Saturday, March 02, 2013

Dear friends,

this is the link to my latest story...

http://www.mediafire.com/view/?61rcqharujcdddo

Have furn

cheers
Pimp Lord

Saturday, October 06, 2012

Revenge of a beauty: Cinta Dewi



Suara klakson mobil itu mengejutkan ke tiga lelaki yang sedang asyik bermain gaple di belakang villa besar itu.

'Mampus!' kata seorang dari mereka yang berusia paling tua diantara mereka dengan perut buncit dan rambut memutih yang dipanggil Abah dengan suara keras dan panik.

'Juragan Lu dateng....' kata lelaki satunya lagi yang dipanggil Atep, yang bertubuh ceking dan berwajah setampan andhika 'kangen band' yang semakin parah penampilannya oleh tubuh yang gemetar ketakutan.

'Din, kita-kita cabut dulu ya!' kata orang yang paling tua itu sambil ke dua orang itu lari ke arah tembok belakang dan melompatinya dengan tergesa dan mengeluarkan bunyi debum dan jerit mengaduh....
Udin terbengong dengan wajah pucat pasi.... Keringat dingin mengalir deras dari tubuhnya.

'Udiiiiin!' teriakan perempuan itu melumpuhkan Udin... Kakinya seakan terbuat dari jelly.
Keringat makin deras mengalir dari seluruh pori tubuhnya.

'Kang...!'
Tepukan dan teguran perempuan dipundaknya membuatnya terlonjak... Nafasnya seakan habis menjalani marathon.

'Minah! Kamu bikin aku jantungan...!' katanya dengan suara keras yang ditahan...
Minah sedikit iba melihat ketakutan Udin, namun mengingat kelakuan bejad lelaki itu dulu rasa iba itu hilang.

'Non Cinta manggil... Tau sendiri kan kalau akang telat ngelayanin non...'
Kalimat itu makin membuat Udin lemas... Minah mengelus punggung Udin yang basah...

'Tahan ya kang...' katanya sambil menahan tawa....
Udin melangkah terseok ke dalam rumah, Minah mendengarkan bentakan wanita itu pada Udin... Mendengar perintah wanita itu yang memerintahkan Udin untuk membuka baju, memaksa lelaki itu berjongkok di hadapan selangkang sang wanita yang masih basah oleh keringat setelah seharian beraktivitas, dan memerintahkan Udin untuk mengoralnya....
Minah memejamkan matanya sambil tangannya merangsang vaginanya sendiri, ia melakukannya sambil mendengarkan suara desahan Nona majikannya yang sedang dipuaskan oleh Udin...
Ia terangsang mendengar lenguhan sang Nona dan ia makin melayang dalam masturbasinya... Dan lenguhan dua wanita yang terpuaskan itu mengisi udara yang penuh dengan nuansa birahi itu.

Minah tersenyum, ia membayangan betapa tak berdayanya Udin... Ia yakin sampai saat ini Udin masih tak percaya akan nasibnya sekarang ini di mana ia menjadi budak sex seorang artis terkenal...
Hal yang pastinya menjadi harapan tiap lelaki, bersetubuh dengan Nona majikannya.
Tapi tidak dengan Udin.... Minah tertawa kecil.... Ia tau kalau hal itu tak berlaku buat Udin....
'Salahnya sendiri....' batin Minah sambil masuk ke dalam rumah dan melihat sang Nona sedang mengangkangi wajah Udin dan memaksa lelaki itu menjilati anusnya....
Minah tersenyum dan berlalu ke dapur...'Salahmu sendiri Din, hihihi, salahmu sendiri...'
......

Di kamar Cinta yang indah itu udara terasa pengap. Aroma keringat, sperma dan asap rokok bercampur jadi satu. Udin dan kedua rekannya sedang duduk santai menyusun rencana, mereka tak merasa malu atas ketelanjangan mereka bertiga...
Untuk apa malu? Sementara sebelumnya mereka bertiga menggumuli tubuh Minah dengan brutal, di atas kasur majikannya sendiri. hingga kini gadis itu dalam keadaan yang menyedihkan, nafasnya tersendat, vagina dan anusnya memar merah dan tertutup lapisan sperma sebagaimana juga seluruh anggota tubuhnya yang lain... Payudaranya berwarna keunguan bekas remasan brutal, cupangan di mana-mana, dan bekas tamparan menghiasi pantat montok sang gadis.

'Lu yakin rencana Lu bisa berhasil?' tanya Abah dengan ragu.

'Yakin lah Bah' kata Udin. 'Saya yakin begitu kita peres dia dengan rekaman yang nanti kita bikin pasti dia ngga akan bisa apa-apa selain muasin kontol kita, bang...’

‘Ah, elu kebanyakan baca KBB Din’ sergah si Atep
‘Cara gituan dah basi, tau!’ sergahnya sambil beringsut ke arah Minah yang menggeliat lemah, lalu menjambak rambut kusut sang gadis dan memaksa gadis itu menghangatkan penisnya dengan mulut hingga jauh ke tenggorokannya...

‘Elu yang kebanyakan baca bokep... Cara itu basi untuk para pembaca tau? Mereka perlu cara baru...’ gerutu Udin sambil membantu rekan bejadnya itu dengan membuat Minah melakukan woman on top di atas tubuh Abah.

‘Justru cara klasik itu yang ampuh.... Gua yakin buat type mereka, karir nomor satu.... Dan kalau usaha kita sukses, gua dulu yang bakal nyodok boolnya!’ geram Udin sambil menyodomi Minah dengan brutal...
....

‘Inget, Nah. Lu campur obat ini ke minuman dia... Jangan macem-macem atau gua gebukin muka elu sampe bonyok’ ancam Udin sambil menyerahkan bungkusan puyer obat bius itu pada Minah.

Minah memandang Udin dengan pandangan memelas.
‘Kang, tolonglah.... Minah ngga bisa.... Minah sayang sama non Cinta... Mi.... Aaaaaduuuh.... Ampun kang, sakiiiittt!’

Minah meringis nyeri ketika Udin mejambak rambutnya dan mulai menamparinya dengan buas.
Udin lalu mencampurkan puyer itu kedalam syrup lalu kembali mengancam Minah yang terisak ketakutan dan kesakitan....
‘Kamu macam-macam, tanggung sendiri akibatnya...’
.....


‘Minah? Kamu kenapa?’ tanya Cinta memandang pembantunya yang nampak gugup, baki yang dipegang gadis itu bergetar hebat....

Mata Minah berkaca-kaca ketika Nona yang sangat disayanginya mengangkat gelas... Ia tidak bisa...
Minah menepis gelas itu dari tangan sang Nona, denting gelas pecah memenuhi keheningan ruang tengah itu.

‘Minah....! Apa-apaan kamu!’ bentak Cinta sambil terkejut...
‘Maaf non.... Tapi aku tidak bisa nyelakain non... Sebaiknya non panggil polisi....!’ seru Minah sambil memegang erat lengan Nona yang disayanginya itu

‘Kenapa kamu ini Minah?’
‘Non.... Non sekarang dalam bahaya... Tolong non, panggil polisi atau kabur dari sini....’
‘Kamu....’

Belum habis kalimat Cinta, Udin dan dua rekannya langsung menyerbu ke dalam ruang tengah.
Gendut dan Atep langsung menyergap Cinta yang berteriak teriak ketakutan. Sementara Udin menghajar Minah dengan brutal.

‘Anjing kamu Udin, lepaskan kami!’ teriak Cinta

Plak!


Tamparan keras di pipinya membuat kepala sang gadis tersentak, membuat kepalanya pusing dan berkunang-kunang.
Udin berkacak pinggang melihat sang Nona, jakunnya naik turun melihat keindahan tubuh majikannya yang menggunakan tank top dan hot pants yang benar-benar menonjolkan keindahan tubuh mudanya.
Udin lalu berjongkok di hadapan sang Nona, lalu menjambak rambut sang gadis.

‘Kita-kita bakal ngebuat elu nyesel dilahirin...’ kekeh Udin.
Sang Nona meronta sebisanya ketika lengan Udin merayap masuk ke balik tank topnya, meremas payudara telanjangnya dengan kasar...

‘Anjing kamu Udin!’ maki gadis itu lagi sambil meringis kesakitan ketika Udin memuntir puting susunya

‘Aku anjing’ kata Udin ‘Kamu pelacur... Tidak pakai kutang... Sekalian saja tidak usah pakai baju lonte!’ bentak Udin sambil merenggut tank top sang gadis, kini payudara sekal sang gadis terpampang bebas, Atep dan Abah menelan ludah, tangan mereka mulai bergeriliya meremasi payudara indah itu.

Plak!

Sebuah tamparan keras lagi membuat sang gadis menghentikan rontaan kakinya ketika Udin berusaha meloloskan hotpants yang digunakannya.

‘Dasar perek, cangcut kaya benang dipake.’ ejek Udin sambil menarik g-string sang gadis ke atas hingga melesak ke dalam vaginanya yang indah tanpa bulu itu.

‘Aduh! Ajing! Perih bangsat!’ maki sang gadis ketika Udin menggesek g-string itu hingga membuat vagina dan clitoris nya perih.
‘Aaaaaaaahhhhhhh!’ teriak sang gadis ketika Udin menarik g-string itu makin ke atas hingga putus.

‘Makan nih cangcut... Biar mulut kotor lu diem!’ bentak Udin sambil menjejalkan g-string itu ke mulut sang gadis...
Udin membantu rekannya mengikat lengan sang gadis ke belakang tubunya membentuk siku, lalu menjauhi mereka sejenak… memasang tripod dan video cam di tiga psisi yang memastikankan kalau tubuh telanjang Cinta dan Minah akan terekam dengan jelasnya.

‘Ja.... Jangan.... Kang....’ kata Minah terbata ketika melihat Nona yang disayanginya itu terikat tak berdaya dan kedua kakinya dikangkangkan dengan lebar oleh Atep dan Abah hingga vagina Cinta terpampang dengan bebasnya.
Udin menghampiri Minah, menjambak rambutnya lalu menarik sang gadis ke arah sang Nona.


‘Denger Lu bedua... Gua bisa bunuh Lu pada, lalu gua kubur di septic tank.... Ngga bakal ada yang tau’ ancam Udin. Sang Nona nampak murka caciannya terbungkam celana dalamnya, sementara Minah nampak ketakutan, dan khawatir akan keselamatan sang Nona.

‘Kang.... Jangan.... Kasian non Cinta, kang...’ iba Minah..

‘Kalau gitu Lu nurut... Mungkin gua bakal berbaik hati sama Lu berdua...’ kata Udin sambil mengelus kepala Minah, dan menghapus airmata sang gadis.

‘Nah…’ lanjut Udin, ‘Kalau lu mau nona kesayanganlu ngga gua bikin cacad mendingan lu ikutin apa mau gua….’

‘I… ya kang… saya turutin mau akan, tapi tolong jangan sakitin non Cinta….’

Udin tertawa sinis,’Nona lu bakal kesakitan bego’ katanya sambil menoyor kepala Minah, ‘Cuma gua ngga akan bikin muka cantiknya rusak itu aja…’

‘Sekarang pilihannya di elo… nurut atau gua sayat muka cantik nona lu… toh kita-kita masih bisa make memek ama pantatnya sebelum lu bedua mati….’
Minah menangis tersedu-sedan… ia menganggukkan kepalanya lemah dan pasrah…. Kepalanya tertunduk… menanti perintah yang akan datang…


‘Sekarang mendingan lu ngerangkak kearah nona lu, terus lu jilat memeknya’ perintah Udin dengan santai, seakan menyuruh Minah melakukan pekerjaan rutinnya.
Minah terenyak, ia tak menyangka kalau Udin akan memintanya mengoral vagina majikannya sendiri….
‘Bang… silet muka tu pecun biar ni babu mau nurut…’ Kata Udin karena Minah tak juga beranjak…

‘Tidak! Jangan! Aku turuti…. Tolong jangan silet non Cintaaaaa!’ Jerit Minah bagai orang gila demi melihat cutter taham yang ditekan oleh si gendut ke tulang pipi Cinta yang kini menampakkan horror itu.

