorang supir.
Lalu gadis itu membuka pintu belakang, memberi jalan untuk tuannya yang lain yang sebelumnya hanya merupakan tukang kebun dan seorang pemulung yang mendapat rejeki untuk menikmati tubuhnya.

Bungkukan tanda penghormatan makin dalam ketika Olivia membuka pintu penumpang di depan.
Nyonya yang sangat dikasihinya melangkahkan kakinya ke luar mobil. A-dress merah yang dikenakannya membuat orang tak akan menyangka bila sesungguhnya ia hanya seorang pembantu.

Tangan sang nyonya lembut mengangkat dagu Olivia lalu menciumnya tanpa malu, "Terima kasih sayang." kalimat yang membuat gadis itu berbunga.

Pintu villa terbuka, seorang perempuan berkulit gelap dan berwajah seadanya menyambut mereka. Pakaiannya dan dandanannya yang menor makin memperparah penampilannya.
Namun nyonya penguasa Olivia seakan bertemu sahabat karib.
"Wah, kamu bisa datang juga, ya..." kata pembuka pintu sambil bercium pipi kiri dan kanan
"Ayo, sahabat kita yang lain sudah ada di dalam, budaknya sudah mulai pemanasan", katanya lagi sambil mengamit tangan sang nyonya. Olivia dengan tertunduk mengikuti mereka ke dalam villa.
Nyonya menor tadi melanjutkan ucapannya. "Akhirnya kita bisa bikin pesta budak seperti ini" sambil matanya melihat Olivia...
"Nanti kalau agak memar sedikit ngga apa toch?"
Olivia bergidig, namun tetap menunduk.
Sementara sang nyonya tersenyum dan terus mengikuti nyonya rumah ke arah dapur.

Di dapur, Olivia melihat ada seorang gadis hanya menggunakan korset putih tanpa bra dan celana dalam, vagina mulus dan payudara yang sekal milik sang gadis terekspose bebas, hanya stripper heels yang menjadi aksesoris tambahan di tubuhnya.

Olivia mengenal gadis itu, dia Nabila.

Sang nyonya memagut kembali bibir ranum Olivia lalu berkata,"Kamu bantu dia, ya sayang? Jangan kecewakan aku."
Olivia langsung bersimpuh, menunduk di hadapan sang nyonya, tak terbersit dalam benaknya untuk mengecewakan nyonya yang sangat baik pada dirinya
"Baik nyonya, saya tidak akan mengecewakan nyonya..."

Kemudian kedua nyonya melangkah menuju rekan mereka yang sedang menikmati tubuh budak baru... Sekilas Olivia mendengar nyonya menor itu bertanya penasaran tentang cara membuat dirinya patuh seutuhnya, dan kembali senyuman sang nyonya menjadi jawaban.

Kini kedua gadis sependeritaan itu berada di dapur, ada seekor kalkun besar yang harus mereka olah.
Cukup lama keduanya terdiam, lalu Nabila memulai percakapan.
"Bagaimana kamu bisa masuk dalam perbudakan ini?"
Pertanyaan itu menyentak Olivia, pertanyaan yang kembali membuka memory lama yang seakan tak akan terhapuskan dari ingatannya.
"Maaf..." kata Nabila,"Aku tak bermaksud membuka luka lama itu"

