Thursday, April 02, 2009


Nadine's Survival Pt 2- Military Camp Hell

Nadine terus berjalan menjauhi daerah suku primitif itu, sambil berusaha mencari jalan lain untuk medapat pertolongan. Hutan yang sejuk dan dingin tak membuat dirinya senang malah sebaliknya merinding membayangkan jauhnya pertolongan.

Namun setidaknya, sekarang ia tak lagi takut akan rimbunnya rimba. Pengalaman bersama suku primitif itu cukup membuatnya jadi kuat dalam menghadapi hutan di depannya. Nadine jadi tahu dimana ia harus tidur untuk menghindari binatang buas, dimana ia berteduh dari hujan. Bahkan berburu untuk mendapatkan makanapun bisa dilakukannya. hanya sayang, karena lama terpengaruh gaya makan ala suku primitif itu, dan sulitnya mendapatkan kayu kering dan batu api, Nadine mulai terbiasa memakan daging mentah.

Gerakannya sendiri bagai kucing liar, yang lincah meloncat kesana-kemari dan tanpa kesulitan bergerak direrimbunan hutan.

Maka tibalah Nadine di tepi sebuah tebing, ia terkejut melihat ada sebuah camp militer di hutan itu. Namun ia tak mau gegabah langsung meminta pertolongan, ia trauma dengan kesialannya dulu di perkampungan suku primitif itu, maka dengan sensitivitasnya yang makin terbentuk, ia mengitari camp dari kejauhan, sambil meninjau suasana.

Namun sepandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga.

Todongan senjata di kepala Nadine membuatnya terkejut, ia terlalu asyik memperhatikan camp hingga ia tidak menyadari kalau ada pasukan patroli yang melihatnya.
reflex nadine menangkis pistol itu dan menghajar pemilik senjata, namun lima pucuk pistol yang segera terarah ke wajahnya, membuatnya tak berkutik.

Komandan pasukan itu melihat anakbuahnya yang meringkuk di tanah memegang hidungnya yang patah di hajar Nadine. 'You shit' gumamnya dingin dan... blam... Percikan darah dan otak segar memercik ke wajah Nadine, yang sekarang sudah kebal dengan darah dan kanibalisme.
Sebuah pukulan di uluhati Nadine membuatnya sesak nafas hingga dengan mudah dirinya diringkus dan giring ke arah camp.

Komandan camp seorang negro bertubuh tinggi besar sedang melihat kondisi tempat berlindungnya ketika ia melihat lima anak buahnya menyeret seorang gadis cantik berpakaian two piece kulit macan tutul dan sepatu boot bulu beruang.
'Who 'da hell waz that' soldier!' gelegarnya dengan nada khas afrikan american rapper.
'whe found the bitch snooping on our camp commander!' seru pemimpin regu, 'she might be spy'

Nadine tertegun, ini camp tentara Amerika. Sekarang ia benar-benar bisa selamat.
'I'm Nadine commander' seru gadis itu terburu-buru, 'I'm casted from some chopper months ago. Gladly i found you'

Para tentara tertegun.

Tamparan keras mendarat di wajah Nadine, 'Shut up! Bitch!' gerung sang komandan, 'now i'm preety sure, you're spy from that canibalistic tribe.'
'No...'jerit Nadine mencoba membela dirinya, 'I'm a victim, I'm Indonesian, Im...'
Komandan camp menyelanya dengan garang, 'So you're Indonesian, heh!' sambil menampar Nadine dengan lebih keras, hingga bibir gadis itu pecah dan menyebabkan kepalanya pusing.
'Now tie that bitch down spread eagled on that sand bunker, let her feel how we hate Indonesian Terroist!'
'No' jerit Nadine 'I'm not terorist...'

Hibaannya tak berpengaruh, prajurit yang menangkapnya segera menelanjangi Nadine, membawanya ke bunker pasir, dan mengikatnya membentuk huruf x. 'Enjoy bitch!' desis satu prajurit sambil menendang rusuk Nadine dengan army bootsnya.