Ketiga jahanam itu tertawa penuh kemanangan dan nafsu melihat Minah yang menyerah dan demi melihat dada montok Cinta yang bergerak naik-turun melepaskan adrenalin rush yang melandanya akibat terror bilah cutter yang sedikit menggores pipi mulusnya.

Minah merangkak kea rah vagina sang nona yang terkangkang lebar, dengan mata tulang kering yang diikat ke paha. Mata keduanya beradu… Cinta bisa melihat air mata kesedihan yang keluar dari mata sembab Minah….

Minah mengucapkan kata dalam sunyi ‘maafkan aku….’
Cinta mengangguk…. Ia mengerti taruhannya…….
Minah menutup matanya dan mulai menjilati vagina indah sang nona yang bersih tanpa bulu dan merekah mengundang itu… Minah merasa sangat berdosa karena merasa dirinya telah turut dalam proses pendegradasian sang nona… serta turut berperan dalam perbudakan yang akan dialami sang nona seperti apa yang ia jalani sekarang.

‘Jangan dijilat doang’ Bentak Udin, ‘Lu masukin lidah lu ke memek dia… isep itilnya… lu kocok tuh memek pake jari lu, goblok!’ lanjut bajingan itu sambil menginjak kepala Minah hingga kepala sang gadis tertanam makin erat di selangkangan sang nona yang beringsut tak nyaman.

Minah tak bisa menolak keinginan gila Udin, ia kini memasukkan jari telunjukknya ke dalam vagina Cinta dan mulai mengaduk pelanvagina yang masih kering itu.

‘Heh… ngocok yang bener…. Mana berasa kalau Cuma pake telunjuk!’ bentak Udin… ‘Masukin jari lu yang lain!’ perintahnya lagi.
Perlahan Minah memasukkan jari tengahnya… Cinta makin menggeliat tak nyaman… ringisan kesakitan makin nyata di wajahnya ketika Minah menghujamkann jari manisnya ke dalam vaginanya yang kini terasa sesak oleh tiga jari sang gadis.
Udin kemudian memerintahkan Minah untuk menjilati clitoris sang nona yang memerah tergesek tiga jarinya yang ketat, melekat dan memenuhi vagina sang nona.

Udin kemudian berjongkok di samping kepala Cinta, menjambak rambut panjang sang gadis dan menyentak keluar g-string yang memenuhi mulut sang gadis.

‘Lu mungkin berani. Tapi apa lu mau menanggung nyawa babu yang rela ngorbanin nyawanya biar lu tetep hidup?’
Cinta terdiam…. Desah erang ertahan dan ringisan perih mengiringi kepalanya yang tersentak sentak, tertahan jambakan, seiring adukan jari Minah di vaginanya.

‘Lu…’ lanjut Udin lagi, ‘Layanin gua ama temen-temen gua, kapanpun, di manapun. Body telanjang lu sudah gua rekam… adegan lesbi lo juga udah terekam… belon lagi acara ewe mengewe kita nanti, hahahaha!’ Tawa Udin dengan menyebalkan.
‘Jadi… daripada rekaman ini kesebar dan karir lu tamat, mending lu pasrah aja… yah… sakit-sakit dikit wajar toh?’ kata Udin lagi dengan memuakkan.

Cinta melotot, namun ia sadar saat ini tak ada yang bisa ia lakukan, jika hanya ia sendiri mungkin ia akan memilih melawan, namun ia tak mau kalau Minah yang ternyata sangat menyayanginya menjadi korban.
Maka ketika lelaki tua gendut yang dipanggil abah itu mengangsurkan penis bulat pendeknya itu ke mulutnya, Cinta, dengan sedikit mengernyit karena bau asam kemaluan abah, membuka mulut sexynya dan membiarkan penis itu tertanam penuh ke dalam mulutnya, membiarkan penis itu menikmati kehangatan rongga mulut dan tenggorokannya, membiarkan bau asam bulu kemaluan abah menutupi saluran pernafasannya, membiarkan lelaki tua itu menyetubuhi mulutnya…

Udin tertawa terbahak melihat kedua korbannya pasrah dan jatuh dalam genggamannya… rencananya berhasil. Sekarang ia punya seorang artis yang menjadi budak sex pribadinya, maka senyuman iblis makin tampak di wajahnya ketika ia merekam dengan teliti orgy sepihak itu, orgy dimana abah menikmati lembut, hangat dan basahnya mulut Cinta, Atep si kururs menikmati vagina Minah dalam posisi doggy style, sambil tiga jemari minah tetap memborbardir vagina Cinta yang mulai basah hingga memudahkan jemari itu merasakan jepitan vagina sang nona.
Udin tak perlu terburu buru… ia sudah menguasai Cinta… seluruh hidup sang gadis sudah ada di tangannya.
Bagai sutradara professional Udin merekam persetubuhan brutal itu menyorot wajah Cinta yang meringis menahan sakit dan gairah yang tak bisa dilawannya, merekam tubuh mungil namun sexy sang nona yang terguncang-guncang, hingga dirinya sendiri merasa kalau sudah waktunya ia menikmati sang nona.
Ia lalu meletakkan kembali video-cam itu pada tripodnya, lalu mendekati keempat insan yang bergumul itu.

‘Abah… bukannya abah mau ngerasaain memek artis?’ kata Udin yang langsung di sahut abah dengan anggukan, lelaki buncit itu tak bisa menjawab di antara deru nafas yang memburu dan desahannya demi merasakan penisnya yang memperoleh kenikmatan dari mulut artis yang tak berdaya terhenyak-henyak di selangkanyannya itu.

Udin mengangukkan kepala pada Atep, memberi tanda.
Atep memegang pergelangan tangan Minah yang sedang mengaduk vagina Cinta, lalu menyentakknya keras hingga membuat Cinta menjerit terdam, dan membuat Abah makin mengerang nikmat karena penisnya menerima vibrasi dari jeritan Cinta.

‘Bangke lu Din. Gua hampir bucat tau.’ Maki abah sambil menarik penisnya dari mulut Cinta, Udin dan Atep terbahak menyebalkan.
Atep sendiri lalu membalik tubuh Minah hingga terlentang, menaikkan bahu sang gadis di bahunya dan kembali memperkosa sang gadis dengan brutal. Sementara itu Udin yang cukup kuat itu mengangkat Cinta di kedua pahanya hingga mengangkang, mendekati Abah yang tidur terlentang , lalu menghujamkan vagina Cinta yang tak bisa meronta karena tanganya yang masih terikat ke belakang punggunnya, ke atas penis Abah yang menanti, tegak mengacung.
Udin medorong Cinta hingga payudara sekal sang gadis melekat erat ke gumpalan lemak Abah, Udin tersenyum penuh kemenangan, ia meludahi tangannya lalu megoles penisnya…..

Cinta menjerit dan menjerit…. Anusnya terasa sangat sakit…. Udin menyodominya dengan liar…. Airmata mengalir deras di pipi sang gadis demi merasakan sakit yang amat sangat di saluran pembuangannya itu.
Sementara Udin dan abah dengan brutal dan tanpa belas kasihan serentak menggenjot tubuh lemah Cinta, berusaha menikmati lubang-lubang kenikmatan sang gadis yang meringis menahan sakit dan rasa sesak di bagian selangkangannya.
Kedua lelaki buruk rupa itu merasakan surga dunia, impian terliar mereka menjadi nyata. Menyetubuhi seorang artis, menerdahkan dan menghancurkan harga diri sang idola, dan menjadikannya budak sex mereka.
Mereka berdua makin gencar menyandwich Cinta yang terguncang-guncang tak bisa berontak, merasakan selangkannyanya bagai tersobek diekspansi penis yang sebenarnya tak punya hak bersarang di sana, dan rasa sakit itu makin terasa ketika kedua pemerkosanya menyentak makin kuat… dan….

Lolongan kemenangan keluar dari mulut Udin dan Abah yang dengan sukses mendepositkan sperma mereka ke dalam anus dan vagina Cinta….
Abah lalu memaksa cinta membersihkan penisnya yang belepotan sperma dan cairan vaginanya sendiri. Cinta mengeryit merasakan penis kotor yang menuntut pembersihan total dari mulutnya. Dan kini penis yang lebih kotor terpampang di hadapan wajahnya, penis yang baru saja mengaduk anusnya….

‘Jangan…. Akang… Jangan!’
Minah merayap mendekati Udin,
‘Jangan kang…. Mulut non Cinta terlalu bersih untuk membersihkan akang…. Aku saja kang…. Aku saja…’

Cinta tertegun, ia tak menyangka kalau Minah begitu saying pada dirinya, apakah gadis itu mencintainya?
Udin menatap Cinta dengan tajam… ‘Lu liat gimana sayangnya perek itu sama elu kan?’
Cinta memandang benci pada Udin, ‘Kemarikan kontolmu…. Jangan ganggu Minah’
Udin tertawa penuh kemenangan, Minah menangis tersedu demi melihat sang nona harus membersihkan penis yang baru saja bersarang di anus sang nona, dan melihat ada jejak coklat ke kuningan yang menempel di penis bajingan yang masih tertawa penuh kemenangan itu.
Namun ia tak bisa berlama-lama meratapi sang nona yang nampak tersedak ketika mendeepthroath penis Udin. Abah dengan garangnya membanting dirinya terlentang lalu dengan kasar menimpa tubuh mungilnya, membuatnya megap-megap kesulitan bernafas, lalu memperkosanya dengan kasar.
…………

Cinta sendiri tengah berjuang keras, penis kotor Udin kembali menegang dalam mulutnya…
‘Anjing… bangsat ini ngaceng lagi….’ Keluh Cinta, ia sadar kalau perkosaan dirinya dan Minah masih jauh dari usai.
Dan kini dirinya kembali di hadapkan dua penis yang ereksi sempurna, milik Udin dan Atep.
‘Din… sekarang gua yang ngebool ‘ni pecun, ya?’ pinta Atep seenaknya tanpa memperdulikan perasaan Cinta yang sangat terhina dianggap hanya onggokan daging penampungan sperma.
‘Yoi… yang penting gua udah ngedapetin bool perawannya, hehehe…’ kekeh Udin, ‘Eh kita entot berdua, ya? Gua mau ngebuntingin ‘ni lonte….’ Katanya lagi.

Cinta membuka mulut untuk memaki, namun tamparan keras Udin membuat kepalanya terlempar ke belakang, dan membuatnya pening.
‘Jangan ngebacot, nikmatin aja nasib lu… bunting! Hahahahaha….’
Cinta kemudian dipaksa memasukkan penis Atep yang terlentang di bawahnya dalam posisi reverse cowgirl, kemudian Udin merebahkan Cinta ke arah dada ceking Atep lalu mengangkangkan kaki jenjang sang gadis lalu dengan brutal memperkosa vagina Cinta.
Kembali Cinta di sandwich orang-orang yang sejatinya tak pernah punya kesempatan untuk menikmati dirinya, kembali anus dan vaginanya sesak dijejali penis-penis yang seakan berlomba menghancurkan dua lubang kenikmatan di selangkangannya.