Namun Olivia menggelengkan kepalanya, ia tak ingin menutupi kenyataan, tidak di depan gadis yang bernasib sama dengan dirinya.
"Waktu itu aku sedang birahi... Dan dalam kamar mandi aku sedang menikmati jemariku menstimulus clitoris dan payudaraku.
Aku tak menyadari kalau pintu kamarku tak terkunci, dan nyonyaku masuk.
Aku terkejut waktu ia masuk ke kamar mandi. Entah kenapa aku bagai terhipnotis oleh dirinya, aura sexy terpancar dari tubuhnya yang terbalut you can see dan celana tiga perempat."
"Aku takjub waktu tanpa sungkan ia membuka pakaiannya. Kami berdua bugil. Dan aku sama sekali tak punya niat untuk mengusirnya.
Aku terhanyut. Aku menikmati tangannya yang menyabuniku, tubuhnya yang melekat di tubuhku.
Dan ketika bibirnya begitu dekat dengan bibirku, aku seakan terbang. Kami berpagutan liar, tangan kami saling menjamah, meremas, merangsang.
Aku tak ingat bagaimana kami akhirnya berada di kamar tidur, kami tak peduli tubuh basah kami meninggalkan jejak di kasur.
Aku merasakan nafsuku menggelegak, nyonyaku benar-benar menaklukannku... Kami menikmati orgasme kami yang panjang, meresapi tiap detik kenikmatan ragawi yang kami lalui.
Ketika aku tersadar, kedua tuanku sudah ada di dalam kamar dan ada beberapa kamera yang merekam persetubuhanku. Klasik sekali jebakan itu. Namun... Aku tau aku tak bisa berbuat apa-apa selain memasrahkan diriku untuk mereka nikmati."
Olivia terkenang bagaimana kedua penis itu berlomba merasakan nikmat mulut dan tenggorokan sang gadis, ia teringat hidungnya yang tertanam di bulu kemaluan tuannya, serta buah zakar yang menghantam dagunya.
Olivia ingat bagaimana penis keduanya berlomba menghancurkan vaginanya, mambombardir rahimnya.

Olivia berpaling ke arah temannya itu, "Kakak sendiri?"
Nabila menghela nafas,"Aku kalah taruhan." katanya singkat
Olivia mengernyit tak mengerti
"Aku bertaruh dengan kacungku, aku kalah, dan beginilah aku sekarang"

Olivia terdiam memandang Nabila yang nampak masih belum bisa melupakan tragedi itu.
Nabila teringat waktu dengan yakinnya ia menandatangangi perjanjian di atas materai yang mengatakan pihak yang kalah bersedia melakukan apapun permintaan pihak yang menang. Ia dan supirnya, serta pembantu yang berlagak nyonya sebagai saksi.
Nabila teringat bagaimana mereka mampu membuatnya merasa bersalah waktu ia mencoba sedikit bernegosiasi. Bagaimana sang supir bersedih karena merasa ternyata janji untuk seorang entertainer tak berlaku untuk dirinya, serta bagaimana sang pembantu berkata sedihnya menjadi orang kecil karena bisa diperlakukan seenaknya.

Nabila tak bisa menahan beban moral itu lalu dengan lantang berkata di hadapan keduanya kalau mereka berdua boleh memperlakukan dirinya apapun yang mereka mau.
Gadis itu menerawang mengingat ketika supirnya menyuruhnya untuk bertelanjang bulat dihadapannya, lalu memaksanya berlutut di hadapan sang supir yang dengan nyaman duduk di sofa, Memerintahkan sang gadis untuk membuka celana lusuhnya lalu memberi oral sex terbaik yang bisa diberikan kepada dirinya.

Nabila mengamini kisah Olivia sambil mengingat ketika rambutnya di jambak membentuk ekor kuda lalu kepalanya ditekan dalam-dalam hingga penis itu masuk jauh ke kerongkongannya, membuatnya tersedak.
Nabila masih bisa mengingat expresi kenikmatan sang supir ketika penisnya dimanjakan oleh mulut indahnya, lidahnya, tenggorokannya.

Kemudian Nabila menyadari kalau pembantunya juga ingin mendegragasi dirinya.
Permpuan itu ganti duduk di sofa mengangkang di hadapan Nabila, lalu memerintahkan sang gadis untuk melayani selangkangannya yang basah, dari vagina hingga ke anus.

Jeritan Nabila teredam di lubang pantat sang pembantu ketika supirnya dengan kasar menghujamkan penisnya ke vagina sang gadis yang masih kering.

Nabila memandang Olivia yang memasukkan kalkun ke dalam panggangan. "Vaginamu pasti sakit sekali saat mereka mulai menjahanamimu..."