Terik mentari segera saja membuat tubuh Nadine terpanggang, matanya silau, mulutnya kering, bakhan punggungnya serasa matang oleh panasnya pasir.
Sebuah bayang melindunginya dari silau mentari, sang komandang mengangkangi tubuhnya sambil bertanya menghina, 'Thristy, bitch?'
Mulut Nadine yang kering cukup menjadi jawaban, Nadine mendengar suara reslating yang diturunkan. Dan kemudian mulut keringnya dipenuhi cairan kuning, gadis itu megap-megap berusaha meludahkan cairan itu, dan hentakan army boots di perutnya membuatnya sesak nafas. 'Damn you, whore!' maki komandan sadis itu, 'I giving you a relieve and you drop it!'
Lalu Komandan itu meraup pasir basah dekat kepala Nadine dan menjejalkan ke dalam mulut sang gadis yang meronta-ronta, 'You will drink my piss and my men, because that is the only water you'll ever drink, and our sperm too bitch!' Katanya sambil menurunkan celananya dan mulai memperkosa Nadine yang kesakitan dengan brutal.
Gadis itu tak meyangka kalau dirinya akan kembali mengalami penyiksaan dan pelecehan, juga pemerkosaan beramai-ramai, karena sekarang antrian tentara yang ingin menikmati tubuhnya sudah terbentuk dengan rapi.

Gadis itu menggigil kedinginan, udara dingin malam menusuk tulangnya, tubuhnya lengket oleh sperma kering yang sudah tersebar merata disekujur tubuhnya, mulut, vagina dan anusnya memar menerima sodokan banyak penis, belum lagi air seni yang mengisi kerongkongan dan membasahi sekujur tubuhnya.
Kemudian dua tentara melepaskan Nadine dari bunker pasir itu, dan menyeret tubuh lemahnya ke dalam markas.

Nadine nyalang melihat dirinya diseter ke ruangan penyiksaan, sang komandan sudah menanti.
'You'll gonna sing bitch! you're gonna tell me whre's your fucking terrorist friends hide'
'I'm not a terrorrist, sir' hiba nadine, 'I'beg you to believe me...'
'I believe that you deserve punishment, bitch. To see how the world suffer for the terror you inflicted'
Sang komandan memerintahkan agar Nadine diikat di sebuah tiang, lalu kedua kakinya diangkat ke arah kepala hingga tubuhnya terlipat.

Lalu sang komandan mengambil jepit buaya, Nadine mencoba menggeliat sebisanya menghindari jepit buaya yang akan menyakiti payudaranya yang sudah tersiksa sebelumnya. Jemari sang komandan menjepit keras puting gadis itu yang menjadi sangat sensitif. Perlahan memilinnya, dan....

Lengking kesakitan Nadine menggema ketika jepit buaya itu tertanam di putingnya hingga tetesan darah dapat terlihat keluar. Kembali jeritan terdengar ketika sebelah putingnya kembali dihujam jepit buaya.
Keringat dingin mengaliri tubuh gadis itu, matanya berkunang-kunang, namun rabaan di vaginanya kembali menyadarkannya dan membuat gadis itu kembali panik, 'No... not there... nyyyyeeeeeaaaaarrrrrggghh' jerit kesakitan yang lebih keras terdengar, ketika jepit terakhir menghujam klitorisnya yang perih.

Nadine bagai kehabisan nafas hingga tak memperhatikan kawat tembaga yang terulur mengait jepit itu.
Komandan itu berkata, 'Now let hear you sing'
Sengatan listrik itu membuat Nadine terlonjak-lonjak bagai kuda, arus listriknya sangat kuat
'Where is your comrade!' bentak komandan itu, Nadine bahkan tak bisa mengangkat wajahnya

Sengatan berikutnya kembali menyerang, tubuh Nadine kembali terlojak keras, kerongkongannya mengeluarkan suara kumur-kumur tak jelas, mulutnya mengeluarkan ludah dengan tak terkendali.
Sengatan berikutnya menyebabkan Nadine terkencing-kencing, dan ketika sengatan itu makin tak tertahankan, Nadine mengejan hingga mengeluarkan kotoran dari anusnya.