Udin nampaknya benar-benar ingin menghamili Cinta, ia menggenjot vagina Cinta yang meringis dan menjerit kesakitan dengan brutal, ia ingin sekali spermanya keluar, ia menggenjot, menggenjot….
‘Aaaaaahhhhh… Anjiiiiinggggg…. Bunting luh lonteeeeee!’ teriak Udin sambil menyemburkan spermanya dalam vagina Cinta….
Lelaki itu bernafas berat, ia mencabut penisnya dan tersenyum penuh kemenangan melihat lelehan spermanya yang tak tertampung vagina sang gadis. Ia lalu mengangkat paha Cinta hingga pinggul sang gadis melengkung, dan membuat spermanya tak bisa keluar dari dalam rahim sang gadis….
Dan setelah ia rasa kalau setidaknya sebagian besar spermanya sudah masuk ke dalam rahim sang gadis, ia melepaskan paha sang gadis, membiarkan paha sang gadis terjatuh lunglai ke lantai…

Atep kemudian menggulingkan tubuh Cinta hingga berdebam menyamping ke lantai, lalu ia berkata pada Udin, ‘Din, gimana kalau gua setor peju gua jug adi memek nih pecun, biar kalu lahiran, oroknya mirip elu, gua sama abah? Hahahaha…’
Tawa memuakkan ketiga pemerkosa itu membahana di ruang tengah yang kini seperti sauna itu. Udin menyetujui ide gila Atep, sambil melangkah ke arah MInah yang terkulai lemas di lantai, lalu menjambak rambut sang gadis, kemudian memaksanya membersihkan penisnya. ‘Rasain tuh memek majikan lu…’

Atep kemudian menelikung tubuh Cinta yang menggeliat kesakitan, tubuhnya kini hanya bersangga pada bahunya. Cinta sangat kesakutan, karena tanganya yang terikat membuat bahunya serasa akan lepas dari engselnya.
Namun Atep tak perduli, dalam posisi itu ia lalu meperkosa vagina Cinta yang memar memerah setelah dihajar penis Abah dan si maniak Udin.
Cinta tak bisa menolak penis yang baru saja menghajar anusnya itu kini menikmati lorong vaginanya, seluruh tubuhnya remuk redam… ia hanya bisa membiarkan penis itu ‘membersihkan’ dirinya sendiri, dan membiarkan pilik penis itu memuaskan dirinya… dan mendepositkan sperma jahanamnya ke dalam rahimnya yang sudah penuh dengan sperma dua pemerkosanya yang terdahulu.
…….

Ketiga bajingan itu tertawa terbahak sambil duduk di sofa demi menyaksikan Minah merayap kea rah sang nona, lalu memeluknya dan menangis…
‘Maafin MInah, non…. Maafin Minah… Minah ngga bisa nyelamatin non…. Minah ngga berguna…’, sedu Minah memohon pengampunan.

‘Min… kamu ngga salah’ desah Cinta, sambil meringis kesakitan.

‘Kang…’ kata Minah pada Udin yang sedang asyik merokok di sofa, ‘Tolong lepaskan ikatan non Cinta, non Cinta kesakitan sekali… Tolong, kang…’

‘Tergantung, Nah….’ kata Udin santai sambil menghembuskan asap rokoknya

‘Maksud akang!?…. Apa akang ngga puas sudah ngotorin non Citra? Udah ngejahanamin non Citra?’

Udin menghampiri Minah, dan menampar keras gadis itu hingga terjengkang.
‘Lonte! Denger ya, gua baru mau ngebebasin ‘ni jablay kalau dia mau ngelakuin apa yang gua mau! Kalau ngga, biar tanganya mati rasa, biar cacad! Biar dunia liat Cinta Dewi, Cacad, Bunting!’ Bentak Udin kasar sambil menjambak dan menampari Minah dengan keras.

‘Anjing kamu Udin!’ maki Cinta… ‘Jangan sakiti Minah… Oke… apa yang kamu mau aku turutin!’

Udin tertawa penuh kemenangan. Ia lalu membuka belenggu Cinta kemudian kembali duduk di sofa ditemani Abah dan Atep yang duduk manis sambil mengemil makanan ringan.
Cinta sedikit lega karena kini darah mengalir ke tangannya yang sudah sangat kebas dan sakit itu untuk kemudian beringsut mendekati Minah yang terisak sambil memegangi pipi yang terasa panas oleh tamparan itu.

‘Nah, sekarang lu bedua mendingan kasih kita tontonan yahud, ya’ perintah Udin.
Cinta mendelik mendengar perintah itu… namun kini ia hanya ingin menyelamatkan Minah, gadis yang telah membelanya mati-matian itu. Ya… Cinta menetapkan bahwa ia tak akan lagi menganggap Minah sebagai pembantunya…. Tidak akan lagi.

Ia merengkuh gadis yang masih terisak itu, mengelus punggungnya. Minah berbalik, Ia memeluk Cinta sambil menangis. Cinta menenangkan sang gadis walau hatinya sendiri mendidih mengingat perlakuan Udin pada mereka berdua.

Ketika Minah telah tenang, Cinta mengangkat dagu sang gadis. Mata keduanya bertemu… bibir mereka mendekat, nafas keduanya saling menghangatkan wajah masing-masing. Dan keduanya berpagutan… lembut, penuh hasrat… lalu ciuman mereka makin bergairah, lidah mereka bertalian, liur berleleran menambah sensualitas frenchkiss yang mereka lakukan.

Lengan kedua gadis itu saling menjelajah, meremas payudara sekal masing masing yang kini bertabur cupang dan kemerahan akibat perkosaan brutal yang merka alami sebelumnya.

Minah kemudian menciumi leher sang nona yang mendesis menikmati bibir lembut dan permainan lidah Minah yang merayap turun ke payudaranya. Ia membuarkan dirinya dibimbing Minah untuk berbaring terlentang, menikmati usapan rambut MInah di tubuhnya seiring turunya jilatan basah lidah sang gadis kea rah perutnya.
Cinta menggelinjang ketima minah menggigit lembut pinggulnya, lipatan paha dalamnya, dan…

Erangan sang gadis makin nyata, punggungnya melenting ke atas… Minah emanjakan vaginanya yang memar itu dengan sangat lembut, Cinta merasa perih yang berbalur kenikmatan ketika lidah Minah merejok ke dalam vaginanya, dan menghisap kuat-kuat lorong vaginanya seakan ingin menghirup semua sperma yang bersarang di dalam rahimnya untuk mencegah benih haram itu membuahinya.

Lalu Cinta mengambil kendali, Ia menelungkupkan Minah. Ia lalu memberika pijatan lembut di punggung sang gadis yang penuh bilur bekas sabetan sabuk, kemudian menjilati tengkuk sang gadis, turun ke punggung sang gadis, Cinta lalu memposisikan pinggul Minah hingga kini tubuh gadis itu angat sensual, tangan yang terentang ke arah depan, pinggul yang mencuat hingga tubuh MInah melengkung sexy ke arah bokongnya, dan kedua kaki sang gadis membuka, mempertontonkan vagina dan anus sang gadis ke arah tiga bajingan yang sedang asyik mengocok penis mereka masing-masing. Mereka nampak berusaha mati-matian agar tidak merangsek dua gadis itu. Mereka mau rekaman adegan lesbi ini menjadi senjata pamungkas mereka untuk mengusasi Cinta.

Minah mengerang kenikmatan…. Lidah Cinta mengoreki anusnya…. Memberikan sensasi yang sangat dahsyat. Membuatnya diambang orgasme….
Minah berbalik cepat, kembali berpagutan lalu mereka saling meregangkan kaki, paha mereka saling bersilangan dalam posisi gunting. Vagina mereka bertemu dan….

Ledakan orgasme dahsyat terdengar di ruang tengah itu….
Dan dua bidadari yang terpuaskan itu rebah…..
…….

Cinta dan Minah bersimpuh di lantai di depan sofa di mana tiga pemerkosa mereka tersenyum penuh kemenangan.

‘Nah sekarang denger baik-baik, ya….’ Kata Udin.
‘Sekarang, lu Cinta. Lu itu udah dalam kekuasaan kita-kita… memek lu, bool lu itu punya kita-kita. Lu musti nyediain body lu untuk nampung peju gua, Abah dan Atep… ya.. mungkin orang-orang lain yang kita mau, hehehe…’

Cinta mendelik marah, namun ia tetap diam sementara Minah tertunduk sedih demi mengetahui nasib sang nona sudah disegel.

‘Gua bakal edit rekaman ini biar orang ngeliat kalau lu itu perek murahan yang doyan ngentot, doyan dikasarin dan lesbi kelas berat’ ujar Udin lagi, ‘Jadi mendingan lu nurut ama kita… ngga bakal ada yang nolongin lu dan Minah…’

‘Termasuk mereka?’
Udin, Abah dan Atep serempak berbalik ke arah belakang, ke arah yang ditunjuk Cinta, sambil tersenyum penuh kemenangan, melalui pandangannya.
…….

Ketiga lelaki itu kini bagai mayat…. Tiga buah pistol mengarah ke kepala mereka, dan pemegang senjata itu mengisyaratkan kalau mereka bersiap untuk menembak mati mereka di tempat. Mereka adalah Eka, Olivia dan Felicia!

‘Kamu ngga apa apa?’ tanya Eka pada Cinta, yang mengamit tangan Minah, membantunya berdiri dam berjalan teratih dan mengangkang ke arah para polwan itu.

‘Sakitlah, kak…’ kata Cinta ‘Pantat aku perih banget, memek aku juga…’

‘Kamu juga sih yang gila, buat jebakan model gini’ ujar Felicia sambil memborgol tangan Udin, Abah dan Atep hingga lengan mereka masing-masing terbelenggu ke belakang, lalu memaks mereka bertiga bersimpuh di lantai.

Citra duduk di sofa mengangkat sebelah kakinya ke meja di hadapannya…. Tetap bertelanjang bulat, menantang. Tangannya memegang hasil rekaman.

‘Udin…Udin… jebakan lu itu udah basi tau!’ bentak Cinta ‘Kayanya lu banyak ambil ide dari KBB yah? Lu ngga tau? Bahkan di sana aja metode lu itu udah di anggap paling basi! Kreatif dong!’

Cinta menumpahkan kekesalannya pada Udin yang hanya bisa tertunduk, sementara Abah dan Atep melirik kea rah Udin dengan pandangan mengutuk.

‘Lu pikir dengan nyebarin rekaman ini karir gua bakal hancur? Denger ya, dengan polesan yang pas, rekaman ini bakal bawa gua ke jenjang ketenaran yang lebih tinggi…. Rekaman ini bakal jadi bukti penyiksaan lu, perkosaan lu…’

‘Sementara kalian? Kalian bakal masuk penjara… dan penggemar gua di dalam sana bakal nyodomi pantat kalian sampai kalian ngga bisa jalan lagi… terus kalau kalian pulang ke kampung, kalian bakal terusir!’

Setiap kalimat Cinta membuat tubuh ketiga lelaki itu bagai menciut menjadi debu…. Rencana mereka berantakan….

‘Tapi gua masih baik hati…. Gua ngga bakal ngebawa masalah ini ke pengadilan.’ Kata Cinta lagi.
Ketiga lelaki itu mendongak tak percaya.

‘Bahkan gua ngga bakal ngurusin Abah sama Atep… kecuali kalau kalia mau coba-coba!’
Abah dan Atep menggeleng kuat-kuat… mereka benar-benar ketakutan setengah mati.

‘Tapi elu, Udin… ngga ada maaf buat lu.. lu mau memperbudak gue? Ha! Sekarang hidup lu di tangan gua… Lu musti nurutin apa maunya gue… ngerti!’
Udin tertunduk makin dalam…. Hidupnya sudah hancur….

Cinta kemudian bangkit, berjalan ke arah dapur. Ketika ia berdiri sejajar dengan tiga polwan itu ia berbalik. ‘Kalian akan tetap dihukum…. Kakak sekalian… silahkan hajar bajingan-bajingan itu’, katanya samil menuju dapur menghampiri Minah yang duduk di dekat meja makan di dapur itu.

Ketiga polwan itu menyeringai buas, mereka lalu menghampiri ketiga tahanan mereka yang bergetar ketakutan.

Cinta menyeduh dua bungkus coklat panas, memberikan satu cangkir pada Minah….
Untuk beberapa saat mereka berdiam diri, keheningan mereka ditingkahi bentakan, tamparan, makian tiga polwan itu pada tahanan mereka.
…..
Minah memandang Cinta seakaan tak percaya…
‘Non… ngejebak mereka?’