"Bukan cuma vagina, kak. Anusku... Anusku juga mereka gunakan sebagai alternative vagina dan mulut. Sakit sekali ketika benda keras itu merejok ke dalam pantatku... Bergantian ke dua tuanku melebarkan saluran pembuanganku dengan penis mereka... Di saat aku mulai bisa menahan sakit...
Mereka menghujamkan penis mereka bersamaan ke dalam pantatku...."
"Hanya sentuhan lembut nyonyaku, membuat aku menahan jeritanku dan hanya bisa menggeliat menggeletar menahan sakit. Dan akhirnya aku harus membersihkan penis yang berlumuran kotoranku. Dan aku lakukan."

Nabila mengenang dirinya yang saat itu juga disodomi dengan brutal, ia bisa merasakan jika pantatnya sedikit mengalami pendarahan. Juga ketika pembantunya yang baru saja menyiram wajahnya dengan cairan orgasme menepuk-nepuk perutnya hingga anusnya kontraksi, meremas penis sang supir dan melumurinya dengan hasil sekresi dari lambungnya.

Nabila terpekur mengingat dirinya mengernyit menahan jijik dan mual ketika penis yang berlumuran darah dan kotoran itu dicuci dalam mulutnya.

Keduanya terdiam, mengenang awal tragedi hingga mereka tak mendengar langkah kaki nyonya penguasa Olivia.
Tersadar, Olivia segera menjatuhkan dirinya bersujud di kaki sang nyonya.
"Ampun nyonya, maafkan keteledoran hambamu hingga tidak mendengar nyonya datang."

Sang nyonya mengangat tangan Olivia, lalu merangkul pinggulnya dengan erat. Bibir mereka dekat, nafas keduanya saling menghangatkan wajah.
Dan seakan manusia yang dahaga, keduanya berpagutan buas, liar, seakan kekasih yang lama tak bersua.

Nabila tertegun melihat adegan birahi di hadapannya, melihat bagaimana sang nyonya menarik sports bra Olivia hingga sebatas hidung, lalu menciumi bibir sang gadis dengan bernafsu sebelum mencampakkan sports bra itu sembarangan.
Nabila melihat bagaimana geliat Olivia ketika gadis itu meloloskan hotpantsnya.

Tangan Nabila mulai merabai payudaranya sendiri, meremas kedua bukit kenikmatan itu hingga putingnya mengeras, lalu satu tangan melalui korset menuju vaginanya lalu bermasturbasi.

Nabila melihat bagaimana sang nyonya melumuri Olivia dengan madu lalu menjilatinya dengan rakus.
gadis itu iri, pembantunyalah yang selalu ingin dipuaskan, dan penyiksaan sexual yang mampu mengantar pembantu sialan itu orgasme. Ia iri.
Nyonya sahabatnya pandai membangkitkan birahi, lalu meminta pelayanan seperti sekarang seperti yang dialaminya.

Sang nyonya duduk di meja pantry mengexpose paha jenjang yang indah seperti apa yang dikatakan Olivia. Oh betapa ingin Nabila menjilati vagina yang dilabur whipped cream milik sang nyonya yang terawat rapi, tak seperti pembantunya yang tak merawat kewanitaannya.

Nabila terhanyut, ia tak menyadari tatapan penuh kemenangan sang nyonya.
Dengan telunjuknya ia memanggil Nabila yang terhipnotis dan mendekati sang nyonya.
Mereka berciuman ringan, lalu sang nyonya berbisik sensual di telinga Nabila yang dijawab dengan anggukan.

Sejenak Nabila undur diri ke sebuah laci di dapur, ia mengeluarkan double head massive strap dildo yang biasa digunqkan pembantunya untuk menghujam mulut, vagina atau anusnya.

Dengan tatapan mengundang Nabila mengeratkan starp itu di selangkangannya. Oh betapa nikmatnya rasa penis karet yang mengaduk rahimnya.
Lalu dengan sekali hentak, ia memasukkan penis karet itu ke dalam vagina Olivia yang sedang dalam posisi berdiri membungkuk, dan memuaskan sang nyonya.