'What the hell y'er thinking y'er doin', bitch!' bentak Komandan itu lalu memotong tali pengikat Nadine, membiarkan gadis itu jatuh berdebam lalu dengan sekali sentak mencabut jepit buaya di puting payudara dan klitorisnya. Nadine langsung menggelepar menahan sakit.
'You shit in my place bitch, now you'll clean it' bentak sang komandan sambil menjambak rambut Nadine, menghujamkan wajah gadis itu ke kotorannya sendiri dan menjadikan wajahnya bagai kain pel.
Komandan itu puas melihat Nadine yang tergeletak tak berdaya, lalu ia memerintahkan anak buanya memasukkan Nadine dalam sel isolasi.

Nadine gelagapan ketika air menyumbat jalan nafasnya, namun refleksnya membuat gadis itu bisa mengangkat kepalanya dipermukaan air. Sel isolasi itu ternyata berbentuk sumur, dengan ketinggian air setinggi hidung Nadine, hingga gadis itu terpaksa berjinjit agar bisa bernafas, tangan gadis itu diborgol, dan kakinya diberi bola besi.

Dinginnya air membuat tubuhnya menggigil, terlebih dengan posisi jinjitnya yang menyebabkan, betis, paha dan perutnya kram.
Namun penderitaannya belum lagi berakhir, gadis itu merasakan adanya mahluk berlendir yang mulai merayapi dan menempel di tubuhnya. Tangisan frustasi gadis itu mengiringi lintah-lintah kerbau yag berbondong merubungnya. Sakit, perih letih dan lelah menyerang Nadine, terlebih karena darahnya disedot banyak lintah termasuk yang menghisap darah di payudara, vagina dan buah pantatnya, bahkan wajah cantiknya kini dihuni lima lintah yang menjadi sangat besar setelah menyedot darah gadis itu.

Sebuah tongkat pengait mengangkat tubuh Nadine yang dipenuhi bercak-bercak bekas gigitan lintah. Tentara yang mengangkatnya tertawa melihat seekor lintah yang masih bergayut di klitoris Nadine, dan ia berkata, 'heheh, you have a dick too, you bitch!' katanya sambil menyentak lintah itu, dan meninggalkan clitoris Nadine berdarah.

Tangan gadis itu diikat ke atap barak penyiksaan itu, Sang komandan mamasang sarung tinju dan melihat tubuh lemah gadis itu. 'Okay men, let me do my exercise' katanya dan...
gadis itu menggeliat-geliat lemah, tubuhnya dijadikan sansak hidup oleh sang komandan, jab, hook, staright, payudaranya dijadikan speed ball practise.
Tubuh Nadine babak belur, pelipisnya sobek, hidungnya patah, tubuhnya memar-memar. Namun sang komandan masih jauh dari puas.

Ia mengambil cerutu menghisapnya dalam dan berkata, 'you are one good punching bag, asshole.'
'lemme ask you again, where is your terrorist friend, bitch!'
Suara Nadine bergetar lirih, nyaris tak terdengar 'I'm innocent, sir... even i'm not pure Indonesian, I'm half german', Nadine berharap kalau darah Jermannya akan menghentikan penyiksaan ini, namun.
'Even better bitch, I hate Nazi!' geram sang komandan, dan ledakan jerit Nadine kembali terdengar ketika api cerutu itu membakar clitorisnya yang masih berdarah akibat gigi lintah.
dengan santai sang komandan menghisap cerutunya memperbaiki nyala api dan....

Tubuh Nadine meringkuk menggigil menahan sakit dalam selnya yang berukuran sempit hingga ia harus tidur dengan menekuk kaki, seluruh tubuhnya terbakar, tak ada satu bagianpun yang lolos dari sundutan cerutu, dan beberapa bungkus marlboro.