‘Iya Min…. Kamu inget ketika kita datang ke villa ini dan ngedapetin kalau perhiasan aku ada yang hilang?’
Minah mengangguk.

‘Nah, aku ngerasa kalau Udin ada dibalik pencurian itu, tapi aku ngga punya bukti… dan perlu waktu lama sampai aku bisa memasang CCTV dengan baik di villa ini… dan aku tau kalau kamu mereka aniaya… maka aku segera merancang jebakan ini, terlebih setelah aku tau rencana Udin…’

Minah menangis… ‘Nona berkorban buat saya….’ Isaknya. Cinta bangkit dan merengkuh Minah…

‘Sudahlah… jangan menangis lagi… kamu sudah selamat.’
‘Tapi non Cinta bisa hamil….’
Cinta tersenyum, perhatian Minah begitu besar pada dirinya.
Ia menuju kotak obat dan mengambil sebotol obat berisi pil.
Obat pribadi sang Nona.

‘Minum ini…’ Kata Cinta sambil memberi dua buah pil pada Minah sementara dirinya juga meminum dua buah pil.
‘Ini obat anti hamil, dan peluntur…. Aku ngga munafik Min… kamu tau kan, apa yang harus aku korbankan untuk mendapat ketenaran seperti ini….’

Minah memeluk sang nona…. Seakan mereka berdua benar-benar terikat oleh nasib yang sama….

‘Ayo… kita lihat hukuman buat bajingan-bajingan itu… kakak-kakak polwan itu bisa jadi sangat ganas kalau ngehadapin bajingan model mereka.'

Minah tersenyum simpul lalu mengikuti sang nona ke arah ruang tengah.
Mereka melihat ketiga polwan yang masih dengan seragam lengkap itu itu sedang mengoral penis ketiga bajingan yang kini dalam posisi rebah terlentang. Minah bingung dengan apa yang dilihatnya.

‘Tenang Min… hukumannya akan kamu lihat.’ Kata Cinta demi melihat Minah yang terbengong-bengong melihat kelakuan tiga polwan cantik itu.
…..

Tiga bajingan itu melolong kesakitan… ketiga polwan itu menjepit pangkal penis mereka dengan karet hingga aliran darah ke penis mereka tersumbat.
Lalu dengan santai mereka mengangkat rok masing-masing… dan vagina merekah para polwan tertampang jelas, mereka ternyata tak memakai celana dalam… namun bahkan pemandangan yang sangat mengundang birahi lelaki normal itu menjadi mimpi buruk bagi ketiga tahanan itu.

‘Kamu senang pantat, hah! Nih makan Pantat!’ bentak Felicia sambil ia menduduki wajah Udin, memaksanya menjilati lubang anusnya. Abah dan atep tak benasib lebih baik, walaupun yang mereka oral adalah vagina inah milik Olive dan Eka, namun posisi selangkangan kedua polwan itu yang menduduki wajah mereka membuat tubuh ketiga bajingan itu melejang-lejang, megap-megap mencari nafas.

Ketiga polwan itu kembali mengoral penis bajingan-bajingan itu, membuat ketiga lelaki sial itu mengernyit kesakitan, lalu ketiga polwan sexy itu merayap ke atas tubuh bajinga yang menggigil ketakutan dan kesakitan, lalu memegang penis yang berwarna makin gelap karena aliran darah yang tidak lancar, lalu menghujamkan vagina mereka ke arah penis-penis itu.

Ketiganya kembali menjerit-jerit kesakitan… mereka tak bisa ejakulasi…. Saluran sperma mereka tertahan karet, sementara para polwan itu dengan buas meliukkan pinggul mereka dalam posisi woman on top… memeras, memuntir, menyiksa penis-para bajingan yang kini melolong-lolong minta ampun….

Minah menyeringai puas… ia bersandar pada sang nona… merasa lega….
Cinta lalu mengamit lengan Minah… mengajaknya ke arena pembantaian….

Ketiga bajingan itu membelalak ngeri…. Penyiksaan mereka masih akan berlanjut….

Revenge is sweet
…..

End

Monday, September 03, 2012

The Challenge Part II - Finale!



Dua insan itu berpagutan liar di dalam kamar rumah susun sederhana, mereka saling melepaskan… tepatnya mencabik pakaian mereka dalam nafsu, pakaian kamuflase hitam yang memang sudah sobek di sana-sini setelah pertarungan keduanya melawan gerombolan penjahat yang sedang sial karena bertemu mereka.

Bibir Eka begitu erat berpagutan dengan sang lelaki, tangan mereka saling menjelajah ketelanjangan tubuh mereka yang saling berhimpitan, remasan, cupangan, jilatan mengisi bara nafsu di antara ke duanya.

Desahan dan desis keluar dari bibir Eka ketika bibir dan lidah sang lelaki menelusuri leher jenjangnya, lalu turun ke dadanya, kedua lengannya meremasi kepala sang lelaki yang kini menikmati dua bukit payudara mengundang milik sang polwan, menghisapi dan menggelitik putingnya yang menegang karena birahi.
Mata sang polwan menutup menikmati jelajah lidah sang lelaki yang kini bermain di perutnya yang bergurat six pack sexy hasil latihan dan pertarungannya selama ini, juga ketika merasakan lengan kekar dan kasar sang lelaki yang merayap di punggung, ke pinggang, pinggul dan meremasi buah pantanya itu

Desah, erangan dan desis makin jelas keluar dari mulut Eka ketika lelaki itu menikmati vaginanya yang merekah tanpa sehelai bulu yang menghalangi.
Lelaki itu berdiri, lalu menggendong sang polwan, kaki Eka mengait erat pinggang kekar sang lelaki sambil kembali ke duanya berpagutan liar.
Lelaki itu lalu menghempaskan tubuh eka ke ranjang sederhana yang ada di apartemen type studio itu, lalu kemnbali menerjang tubuh sang gadis, dan menikmati tiap millimeter lekuk tubuh telanjang yang menggairahkan itu.

Eka kemudian mendorong dada sang lelaki hingga terlentang di ranjang, ia lalu memposisikan vagina nya di atas wajah sang lelaki sementara mulut sensualnya kini menikmati tiap inci penis perkasa yang selalu dapat menaklukkan dirinya, yang selalu memberinya orgasme yang sangat dahsyat itu…..
Eka membuka mulutnya lebar, membuat tenggorokannya relaks, dan mendorong seluruh penis itu jauh ke dalam mulutnya… hingga mulutnya kini terganjal buah zakar yang mengeras.

Sang lelaki begitu menikmati lembutnya lidah Eka yang menelusuri kelelakiannya yang mengeras, lembut mulut sensual yang rapat menyelimuti penisnya, ujung tenggorokan itu… dan ia membalasnya dengan memberikan oral yang mampu mebuat Eka menggelinjang tak tertahankan… pinggul indah itu menggeliat mencari titik kenikmatan… dan gelombang itu menjalar ke seluruh tubuhnya….

Eka kemudian melepaskan kulumannya, lalu dengan gerakan lincah ia memutar pinggulnya, memposisiskan vagina nya yang telah basah di atas penis yang mengacung tegak bagai tonggak kayu itu.

Dan sang lelaki tak tinggal diam, secepat kilat ia mencengkram pinggul indah sang polwan dan mengujamkan pinggul itu ke bawah dan dipadu hentakan pinggulnya sendiri ke arah atas.

Jerit tertahan sang polwan terlontar seiring bersatunya kelamin mereka. Hentakan penis itu merasuk sangat dalam terasa oleh Eka, hingga membentur pintu mulut rahimnya.

Dan ketika telapak tangan kekar penuh kapalan sang lelaki meremas payudara lembut sang polwan, pinggul sang gadis mulai bergerak ritmis memeras penis yang kini menikmati kehangatan relung vaginanya.

Liukan pinggul Eka begitu erotis diiringi desah mistis kedua insan yang dilarut birahi itu. Dan Eka terus meliuk dan mengaduk pinggulnya hingga suatu desakan yang memuncak dalam dirinya sudah tak mampu lagi ia tahan...

Keduanya berteriak tertahan ketika badai orgasme menerjang bagai banjir bandang menghancurkan bedungan kenikmatan....

"Aaaawww so sweet"

Eka dan sang lelaki terkejut setengah mati dem mendengar suara lelaki dengan intonasi yang menghina.

Keduanya mencari arah suara dalam keremangan kamar itu. Dan mereka terkejut melihat sesosok lelaki kurus tinggi berambut panjang lurus sampai ke punggung yang dikuncir kuda, mengenakan jaket panjang dan cargo pants serta soldier boot, keluar dari sudut tergelap kamar mereka.

Eka melirik ke arah kekasihnya dan terkejut melihat ketegangan di raut wajah dan sorot mata nya.
"Siapa dia?", bisik Eka.
"Bad news!" kata kekasihnya singkat sambil tanpa memperdulikan ketelanjangan dirinya segera menerjang lelaki misterius itu.

Lelaki itu terkikik geli sambil menangkis serangan, matanya jalang melihat ke arah Eka yang tak lama ikut menerjang dirinya tanpa memperdulikan ketelanjangan dirinya, tanpa menghiraukan tatapan liar sang penyerang ke tubuh mulusnya.

Lelaki itu sangat tangguh, ia begitu menguasai pertarungan yang biasanya selalu dimenangkan oleh Eka dan kekasihnya dengan mudah. Pukulan yang telak menghantam sang penyerang dianggapnya angin lalu, bahkan darah yang mengalir dari hidung maupun mulutnya membuat sang penyerang makin kuat dan brutal.

Tak pernah Eka melihat kekasihnya begitu kewalahan dan panik dalam melakukan pertarungan. Dan dirinyapun baru kali ini merasakan pertarungan yang sesungguhnya di mana ia harus mengeluarkan seluruh kemampuannya.

Kamar kecil itu sudah menjadi kapal pecah seiring pertarungan yang makin ganas. Lelaki itu nampak sudah cukup mempermainkan korbannya.
"Kamu diam dulu manis" katanya santai sambil menendang selangkangan terbuka sang gadis, sehingga membuat Eka tersungkur dan meringkuk menahan sakit.

Dan sakit itu seakan berlipat ribuan kali, ketika sebuah suara desir terdengar dan rasa panas menyengat paha kirinya.

Lelaki keparat itu menembaknya...

Kekasihnya meradang sebuah pukulan mematikan mengayun. Namun dengan ringannya sang penyerang mengelakkan pukulan itu, mendorong ringan menyebabkan musuhnya terjerambab ke lantai.

Sang penyerang menginjak kepala musuhnya yang menghadap Eka, mata kedua sejoli itu saling memandang.

Dan

Desingan demi desingan tertutup oleh jeritan Eka ketika melihat kepala dan wajah kekasihnya hancur oleh butiran-butiran timah panas yang juga bersarang di pahanya.

Lelaki itu terkekeh sambil mendekati Eka lalu berjongkok di hadapannya. Eka meringis kesakitan ketika pistol yang panas itu dilekatkan di paha dalamnya...
Gadis itu meronta..... Memukul sebisanya... Lelaki itu terkikik geli menerima pukulan leman sang gadis sambil mencampakkan pistolnya sembarangan...

"Anak nakal ini harus di hukum" katanya sambil terkikik menyebalkan lalu berdiri dan melepas sabuknya.

Ctar.... Sabetan pertama tepat menghantam wajah Eka....
Ctar.... Pundak
Ctar... Paha yang tertembak....

Ctar.... Ctar.... Ctar....

Eka berguling meringkuk sebisanya demi melindungi dirinya walau tanpa hasil, sekujur tubuhnya penuh bilur-bilur sabuk termasuk payudara sekalnya dan vagina yang memerah akibat sabetan bertubi-tubi yang dideritanya.

Lelaki itu meloloskan celananya, memperlihatkan penis yang menegang seiring penyiksaannya pada sang polwan. Ia mengunggingkan tubuh sang gadis dan tertawa...