Jerit Olivia teredam oleh vagina sang nyonya.
Tangannya membelai rambut sang gadis, mengusap kepalanya seakan menenangkan sang gadis yang menggeletar menahan hujaman kasar penis karet di vaginanya.
Lalu sang nyonya beringsut menjauhi kedua budak itu.
Ia berbisik pada Olivia, "Puaskan dia sayang, biarkan ia meraih orgasmenya seperti bagaimana aku menikmatimu. Terima perlakuannya dengan tulus, buat aku bahagia."
Dan Olivia bertahan sekuatnya demi membahagiakan nyonya yang disayanginya. Tak lagi ada keinginannya untuk menjerit kesakitan... yang ada hanya rasa bakti pada sang nyonya yang sekarang menguasai pikirannya.

Kemudian sang nyonya berbisik pada Nabila yang sedang mencengkeram erat pinggil Olive, sambil menumbukkan penis karet jauh ke dalam vagina sang gadis yang berpegangan erat pada pinggir meja pantry.
"Luapkan amarahmu... puaskan dirimu... raih orgasmemu... lampiaskan birahimu..." desahnya sensual sambil lalu undur dari mereka berdua.

Dan Nabila makin bernafsu, hentakan dildo itu makin brutal... ia menjambak rambut Olive, membuat gadis itu memandangnya dengan mulut membuka menahan desis kesakitan, lalu dengan penuh dendam meludahi mulut terbuka itu, lagi dan lagi...
Lalu kedua tangannya menepuki kedua pipi Olive dengan keras hingga pipi gadis itu memerah... namun bukannya menjerit kesakitan... karena rasa ingin berbakti yang begitu besar mulut sang gadis malah membulat dan mengeluarkan suara penuh nafsu... ia menerima siksaan ini demi sang nyonya....

Namibla meremas kedua payudara Olive dengan keras hingga payudara gadis itu memerah lau menepuki punggung sang gadis.... meremas keras pinggul.... menampari pantat dan paha sang gadis sambil pinggulnya menghentak dan menghentak dan menghentak, vagina ke anus, anus ke vagina.

Nabila benar-benar melepaskan emosi, amarah, rasa dendam yang tertahan dalam dirinya selama ini. Sekali saja ia ingin merasakan menjadi nyoya... menyiksa seorang budak... meraih orgasme melalui penderitaan orang.... karea sampai sekarang, dirinyalah yang selalu menjadi pelampiasan, menerima siksaan, menjadi pecundang....

Dan gadis itu menghentak dan terus menghentak hingga akhirnya....

Erangan orgasmis terlepas dari mulut Nabila, serta desah kepuasan meluncur dari bibir Olive... keduanya terdiam sejenak sebelum bagai jelly melorot dan tergeletak di lantai dapur...

Nyonya penguasa Olive tersenyum simpul sambil bersender di pintu dapur, ia puas dengan apa yang ia lihat, lalu dengan tenang ia mematikan cam coder yang ia pasang di saat ia masuk ke dapur lalu masuk ke dalam villa, menemui teman-temannya yang sedang mengganyang budak yang memohon-mohon minta belas kasihan ketika pantatnya sedang disodomi untuk yang kesekian kalinya.

Nafas kedua gadis yang kini tergeletak di lantai dapur berangsur normal...
"Maafkan aku, liv... aku tak bisa menahan diriku..." ia menangis karena malu, mengingat betapa kasarnya ia kepada teman senasibnya itu...
Olive hanya menggeleng dan berkata,"Nggak apa-apa... asal kakak bahagia akupun rela..."

Keduanya lalu beringsut bangkit, dan Nabila melepaskan strap dildo itu sambil mendesah merasakan gesekan penis karet itu keluar dari vaginanya.
Mereka memandang oven, masih ada waktu sebelum kalkun itu matang. Mereka lalu mempersiapkan hidangan lain dalam diam, mencoba melupakan apa yang barusaja mereka perbuat.