Entah siksaan apa saja yang sudah ia terima, Nadine sudah berhenti menghitung, namun siksaan dan pelecehan mental, fisik dan sexual terus menderanya, dan teknik interogasi yang sama sekali tidak manusiawi dialaminya.
Nadine pernah didudukkan di kursi kayu dengan starp agar ia tak bisa lari, lalu wajahnya diberi wadah hingga ke lehernya, lalu mereka menuangkan cairan campuran air seni, dan kotoran hingga penuh dan membuat Nadine kehabisan nafas dan menelan 'bubur' itu.
Atau Nadine pernah dipaksa berlari mengelilingi camp sepanjang hari, atau menari bugil untuk hiburan prajurit yang kemudian bergiliran memperkosanya, bahkan pernah dirinya diikat dalam piosisi menungging, dan tubuh tak berdayanya dijadikan pemuas nafsu anjing-anjing penjaga yang jumlahnya banyak.
Ketika giliran herder yang maju, sang komandan bberkata mengejek, 'your country fella want to fuck you! enjoy some german dick!'

Dan bentuk pelecehan juga bervariasi seperti ketika tubuhnya diikat di atas meja, dan mereka menetesi tubuhnya dengan lilin, hingga tubuhnya menggeliat-geliat. Mereka sengaja memberi tetesan lebih banyak di vagina nadine yang kini bulunya melebat karena tak tersentuh pisau cukur, dan ketika lilinnya mengering mereka menyentak lilin itu hingga seluruh bulu vagina Nadine tercabut, lalu lilin yang masih menyala itu disumbat ke dalam vagina dan anus Nadine.

Horor kembali menghantui Nadine, ia mendengar kalau ia akan segera dieksekusi, karena jawaban yang tak pernah terucap dari dirinya. Sementara mulutnya bekerja keras mengoral penis kuda seorang prajurit, otaknya berpikir keras untuk mencari cara melarian diri.

Ledakan keras di gudang senjata cukup membuat semua prajurit kalang kabut, bahkan Komandan yang tertidur pulas dengan penis yang masih menancap di mulut Nadine, segera bangun, menendang wajah gadis itu dan segera melihat keadaan.
Dengan perlahan, Nadine menyelinap, gadis itu mengambil singlet prajurit yang lebih kecil dari dirinya hingga ukurannya jadi pas, mengambil celana yang pas ditungkai indahnya, dan menonjolkan bokong indahnya,tak ketinggalan army boots.

Nadine juga mengambil dua pucuk pistol FN, sebuah senapan serbu, pisau komando dan beberapa granat.
Ia mulai bergerak, ia menyelinap bagai pasukan siluman, membunuh beberapa prajurit, dan... dendamnya terbalas, ketika ia berhasil memenggal kepala sang komandan yang lengah.

Tembakan silih berganti mengiringi menghilangnya Nadine, yang kini bagaikan rambo ke tengah hutan, rimba. Namun Nadine menyempatkan diri melihat kekacauan yang disebabkannya, ia kaget karena ada seorang gadis di bawa ke dalam camp

Seorang komandan baru mengisi posisi yang kosong, dan dengan garang menghajar seorang wanita cantik bugil, yang baru saja tertangkap oleh pasukannya, dan tuduhan padanya adalah penyebab ledakan gudang senjata, dan membantu pelarian Nadine.

Gadis itu meronta, mengiba, mengatakan buka dia pelakunya. Namun komandan baru tak peduli, ia menarik tali yang mengikat kedua kaki gadis itu, mengaitkannya pada bagian belakang mobil jeep, membalikkan tubuh gadis itu dan mulai menyeretnya dengan mobil.
Gadis itu berteriak kesakitan. 'I'm not criminal... I'm Leah Di.......' suara gadis itu teredam ketika mobil jeep melaju melalui tumpukan kayu yang terbakar.

Nadine meringis pedih... namun sekarang ia harus terus bergerak. Pelariannnya dimulai lagi, gadis itu masih berharap untuk bisa kembali ke tengah peradaban, namun petualangannya belum lagi berakhir.


End for now