"Anjiiiiing.... Kamu seneng main bool? Hahahaha" Katanya sambil memainkan dua jarinya dalam anus Eka yang memang sudah terbiasa menerima penis kekasinya itu...
Namun sebiasa apapun, bila tanpa persiapan dan keikhlasan rasa sakitlah yang dirasakan.

Eka terus meronta ketika mendengar suara resleting diturunkan, ia tak rela... Ia tak mau merasakan perkosaan lagi...

"Diam!" bentak penyerangnya sambil menjambak rambut Eka dan membanting wajah cantik sang polwan ke lantai, lalu.....

Rintih kesakitan Eka terdengar lemah seiring melesaknya penis sang bajingan di anusnya yang kering, terasa perih dan panas digesek, serta sakit di hati...

Bajingan itu kembali menjambak rambut Eka dan memalingkan wajah sang gadis hingga tatap mata keduanya saling bertemu. Lelaki itu terkekeh liar demi melihat ekspresi wajah Eka yang berbaur antara benci, takut dan kesakitan.

cuih....

Lelaki itu terkejut lalu tertawa riang melihat perlawan Eka yang masih mampu meludahi wajahnya. Dan ia membalasnya dengan menampari wajah Eka dengan liar hingga hidung dan bibir sang gadis mengalirkan darah.

Bukan hanya itu, bajingan itu lalu membuat Eka terpaksa merangkak sambil terus disodomi...
Gadis itu kembali meronta, bajingan itu membuatnya merangkan ke arah jasad kekasihnya.
Gadis itu histeris karena wajahnya kini hanya berjarak sangat tipis dari tempat di kepala yang hancur itu yang tadinya berupa wajah sang kekasih

"Let's do threesome" kata sang penjahat sambil menekan wajah Eka ke kepala yang hancur itu, membenamkan wajah sang polwan ke gumpalan otak dan bagian wajah yang tersisa...

Lelaki itu tertawa makin liar melihat rontaan tak berguna sang polwan di tambah jerit yang terdam oleh darah dan otak.....
"Ahhhhh...aaaaahhhh...aaaaahhhhh!"

Lelaki itu makin meningkatkan genjotan penis ya di anus Eka yang terluka dan berdarah-darah itu.
Ia makin bersemangat karena anus sang gadis berkontraksi mencegkram penisnya, karena saluran nafas sang gadis yang tersumbat oleh gumpalan sisa wajah kekasihnya...

Lelaki itu mengejan.... Memenuhi saluran pembuangan Eka dengan jutaan sperma....
Ia menarik nafas lega lalu bangkit berdiri dan sebelum ia mengeratkan celananya ia kembali merendahkan gadis yang terbujur lemah, tertelungkup dihadapannya.
Ia membalikkan tubuh Eka dengan kakinya dan....

Eka yang begitu lemah tak berdaya bahkan untuk mengelakkan kepalanya dari terjangan air kencing sang penjahat yang sengaja diarahkan ke wajahnya....

Lelaki itu bergidig lalu mengeratkan celananya. Ia lalu menarik kaki Eka, menyeret gadis itu ke pinggir jendela rumah susun itu, ia membuka jendela....

"Kalian memang berani.... Hehehe" kekehnya sambil menyeret Eka. "Ngentot di markas para penjahat... Hehehe... You gonna regret that bitch"

"Enjoy your fall..." katanya sambil mengangkat Eka lalu melempar gadis itu ke luar jendela.

Tubuh sang gadis terbanting ke dinding rumah susun seberang, terhempas kembali, menghantam beberapa handrails, tali jemuran untuk akhirnya terbanting di tanah becek yang berupa gang antara dua rumah susun kumuh itu.

Penghuni rumah susun mulai mendekat sumber suara dan mendapati sosok wanita telanjang menggeliat lemah tergeletak di gang itu....

Suara keras membuat kepala-kepala itu menengadah ke atas...
"Teman-teman sekalian.... Lihat.... Aku baru saja melemparkan hadiah untuk kalian.... Balikkan tubuhnya!"

Sesorang dari mereka membalik tubuh lemah dihadapannya dengan kakinya. Nafas mereka tertahan...

"Ya!" seru lelaki itu, "Itu pelacur yang selama ini mengacaukan operasi kita.... Yang mengganggu lapak kita...!"
Pandangan marah tertuju pada Eka yang berusaha merayap menjauhi kepungan...
"Sekarang ia ada dalam tangan kita.... Silahkan nikmati sepuas kalian... Dan biarkan ia menyesal telah mencampuri urusan kita."

Kepungan makin merapat, Eka masih mencoba merayap, dengan mata yang kabur oleh darah yang mengalir dari kepalanya yang terluka.
Jambakan di rambutnya sangat menyakitkan, terutama karena tubuhnya tak mampu berdiri... Tubuh lemahnya dipaksa terangkat dengan jambakan itu.

"Rasakan ini!" dan bam... Sebuah tinjuan bersarang telak di wajah Eka dan membuatnya kembali tersungkur, hidung dan bibirnya kembali pecah dan berdarah...

Bugh....!

Tendangan keras bersarang telak di rusuknya.....

Dan bertubi-tubi, pukulan, tendangan, tamparan...mendera Eka yang sudah lemah dan tak sanggup lagi melawan...

Lalu tanpa di komando, para begundal itu mulai melepas celana mereka, dan perkosaan masal di alami Eka... Vaginanya begitu panas, memerah bengkak dan terluka akibat gempuran penis-penis yang dihentakkan dengan kasar dan brutal. Anusnya terluka parah, membuka dengan tidak wajar karena beberapa bajingan melakukan fisting di anusnya.

Mulutnya bengkak, tenggorakannya perih, entah berapa banyak penis yang bersarang di dalam sana dan menembakkan benihnya sembarangan.

Dan selama perkosaan itu berlangsung penyiksaan tak lepas dari tubuh Eka, kini sebuah luka besar bersarang di pipinya, melintang dari tulang pipi dan melebar ke arah dagunya ketika wajah cantiknya dihantamkan ke kaca jendela.

Di akhir perkosaan dan siksaan selama sehari semalam yang dialami Eka, penghinaan dan degradasi telah menanti sang gadis yang nyaris tak bisa bergerak lagi...

Para bajingan itu bergantian mengencingi Eka, bahkan beberapa dari mereka dengan brutalnya berjongkok di atas wajah sang polwan dan buang air seenaknya....

Hari berangsur pagi.... Lelaki itu terkikik melihat kondisi tubuh Eka yang tak berdaya dan babak belur itu.

"It's far from over bitch... Aku akan menjadikanmu contoh... Katanya lagi sambil kembali menyeret Eka ke mulut gang, lalu mengikat sebelah matakakinya dan menggerek Eka hingga tergantung.

"Dan matilah kau dalam kondisi ini..." kata lelaki itu sambil undur ke dalam gang sambil sebelumnya menendang perut Eka dengan keras.

Tubuh telanjang Eka menjadi tontonan, banyak yang terenyuh namun tak bisa menolong.
Dua lelaki dan satu wanita mati ditembak ketika hendak menolong Eka... Lelaki itu memerintahkan dua begundal dengan senjata untuk berjaga....

Dan ia juga memerintahkan anakbuahnya untuk merekam kondisi tubuh Eka yang sekarat itu dan menyebarkannya secara online, karena seluruh stasiun tv sepakat untuk tidak menyebarkan berita ini, walau sama seperti sang bajingan beberapa pribadi merekam kegilaan ini dan bermasturbasi dalam penderitaan Eka.

Sudah dua hari dua malam tubuh Eka tergantung begitu rupa... Wajahnya membiru karena aliran darah yang mengumpul di otaknya, tubuhnya dirubung lalat dan lukanya mulai bernanah....

Ia masih bisa merasakan derasnya hujan yang turun malam itu....
Dirinya sudah di ambang kematian, ia sudah pasrah…

Dua penjaga itu tak tau apa yang menimpa mereka, sebuah serangan cepat menaklukan mereka, dan derak leher yang terputar mengakhiri hidup mereka.

Eka memasrahkan hidupnya, membiarkannya mengalir seiring hujan yang turun, pandangannya mengabur dan gelap seiring tubuhnya yang terbanting ke tanah.
......

Kelebatan cahaya..."dimanakah aku?" pikir sang gadis, "apakah ini jalan ke arah penghakiman?"
Kemudian gelap.... Eka kembali pingsan.

Kilatan cahaya.... Suara-suara yang seakan datang dari kejauhan...timbul tenggelam....
"Dia penyebabnya...."
"Seharusnya ia mati...."
"Tidak.... Bukan itu yang diinginkannya..."
"sayang sekali... Kakinya bisa saja buntung...."
“Hihihi… cantik-cantik buntung….tidak…. tidak…. Ia tak boleh buntung….”
"Haruskah ia aku tolong?..."
"Baiklah... Demi kamu ngger.... Baiklah..."

"Inikah penghakimanku?" batin Eka..... Lalu kegelapan kembali meliputinya....

"Aaaaaaaahhhhhhh!" jerit Eka sekuatnya demi merasakan sulur-sulur yang seakan keluar dari lubang neraka menghujam bekas tembakan di pahanya, mengorek dalam-dalam....lalu kembali gelap...

Kelebatan cahaya itu kembali datang, sulur itu memegang api..... Kembali ledakan jerit keluar dari mulut sang gadis ketika sulur itu menghujamkan bara api ke lubang bekas peluru di pahanya...

......

Penolongnya berdiri memegang bara itu, sama sekali tanpa perlawanan gumamnya.... Gadis itu hanya menggeliat lemah.... Hanya suara lirih parau keluar dari mulut gadis sekarat itu.... Bahkan ketika ia membakar luka di pipi sang gadis
.....

"Astaga....." batin Eka.... "Aku di masak hidup-hidup.... Aku harus keluar....."
Gadis itu panik, ia merasakan air mendidih disekujur tubuhnya ia mencoba keluar dari kendi itu.....
Namun sesosok mahluk samar membawa dupa.... "Belum waktumu..." katanya sambil menghembuskan asap dupa ke hidung Eka yang langsung terbuai dan pingsan....

Berkali-kali sensasi direbus hidup-hidup menghatuinya, berkali-kali sosok itu membiusnya....

Kicau burung menjadi suara yang menyambut Eka saat gadis itu terbangun, sinar mentari yang menerpa wajahnya menyadarkan dirinya...
"Aku belum mati..." batinnya

Tubuhnya masih terasa remuk redam ketika ia mencoba untuk bangkit dari dipan yang menjadi alas tidurnya, sejenak ia membiarkan dirinya agar terbiasa kembali. Ia memandang atap jerami di atasnya... Memandang ke bilik bambu di sekelilingnya.

Ia meraba wajahnya, ada perban yang mengelilingi hidung hingga dagunya... Lalu suara seorang lelaki dari luar gubug menyadarkan Eka. Ia memaksakan diri untuk bangkit, mengeratkan kain lusuh yang menutupi ketelanjangan dirinya.
Paha kirinya masih terasa sakit, memaksakan gadis itu untuk menyeret langkahnya ke pintu gubug yang ternyata berada di area pegunungan....

Ia melihat seorang lelaki baya duduk di tepi tebing di depan gubug itu, tubuhnya tak terawat dengan rambut panjang, kusut masai, jenggot dan kumis yang tak beraturan...
Lelaki itu nampak berkata-kata seorang diri...

"Seharusnya dia mati.... Tidak... Tidak... Jaka pasti tidak setuju..."
Lelaki itu tercenung sesaat, "Jaka.... Kasihan kamu ngger..." ia terisak
"Kenapa kamu minta bapakmu menolong dia? Dia sudah bikin kamu jadi begini ngger"

Eka menangis, lelaki gila itu ternyata ayah kekasinya... Dan ia merasa sangat bersalah karena tak bisa menyelamatkan kekasihnya....