"Kamu pernah coba untuk berontak? untuk kabur, liv?" tanya Nabila
Gadis itu mengangguk,"Iya, dan ternyata aku tak pernah bisa lepas dari cengkraman mereka...Kamu lihat tuanku yang ketiga? yang berpenampilan paling seadanya itu?"
Nabila menganggk, ia memang penasaran dengan lelaki tua dengan penampilan semrawut yang masih juga dipanggil tuan oleh Olive.
"Satu hari aku berfikir kalau aku bisa melarikan diri dari tuan dan nyonyaku. Maka, walau saat itu aku hanya berbalut lingerie tipis transparant, aku mencoba kabur. Waktu itu jam satu dini hari, dan aku melihat ada pemulung dengan gerobaknya sedang berkeliling mencari sampah..."
Olive menghela nafas...
Nabila seakan paham..."Itu Jebakan ya?'

"Iya, kak..."Keluh Olive,"Ternyata tuan dan nyonyaku sengaja membuat skenario itu. Terlambat menyadarinya, aku tak melihat tatapan liar pemulung itu, dan aku seakan terhipnotis karena begitu aku sampai di hadapannya untuk meminta tolong, tuanku itu langsung merenggut lingerie tipisku... dan aku telanjang bulat, kak...di tengah jalan, malam buta...."
Olive menghela nafas."Tuankku membantingku, dan menikmati tubuhku di situ, ditengah jalan berlubang becek, tak beralas apa-apa.... dan tuanku begitu menikmati tubuhku...ohhh bagaimana ia mendesakkan penisnya dalam vaginaku, menunggingkanku dan menyodomiku... memintaku mengoralnya, dan menyirami rahimku dengan benihnya..."
"dan seharian itu ia membawaku berkeliling, bugil... aku bersyukur ia masih punya belas kasihan dengan menaruhkku di dasar gerobaknya dan menutupi tubuhku dengan barang-barang bekas yang ditemuinya... dan disaat ia menginginkanku, aku tinggal naik ke permukaan dan melayaninya dengan tulus..."

Nabila menggelengkan kepala melihat betapa submisive temannya ini, ternyata sang nyonya benar-benar bisa mengubah pribadi gadis itu menjadi seperti sekarang ini... dan dirinyapun barusan merasakan kemampuan manipulatif nyonya sahabatnya ini....
Nabila pun sudah merasakan akibat percobaan pelarian dirinya yang berakhir dengan tubuhnya yang hancur-hancuran harus melayani pengemis, pemulung gelandangan anak jalanan dan sebut saja jenis yang lainnya di kolong jembatan kotor selama dua hari dua malam nyaris tanpa jeda. Bagaimana penis demi penis mengisi ketiga lubang kenikmatannya bergatian, maupun bersamaan... ia juga merasakan apa yang Olive rasakan ketika dua penis mengisi vaginanya, anusnya, mulutnya... bagaimana lengannya sampai pegal memasturbasikan penis-penis yang seenaknya menyemburkan sperma ke wajahnya, tubuhnya... bagaimana rahim, mulut dan saluran pembuangannya tak lagi mampu menapung sperma hingga meleleh-leleh keluar dari tubuhnya.
Nabila tak akan bisa melupakan tubuh-tubuh penuh daki, kudis, koreng, cacad yang menikmati tubuhnya, bagaimana juga ia di buat mabuk karena dipaksa menghirup lem seperti anak jalanan sementara anak jalanan itu bergantian memasukkan penis kecil mereka dalam tubuhnya... menikmati tubuhnya..

Keheningan kembali mengisi dapur itu, hanya detik jam penunjuk waktu memasak yang terdengar sangat ritmis mengusir keheningan itu...

Nadila memandang perut Olive... terlihat cukup rata dan terawat.... apakah?...
"Pernah hamil, liv?" tanya Nabila tanpa bisa ditahan...
Air mata akhirnya meleleh dipipi Olive, namun tak ada isak keluar dari mulutnya...
Gadis itu mengusap airmata yang tumpah dan berkata, "Aku mengaborsi tujuh janin, kak... dan akhirnya aku mandul... aku tak akan pernah lagi bisa punya keturunan..." katanya sambil mempersiapkan beberapa gelas untuk minuman para tuan dan nyonya yang sedang berpesta budak...
"Namun mungkin lebih baik begitu... supaya tuan dan nyonyaku tak pernah bisa berhenti menikmati tubuhku untuk kepuasan mereka...Kalau kakak sendiri?"