Tertatih ia mendekati lelaki tua itu, bersimpuh di belakangnya dan menangis terisak.... Eka menumpahkan kekalutan hatinya melalui isak tangis.... Ia rela bila lelaki itu membunuhnya saat itu juga....

Lelaki itu berjongkok di hadapan Eka yang terus menundukkan kepalanya sambil terisak... Ia memegang pundak sang gadis...
"Nduk... Anakku mengorbankan hidupnya demi kamu... Hargai itu..."

Lelaki itu kemudian memapah Eka kembali ke dalam gubug, lalu membawanya ke arah dapur... Eka melihat sebuah kendi besar penuh rempah mendidih berdiri diam di atas bara api
Ternyata ia tidak berhalusinasi...

"Ayo, Nduk... Cairan rempah ini akan mengeluarkan semua kotoran yang sempat bersarang di tubuhmu..." kata lelaki itu sambil memapah Eka...
"Mereka benar-benar menginginkanmu terhina dan mati..."

Eka bergidig mengingat penyiksaan tak ber perikemanusiaan yang dialaminya...

Ia pasrah ketika lelaki itu melepaskan kain lusuh itu, kemudian mengangkat tubuhnya yang telanjang lalu meletakkannya dalam perigi yang berisi rempah itu...

Lelaki itu menahan pundak Eka yang menggeliat tak nyaman..."Tahankan Nduk... Kamu harus tahan"

Eka mencoba bertahan hingga akhirnya ia mampu beradaptasi dan cekalan di pundaknya dilepaskan. Lelaki itu membuka perban di wajah Eka yang memerah oleh uap rempah, pori-pori sang gadis membuka, mengeluarkan keringat serta cairan kotoran dari dalam dirinya, Eka merasakan lendir kekuningan yang beraroma menyengat mengalir dari luka di pipinya, bahkan kini aroma rempah itu mulai terusik bau nanah dan berganti warna merah kekuningan....

Kembali lelaki itu mengangkat tubuh Eka yang basah meneteskan cairan rempah dan lendir yang beraroma kuat itu, lalu Merebahkan gadis itu di dipan dan menyelimuti tubuh sang gadis dengan kain lusuh seadanya...
"Istirahatlah Nduk...." katanya sambil mengusap kepala Eka yang kelelahan lalu pulas tertidur.

Aroma daging bakar itu menggugah selera sang gadis... "Nduk...." teriak sang lelaki dari luar gubug..."Ayo kemari... Isi perutmu...!"

Eka terkejut, bagaimana orang tua itu bisa tau kalau ia sudah bangun, perlahan ia berjalan ke luar gubug dan mendapati lelaki itu sedang membakar ikan...

Eka lalu bersimpuh dan dengan sabar menanti orang tua itu memberinya makan... Lelaki itu lalu mengambil seekor ikan yang sudah matang, meletakkannya di atas daun pisang dan memberikannya pada Eka..."Ndak usah sungkan Nduk... Aku tau kamu lapar..."

Dengan rakus Eka memakan ikan itu, "terimakasih Pak..." katanya lirih...
"Aku melakukannya demi Jaka...."
Dan Eka kembali terisak....

.....
"Ayo Nduk, ikut bapak.... "
Dengan langkah tertatih Eka mengikuti lelaki itu, ternyata ia membawanya ke sebuah aliran sungai...
"Nduk... Badanmu bacin, hehehe..."
Mau tak mau Eka tersenyum kecut, tubuhnya memang berbau masam.... Entah berapa lama ia belum mandi kecuali ketika direbus dalam perigi itu, namun senyum kecutnya itu juga karena kondisi orang tua itu tak lebih baik dari dirinya, mungkin sudah sebulan ini ia tidak mandi...

Eka memalingkan wajahnya, tanpa sungkan lelaki itu melepaskan celana komprangnya. Ia telanjang di bawah sana. Lalu ia masuk ke aliran sungai yang tenang itu.

Tertatih Eka melewati bebatuan yang licin, pahanya masih nyeri...
"Jangan sampai kain itu hanyut Nduk, aku tak punya lagi..."

Eka tertegun.... Ia tak mau telanjang di hadapan lelaki itu, walau ia sudah melihatnya telanjang berkali-kali. Namun ia juga tak mau kalau akhirnya ia harus bertelanjang terus di hadapan orang tua itu jika kain itu akhirnya benar-benar hanyut. Terlebih karena memang kain yang menutupinya ini sangat kecil, hanya mampu menutupi setengah payudaranya, dan bawahnya jatuh tepat satu jengkal di bawah vaginanya, serta tak begitu lebar hingga ia hanya bisa menyematkan ujungnya di bagian payudara, sementara bagian samping tubuhnyaya terbuka lebar...

Eka menggeleng kesal dan geli, ia menyerah... Tubuhnya gatal... Ia lalu membuka kain itu, melipatnya dengan rapi lalu masuk ke dalam sungai...

Air sungai yang bening itu terasa segar. Eka membasuh tubuhnya, menggosok kulitnya yang terasa kasar oleh daki....

Ia melihat orang tua itu kembali terhisap dalam pikirannya sendiri.
Eka kembali terisak... Orang tua itu bergumam pada air, berteriak pada udara...
Menggeramkan kesedihan atas kehilangan putranya...

Eka beringsut ke sosok tua yang tengah menggeleng-geleng sedih... Ia memeluk tubuh tua itu dari belakang dengan erat, ia menangis di punggung lelaki itu...

Keduanya tepekur di hadapan api unggun di tepi sungai itu, menghangatkan tubuh telanjang mereka... Bau ikan panggang itu tak mengusik kebisuan mereka...

Gemeretak kayu bakar tertingkahi suara lutut Eka yang beringsut mendekati ayah dari mendiang kekasihnya, ia bersujud hingga dahinya menyentuh tanah, ia menangis....
"Maafkan aku.... Maafkan aku..."
Eka meledak dalam tangisnya.... Penyesalannya tumpah bagai air bah menjebol bendungan, tak ada lagi keberanian untuk tak menangis... Tak ada lagi hasrat untuk melawan takdir... Eka menangis...

Lelaki itu menyentuh bahu Eka, membuatnya duduk tegak walau masih menundukkan kepala... Ia lalu mengamit dagu Eka, mata keduanya bertemu... Lelaki itu tersenyum...

Eka menubruk lelaki itu dan memeluknya erat... Eka merasa kehangatan mengalir dalam dirinya... Ia sudah dimaafkan... Mata keduanya kembali bertemu dan tanpa ada yang mengomando, mereka berpagutan lembut. Lelaki itu merebahkan Eka di tanah yang lembut, kaki sang gadis membuka... Menerima pinggul lelaki yang kini menumpukan berat tubuhnya, merasakan kelelakian yang menyentuh vaginanya dan...

Lenguh keduanya naik turun berirama dengan air sungai, semilir angin dan derak kayu yang terbakar....
....

"Ayo Nduk... Temani bapak..."
Eka mengikuti langkah sang bapak menapaki tebing yang tinggi, ia kesulitan dengan kain yang melilitnya, akhirnya Eka mencabik dua kain yang melilitnya, sebagian ia gunakan untuk menutupi payudaranya, atau tepatnya mengelilingi putingnya, dan sebagian lagi menjadi cawat.

Sang bapak teresenyum... Keduanya kembali mendaki... Tubuh Eka yang kaku berjuang keras mengikuti jejak sang bapak, terus hingga ke puncak.
Nafas sang gadis putus-putus....

Sebuah kapak dilemparkan oleh sang bapak, "Nduk... Bapak sudah tua... Mau kan tolong bapak tebang pohon kering itu..."

Eka bernafas berat, ia menyeka keringat yang membanjir di keningnya, lalu dengan sisa tenaganya ia mengayunkan kapak tersebut...

Eka terjatuh dalam posisi merangkak, ia memuntahkan isi perutnya yang sangat mual karena pekerjaan berat yang dilakukannya.... Pohon itu belum lagi tumbang...
Sang bapak lalu mengambil kampak itu, menarik nafas dan...

Blam!
Eka terbelalak, satu ayunan dari sang bapak dan kayu itu tumbang...

Ia lalu mencincang pohon itu lalu mengumpulkannya... Ia juga mengambil sulur kayu, lalu ia membopong Eka, mengeratkan bopongannya dengan sulur lalu menuruni tebing itu....

Eka kembali merasa berdosa karena tak mampu memberikan yang terbaik untuk sang bapak....
....

Sang bapak tersenyum ketika ia bangun keesokan harinya, dipan tempat Eka beristirahat telah kosong... Ia tau ke mana gadis itu pergi...
....

Senja menjelang ketika Eka dengan badan lemah datang memanggul tumpukan kayu bakar....
Gadis itu tersenyum, lalu tersungkur....
.....

Aroma rempah yang khas membangunkannya, terasa sangat menyegarkan..... Dan gosokan tapak tangan kasar sang bapak pada kulitnya terasa bagaikan sutra yang lembut.
Mereka berpagutan, sang bapak mengangkat sang gadis dengan ringan, membaringkannya pada dipan sederhana itu dan kembali memagutnya... Eka menggeliat ketika lengan kasar itu merayapi tubuhnya, meremas kasar payudaranya, merayapi perutnya, meremasi pinggulnya... Eka mendesis ketika sang bapak melumat puting susunya yang mengeras.... Ia kemudian ganti merebahkan sang bapak, ia memposisikan vagina yang sudah basah itu...

Tubuh sang gadis bergoyang ritmis di atas tubuh sang bapak yang juga tak tinggal diam dengan menghentakkan pinggulnya ke atas, meremasi dada sang gadis, mencengkram pinggulnya...

Eka merasa damai seakan ia menemukan kembali kasihnya yang hilang, walau bagaimana ayah dari mendiang kekasihnya inilah yang sekarang mengisi relung hatinya sebagaimana kekasihnya dulu...

Dipan itu berderak makin keras... Eka melolong.... Sang bapak melenguh..... Mereka orgasme.....
....

Hari demi hari menjadi pencerahan baru bagi Eka... Sang bapak melatihnya untuk jadi lebih kuat... Lingkungan extreme di sekitar mereka menjadi sasana yang ideal, air terjun, tebing tinggi, hewan liar.... Semuanya membuat Eka menjadi jauh lebih tangguh dari sebelumnya.... Lebih kuat... Lebih brutal...

Pernah ia diserang sekelompok kera liar yang berakhir dengan pontang-pantingnya gerombolan kera itu ketika kepala pimpinan mereka yang dicabik oleh tangan sang gadis diacungkan.

Atau ketika seekor macan kumbang berbuat kesalahan dengan menerkam Eka, dan macan itu tewas dengan mulut sobek oleh hentakan tangan sang gadis....

Dan percintaan antara dua insan beda usia itu makin erat... Mereka tak segan menjadikan alam sebagai peraduan mereka, mereka bersetubuh di sungai, padang rumput, di dahan pohon.... Kapanpun, di manapun... Di tiga lubang kenikmatan yang Eka miliki.....
....

Sang bapak menatap Eka yang duduk bertelut, lututnya erat di dadanya...
"Kamu masih dendam Nduk?"
Eka hanya diam, sang bapak dapat menebak isi hatinya dengan tepat...

Ia bahagia di sini, ia ingin menghabiskan seluruh akhir hayatnya untuk menjadi pendamping sang bapak... Namun ia tak akan bisa tenang sebelum ia menghabisi lelaki jahanam yang menghilangkan nyawa anak dari teman hidupnya kini....
Ia sadar latihan yang dijalaninya ini memiliki satu tujuan.... Tugasnya belum selesai, jika hal ini belum terlaksana, ia tidak akan pernah merasa pantas bersanding dengan lelaki yang kini mendekap tubuhnya...
....

Sosok itu mengendap ke pintu belakang sebuah toko pakaian yang sudah tutup itu, dengan sekali hentak kunci pintu itu hancur dan sosok itu masuk ke dalam....
.....

Lelaki itu menggenjotkan pinggulnya dengan liar dan keras, lenguhan dirinya serta erangan wanita dengan tangan yang terikat ke masing masing ujung kasur itu memenuhi kamar rumah susun kumuh itu...

"Aaaaarggghhhh!!!!" jerit keduanya ketika badai orgasme melanda...

"Aaaawww so sweet!"

Lelaki itu terperanjat, tak pernah ada sebelumnya yang mampu menyelinap ke belakangnya tanpa diketahui, matanya mengarah ke sudut tergelap kamar itu... Sesosok wanita melangkah keluar dari balik bayangan... Dengan army pants, t-shirt ketat, jaket panjang dan army boots....

Lelaki itu membeliak, ia mengenal wanita yang berdiri di hadapannya, ia kenal bekas luka di pipi itu yang kini justru menambah keeksotisan wajah sang gadis... Sosok yang seharusnya sudah mati tiga tahun yang lalu...

Lelaki itu menerjang, dan keringat dingin langsung mengalir di dahinya... Wanita ini jauh lebih berbahaya...

Wanita yang terikat di kasur itu berteriak-teriak minta tolong. Ia memanggil anak buah sang lelaki untuk menolong.

Eka bergerak cepat, ia membekap mulut sang permpuan dan....

Crack....

Kepala wanita itu terpuntir dengan cepat dan rahangnya terrenggut dari socket nya.

Lalu ia kembali menerjang sang lelaki yang kini tak lebih bagai anak kucing yang lemah....

Pertarungan itu singkat sekali, pisau komando tajam menempel di leher sang lelaki...
"Enjoy your fall" bisik Eka sambil menggorok leher sang penjahat lalu memenggalnya...

Pintu kamar terdobrak....

Para begundal melihat sosok wanita menenteng kepala sang pemimpin...

Ketika perempuan itu melompat ke luar jendela, para begundal itu sudah sangat terlambat. Bahkan tembakan senapan mereka tak lagi mampu mengenai Eka yang berlompatan ringan dari atap ke atap...
....

"Pak.... Aku pulang, kata Eka sambil masuk kedalam gubug yang sudah dianggapnya istana itu...."
Ia segera menanggalkan pakaiannya lalu mengambil kain penutup puting dan cawatnya... Inilah pakaiannya....

Namun ada yang aneh.... Gubug itu terasa dingin... Kemanakah sang bapak? Tungku itu padam sejak lama.... Oh tidak... Jangan-jangan....

Selama satu minggu Eka mencari ke seluruh tempat yang ia ketahui, mengobrak-abrik seisi hutan... Tanpa hasil....

Eka tercenung di dipan yang dulu terasa hangat membara itu.....

Hatinya kembali remuk...
Untuk kedua kalinya ia kehilangan penyejuk hidupnya.... Dua orang anak dan ayah....
....

Eka menengok ke dalam gubug itu untuk terakhir kalinya, cawat dan kutangnya tertata rapi di atas dipan....
Dan hadiahnya untuk kekasih hatinya yang kini entah di mana, teronggok di meja...
Membusuk....

Sang bapak memandang Eka yang menuruni gunung yang sempat menjadi surga bagi mereka....
"Nduk... Hidupmu masih panjang... Tantanganmu berat.... Jadilah kuat Nduk....
Jadilah tangguh...." bisiknya pada angin, seakan pada angin itulah ia berharap pesan itu sampai pada gadis yang pernah mengisi hidupnya....

Ia lalu masuk ke dalam gubug....
Menatap ke kepala yang membusuk itu...

"Anakku Jaka.... Akhirnya kamu pulang juga, ngger... Ayo nak... Bapak antar kamu ke
peistirahatanmu yang terakhir"

End

Epilogue…

Cinta kini merupakan kalimat asing buat Eka... Hatinya sudah membatu, dan hal itu menjadi terror untuk para pelanggar hukum.... Hanya ada tobat atau mati!

Bahkan kini Eka lebih menyerupai seekor black widow, para penjahat yang ditangkapnya dijadikan pelampiasan nafsu sebelum akhirnya...

"Are you ready to die, Punk?"
Click...
BAAANG!!!

Friday, April 13, 2012


The Challenge!


Surat dengan amplop coklat di meja kerjanya membuat Brigadir Eka Frestya mengerutkan dahinya.
Mungkinkah dari penggemarnya?
Sebagaimana diketahui, kecantikan dirinya telah membuat banyak lelaki tergila-gila kepadanya dan membuat banyak wanita yang iri sekaligus kagum pada dirinya.

Namun ada yang berbeda dengan surat yang kini ada di hadapannya itu. Alamat yang diketik tidak menjadi masalah, namun bila tanpa alamat pengirim? Lagipula amplop coklat di mejanya itu cukup tebal untuk ukuran surat biasa.
Dengan penasaran Eka membuka surat itu.

Gadis itu memandang surat yang luar biasa itu dengan alis yang berkerut. Kertas daur ulang yang dipegangnya tak seberapa membuatnya terkejut di banding pesan yang tertulis di dalamnya.
Pesan yang disusun dari potongan Koran… Klasik sekali.

“AKU MENANTANGMU! MALAM INI DI PELATARAN PARKIR DI BELAKANG KANTORMU! DATANG SENDIRI!”

Naluri polisinya merasakan bahaya, ia tak mau gegabah mendatangi tempat itu begitu saja.
‘Ini jelas jebakan’, kata rekannya Ovvy sambil membaca surat itu, ‘Kita lapor komandan, kita sergap bajingan itu.’
‘Jangan.’ Sergah Eka.
‘Kenapa? Kamu tau kan ini bukan ancaman biasa?’
‘Aku tau, tapi coba bayangkan… kalau kita berdua yang menangkap penjahat ini… ‘
‘Jangan ngaco… ini bahaya…’
‘Iya, tapi kalau terlalu banyak orang, ia pasti akan curiga… sementara kalau kita berdua…. Setidaknya kita punya kesempatan lebih besar.’ Bisik Eka

Eka membujuk Ovvy hingga rekannya itu luluh…
‘Oke… tapi begitu ada gelagat buruk, aku panggil bantuan.’
****
Eka berdiri menantang dingin malam… dirinya berbalut jeans hitam, sweater jacket dan commando cap, membuatnya makin nampak anggun.
Sahabatnya Ovvy menghampirinya…’Ini cuma lelucon… ayolah… sudah hampir jam sebelas malam.’
Gadis itu sebenarnya masih ingin menunggu sang penantang… namun tak bisa dipungkiri dinginnya malam dan rasa kantuk membuatnya menyerah lalu mengikuti ajakan rekannya, pergi meninggalkan tempat itu.
+++

Satu minggu berlalu tanpa ada tragedy apa-apa…. Eka telah melupakan surat itu, dan menganggapnya cuma surat iseng, seperti yang dikatakan rekannya hingga pada suatu hari setelah ia selesai bertugas dan kembali ke rumahnya.
Amplop coklat itu muncul kembali….

‘TERNYATA DUGAANKU TEPAT! KAMU CUMA JUAL TAMPANG! KEBERANIANMU NOL! PENGECUT!’

Dengan geram Eka menghancurkan surat itu lalu berkendara kembali ke lokasi tantangan itu masih menggunakan seragam polisinya yang berlengan dan celana panjang…
Malam makin gelap…. Dan kembali dingin malam mulai menyelimuti tempat yang sangat sepi itu.
Suara gemerisik daun dan gemeretak dahan menjadi temannya…

‘Kamu sudah kalah…’
Eka terkejut dan berbalik, tak ada siapa-saiapa di sana….
Tunggu…. Matanya membiasakan diri akan kegelapan sebelum ia melihat seorang lelaki, dengan kaus lengan panjang, celana army dan army boots warna hitam keluar dari balik bayangan dan menghampirinya, wajahnya ditutupi topeng yang menutupi mata dan hidungnya.

‘Aku pengecut?’ sergah Eka, sambil memasang kuda-kuda, ‘Lalu kamu sendiri? Datang dengan mengenakan topeng seperti itu?’
‘Ah… ini’ kata pria berambut cepak itu sambil mengelus topeng di wajahnya… ‘Aku ini penjahat… dan tugasmu untuk menangkapku, menginterogasiku, dan memasukkanku ke dalam penjara. Itu kalau kamu mampu, tentu saja.’ Ejek lelaki itu.

Eka langsung mengeluarkan senjatanya, mengarahkannya dengan tegas ke arah lelaki itu.
‘Berbaring di tanah, rentangkan kaki dan tanganmu!’

Lelaki itu tersenyum sinis, ‘Pengecut…’ desisnya sambil merebahkan dirinya di tanah.
‘Setidaknya aku menangkapmu.’ Kata Eka penuh kemenangan. Lalu menekan lututnya ke punggung sang lelaki.
Namun begitu lengannya hendak meraih borgol di pinggangnya, lelaki itu meronta keras, membuat Eka terheyak ke belakang.
Gadis itu segera berdiri, namun…

Todongan senjata di dahinya sedikit banyak membuat gadis itu bergetar, ia tak menyangka kalau lelaki dihadapannya bisa melumpuhkannya semudah itu. Dan tubuhnya makin bergetar ketika dinginnya moncong senjata yang ditekan di dahinya diturunkan ke hidungnya yang bangir, dipulaskan ke bibir sexynya, lalu ke lehernya….
Eka sedikit tersedak karena pistol itu ditekankan ke pita udaranya. Namun pria itu masih melanjutkan terornya ketika kemudian pistol itu diturunkan hingga tepat di tengah kedua bukit payudaranya yang terbungkus seragam, yang kini bernafas berat, ke perutnya, lalu ke selangkangannya.

Eka memejamkan mata, tak mau melihat pelecehan ini lebih lanjut.
Gadis itu menunggu dan menunggu….
Eka membuka matanya dan melihat lelaki itu mengulurkan tangannya menyerahkan senjatanya kembali.
Tangan gadis itu bergetar mengambil senjatanya kembali
‘Aku ingin pertarungan… bukan cara cepat seperti ini… not fun…’ kata lelaki itu
‘Aku mengajukan penawaran kepadamu. Kalau aku kalah, kamu boleh menembakku, membunuhku… Cuma beri aku satu pertarungan yang terbaik yang bisa kamu berikan. Aku melihat kamu memperagakan cara menggunakan baton dengan baik… aku menantangmu.’
Eka masih menggenggam pistol itu… terarah lurus ke dahi penantangnya yang justru maju dan menempelkan dahinya sendiri ke mulut pistol itu.
Lelaki itu meneruskan perkataannya, ‘ Namun nampaknya itu cuma impian… kamu tak bisa bertarung… it's just a show off….’ Katanya pasrah

Darah Eka mulai menggelegak… pelatihannya bukan hal yang ringan…. Ia berjuang keras hingga ia dapat posisinya sekarang ini.
Ia bisa bertarung…. Ia bisa mengalahkan bajingan ini…. Namun kepalanya harus tetap dingin…
‘Apa untungnya buatku…’
‘Tidak ada’, kata lelaki itu… ‘ini cuma kepuasan bagi aku bisa membuktikan kalau pelatihanmu itu cuma sekedar permainan anak-anak.’
Kini darah Eka benar-benar menggelegak
‘Aku akan mengalahkanmu bajingan… jangan harap kamu bisa menipuku lagi dengan gerakan dadakanmu…’ katanya sambil menyarungkan pistolnya, membuka sabuk hostler nya dalu membuangnya ke tanah.
Lelaki itu tersenyum riang bagai anak mendapat permen.
‘Aku tak akan kalah!’ tegas Eka…
‘Kamu tidak akan mau kalah…’ kata lelaki itu sambil keduanya membuat gerakan memutar berkeliling, saling berhadapan dan membuat kuda-kuda.
Eka membuka serangan pertama. Serangan bertubi-tubi dilakukan gadis itu, menekan lelaki yang nampak tak bisa melakukan serangan balasan dan hanya bisa menghindar dan menghindar.
Sejenak Eka merasa kalau dirinya di atas angin… lelaki ini hanya menggertaknya… ia sama sekali tak bisa melawan.
Dan serangannya makin bertubi, tendangan, pukulan, semuanya mengurung ruang gerak sang lelaki yang terus menghindar atau menangkis sesekali.
Hingga akhirnya gadis itu merasakan ada yang salah dalam pertarungan ini… ia melihat senyuman kemenangan tersungging di bibir lelaki itu.
Kesadarannya dating terlambat… ia terlalu asyik menyerang lelaki itu hingga tak sadar bila secara perlahan kini justru dirinya yang terdesak…. Ia merasakan kelelahan…. Tenaganya terbuang dalam serangan-serangannya tadi.