"Aku juga mereka buat mandul... bukan... bukan karena aborsi... pernah satu kali mereka meminjamkan aku ke sekelompok tukan ojeg dan tukang becak serta penjaga-penjaga villa yang sekarang sedang berpesta di dalam sana... mereka memberikku penenang yang biasa dipakai mensterilkan kuda... dan kini... nasib kita sama..."

Kalkun itu sudah matang, mereka berdua memberikan laburan di atas hidangan mewah yang dibeli dari uang mereka sebagai entertainer... lalu mereka menyiapkan makanan kecil dan minuman yang lainnya.

"Pernah mau meracuni mereka?' tanya Nabila tiba-tiba sambil dirinya menuangkan lemon tea dari dalam pitcher ke beberapa gelas.

Olivia bergidig ngeri..."Aku tak mau membunuh kakak..."
Nabile tercengang
"Pertama dan terakhir aku menaruh racun dalam makanan, aku kehilangan Dalmatian kesayanganku yang mereka suruh mencicipi makanan yang aku buat..."
Olivia teringat bagaimana Dalmatian itu meregang nyawa sambil menatapnya iba mohon diselamatkan sementara dirinya meronta tertahan, memohon belas kasihan pengampunan untuk Dalmatian yang beberapa kali juga menikmati pelayanan terbaik dari dirinya....

Olivia memandang Nabila yang tepekur melihat hidangan di hadapannya...
"Aku tak ingin meracuni mereka... karena tubuhku kini sudah sangat rusak dan sex addict.... aku perlu mereka untuk memperbudakku, menyiksaku... aku mau meronta dan berontak terus agar mereka punya alasan untuk memperkosaku lagi dan lagi..."

Mereka berdua tersenyum penuh arti...
Ya... tubuh mereka kini tak bisa dipisahkan dari benda bernama penis dan vagina... tubuh mereka berharap dapat merasakan penis-demi penis menghujam, berharap mulut mereka bisa merasakan vagina demi vagina yang berdenyut minta dipuaskan.. karena seiring orgasme penikmat mereka, keduanyapun bisa merasakan orgasme...

Akhirnya setelah semuanya selesai, mereka berdua mendorong makanan menggunakan trolley ke taman belakang villa...
Mereka dapat melihat sekitar 20 pria dan tiga wanita sedang duduk-duduk santai sementara di hadapan mereka seorang gadis muda lainnya yang tak kalah cantiknya sedang meringkuk kesakitan sambil tersedu sedan.

Olive dan Nabila bisa melihat bagaimana sang gadis yang dikenal sebagai Citra itu meringkuk menggeletar menahan sakit disekujur tubuhnya, yang tertutup sperma kental, yang baru saja dihajar 20 penis secara marathon itu. Mereka tau kalau sekarang giliran mereka yang menggantikan penderitaan sang gadis yang diberi sedikit waktu istirahat...

Mereka pasrah....

Kini di saat sinar menrari mulai beranjak naik, dan suhu mulai memanas nampak pemandangan menggairahkan di taman belakang villa itu.

Tubuh Olive kini berada dalam posisi merangkak, punggungnya menjadi tumpuan kaki, vagina dan anusnya disumpal dildo vibrator berukuran besar, sementara mulutnya di sumpal dildo strap... gadis itu menyadari kalau ini merupakan pemanasan dari apa yang akan ia rasakan sebentar lagi...

Nabila dipaksa menari erotis lalu memasturbasi dirinya dengan paha kalkun besar itu dan dirinya dipaksa berorgasme, berkali-kali hingga kelelahan... namun yang terparah tentunya masih akan datang...

Ketiga gadis itu masih harus bertahan melalui siksaan itu.... selama satu minggu... selama cuti shooting yang terpaksa mereka minta untuk menyerahkan diri mereka menjadi pelampiasan nafsu...

Ini akan menjadi satu minggu yang sangat panjang bagi ketiganya... sangat, sangat panjang....

End