Sebuah tendangan kearah kepala masih dapat ditangkis oleh Eka, namun kekuatan tendangan itu membuat gadis itu terhuyung.
Dan ketika dirinya limbung sebuah pukulan keras, telak menghujam uluhatinya, hingga sang gadis terjengkang ke arah kap mobilnya.
Eka megap-megap kesakitan… Tangannya membekap perutnya yang serasa menerima hantaman palu godam pukulan itu benar-benar menyakitinya…..
Lelaki itu mendekatinya, lalu berbicara lirih di telinga polwan cantik yang meringkuk kesakitan dan berpeluh deras itu.
‘Kamu kalah…. kini aku akan mengambil hadiah kemenanganku…’

Eka ingin sekali meronta, namun kesakitan di ulu hatinya tak bisa di hilangkannya, hingga ia hanya bisa menggeliat lemah ketika lelaki itu membuka gespernya. Tangan gadis itu menggapai mencoba menghalau tangan yang mulai membuka kancing celananya. Namun lelaki itu menepis lengan sang polwan, lalu memberi hantaman kedua di uluhati sang polwan, membuat gadis itu membeliakkan matanya dan megap-megap mencari udara.
Tak ada yang bisa dilakukan Eka ketika celananya kini terenggut dan dicampakkan ke tanah… juga hanya perlawanan lemah yang dilakukannya ketika akhirnya celana dalam berwarna krem di loloskan secara perlahan menuruni pinggulnya, ke pahanya, lutut, betis. lalu menjadi ternoda oleh tanah seiring tercampaknya penutup terakhir pelindung kehormatannya ke tanah.

Eka ingin sekali berteriak, namun tekanan ringan namun mematikan sang lelaki di lehernya membuat suara gadis itu bagaikan suara kumur… lalu megap untuk melancarkan nafas…
Matanya menatap antara takut, benci dan kekalahan ketika melihat lelaki itu menurunkan celananya, mengeluarkan penisnya, lalu….
Brigadir Eka mengerang ketika penis lelaki itu menyeruak ke dalam vaginanya… lelaki itu bahkan tak melakukan foreplay pada dirinya. Pedih dan rasa sakit, rasa benci dan rasa malu berbaur dalam batin Brigadir Eka yang kini terguncang-guncang di kap mobil… Airmata mengalir menodai wajah cantiknya…
Ia mengalihkan pandangannya, tak ingin melihat wajah pria yang kini menggerakkan pinggulnya secara teratur di selangkangannya… menumbuk-numbuk vaginanya…
Eka memejamkan matanya…. Tak ingin melihat wajah lelaki yang kini berada dekat dengan pipinya… memberikan hembusan nafas penuh nafsu di wajahnya, mendengarkan dengusan nafasnya …
Dan memberikan sedikit gelitik dalam dirinya…
Gelitik yang membuatnya makin frustasi karena tak mampu dilawannya….
Mendadak Eka merasaka bila lelaki yang memperkosanya ini bergerak makin kuat menumbuk vaginanya, bergerak liar….

Brigadir Eka memandang ke arah lelaki yang menikmati vaginanya itu… menggelengkan kepalanya dengan panik.
‘Jangan… tolong… jangan di dalamku…’ desahnya dengan suara serak.

Lelaki itu memandang sang polwan dengan tajam… ia memandang mata wanita yang sudah kalah itu. Lalu memagut bibir sang polwan dengan kecupan dalam sebelum menarik penisnya, membiarkan tubuh sang polwan meluncur lemah ke depan bemper mobil untuk kemudian….

Brigadir Eka menarik kedua kaki telanjangnya, menekap dadanya… isak tangisnya begitu nyata… ia membenamkan wajah cantiknya yang berlumuran sperma itu ke kedua lututnya dan terisak melepaskan sesak di dadanya.

Lelaki itu memandang sang polwan di hadapannya, lalu dengan suara bagai desah angin, ia melangkah, undur ke dalam bayang gelap malam.
‘Kamu harus bisa mengalahkan aku untuk membalas sakit hatimmu…’ desah suaranya makin halus
‘Jadilah kuat…. Dan bunuh aku…. Atau aku akan menghantuimu untuk selamanya….’
++++

‘Kamu ikut kelas Muay Thai?’ Tanya Ovvy demi melihat tas olahraga yang dibawa Eka ketika mereka selesai bertugas.
Ovvy merasa ada perubahan pada diri rekanya Eka, ia jadi lebih pendiam, lebih buas… lebih ganas… bahkan kini Eka memohon untuk terjun ke lapangan, dimana ia ikut langsung menyerbu para penjahat, dan menghajar mereka….

‘Apa yang terjadi Eka? Sepertinya kamu berubah sekali’ Tanya rekannya lagi. Eka hanya diam, ia tak mau mengingat malam dimana ia dikalahkan, kini ia berlatih keras demi satu tujuan, bila ia sampai bertemu lelaki itu lagi, ia akan membuatnya membayar perbuatannya.

Dan kekesalannya itu makin bertambah ketika dalam beberapa penyerbuanya lelaki itu ada di sana, walau tak dipungkiri dalam kesempatan itu lelaki itu ‘membantunya’ menghabisi gerombolan penjahat.
Beberapa kali nyawanya tertolong oleh sang lelaki.
Namun disetiap akhir pertemuannya, seiring undurnya sang pria ke balik kegelapan, kaliamat tantangan itu selalu ada…
‘Kamu harus lebih kuat…’
‘Hanya aku yang boleh mengalahkanmu…’
‘Kamu milikku…’
Dan ketika lelaki itu telah menghilang, Eka melampiaskan kekesalannya dengan menghajar penjahat yang sudah tak berdaya, hingga beberapa kali ia harus menerima skorsing...
+++

‘Aku mau berlatih lebih lama master…’

Sang master memandang gadis di depannya… gadis yang delapan bulan yang lalu memulai pelatihannya, gadis yang kini karena pelatihan extreme yang dilaluinya menjadi salah satu petarung terbaik yang dimilikinya, ia memandang tubuh yang terbalut sports bra dan Muay Thay boxer pants. Meperlihatkan tubuh sexy dengan definisi otot yang tegas namun tidak mengurangi keanggunanya.
Sang master sadar, tak mungkin menolak keinginan Eka yang keras itu, ia lalu berjalan ke arah pintu keluar,
‘jangan siksa dirimu sendiri…’
Eka membungkuk memberi hormat pada sang master, lalu memulai program pelatihan exteremnya.

‘Sansak itu tak akan bisa melawanmu, Eka…’

Eka terkejut dan mencari arah suara… Lelaki bertopeng itu melangkah perlahan dari locker room.
Untuk pertama kalinya Eka bisa melihat tubuh lelaki itu yang mengenakan seragam petarung Muay Thai tradisional. Dan kini ia berdiri di tengah ring di dalam sasana itu
Tubuh lelaki itu tegap berotot namun tidak berlebihan, dan sebuah luka besar melintang dari bahu kiri, turun ke dada melintang hingga ke perut sebelah kiri.
Lelaki itu berujar, ‘Ya… aku bisa dilukai… aku bisa kalah…. namun kamu harus berusaha lebih keras agar kamu bisa mengalahkan aku.’
Eka kini berada di hadapan lelaki itu… ia tak lagi banyak bicara… ia langsung memasang kuda-kuda…

‘Good’ kata lelaki itu…’Kita lihat kemajuanmu’
Lelaki itu menyerang terlebih dahulu, Eka kini yang telah lebih siap, menangkis dan memberikan perlawanan yang sama ganas dan brutalnya.
Sebuah jab dari Eka masuk dan membuat sang lelaki terdorong ke belakang..... Namun Eka tak melanjutkan serangannya, ia sudah dapat pelajarannya, lelaki itu belum lagi kalah.
Lelaki itu tersenyum liar sambil menyeka darah dari sudut bibirnya.
‘Bagus… cukup pemanasannya… let’s fight!’
Sebuah teriakan membahana mengawali serangan dahsayat sang lelaki yang membuat Eka terdesak.
Lelaki itu seperti ingin menghukum Eka yang berhasil melukai bibirnya.

Ternyata pelatihan extreme selama delapan bulan yang dijalaninya belum lagi mampu menandingi kekuatan, kecepatan dan keganasan lelaki itu, pukulan demi pukulan mulai telak mendarat ditubuh polwan cantik itu tanpa bisa ditangkis lagi.
Pukulan ke rusuk, tendangan ke perut, tendangan ke arah paha luar, dan terakhir tendangan lutut yang telak mengenai dagu sang polwan mengakhiri pertarungan itu.

Eka jatuh berdebum tertelungkup di matras, dan baru saja ia berusaha merangkak bangkit, sebuah tendangan keras ke arah perut membuat sang gadis terlempar berguling. Kembali Eka dipaksa meringkuk menahan sakit di tubuhnya.
Lelaki itu kemudian keluar arena, lalu kembali menghampiri Eka yang tergeletak lemah sambil membawa tambang rami, serta sebuah toya yang di pukulkan ke perut sang polwan… menambahkan rasa sakit yang sudah menderanya.
Ia lalu menjambak rambut polwan itu dan menyeretnya ke sudut ring, ia lalu mengikat kedua lengan polwan itu menjadi satu dan mengeratkannya ke ring, lalu dengan kasar ia merenggut celana boxer sang gadis, juga celana dalamnya.

Untuk kedua kalinya bagian bawah tubuhnya terekspose bebas untuk dinikmati lelaki itu. Bila pada saat pertama bagian bawah tubuhnya berbalut sepatu hitam, kini kakinya hanya berbalut decker.
Lelaki itu kemudian menyelipkan toya di balik lutut sang polwan dan mengikatnya erat hingga kaki sang gadis mengangkang lebar.
Lalu dengan hentakan keras lelaki itu membalik tubuh sang polwan hingga bokong indahnya menjulang ke atas.

Lelaki itu memeluk Eka dari belakang, lengannya menelusup ke balik sports bra sang gadis dan meremasi payudara sekal itu dengan lembut, dan memilin-milin putingnya.

Eka meronta keras… ia tak ingin dilecehkan lagi seperti ini… harga dirinya sudah jatuh ketika vagina dan anusnya terekspose bebas seperti ini. Ia kesal akan kekalahannya ini.
Namun ikatan erat dilengannya, dan belenggu di kakinya membuatnya tak bisa merapatkan pahanya, untuk sekedar memberikan perlawanan.
Eka menangis… sedu sedannya terdengar nyata kekalahannya terasa lebih menyakitkan… Ia bahkan pasrah ketika merasakan lelaki itu membimbing penisnya bersentuhan dengan bibir vaginanya, lalu mendorong penisnya dengan bertenaga, membelah labianya dan bersarang dalam kehangatan saluran vaginanya.

Tangannya terkepal erat demi merasakan pinggulnya terhentak tumbukan selangkangan sang penakluk dalam irama ritmis. Sementara tangan sang penakluk berubah dari meremas menjadi memeluk dadanya…
Desakan-demi desakan, entakan demi entakan….
Eka makin kesal dengan dirinya… kenapa vaginanya menjadi basah… kenapa vaginanya membiarkan penis itu makin lancar menjelajahi lorong kenikmatan itu?
Eka memukul-mukulkan lengannya sebisanya ke matras untuk meghilangkan rasa itu ia tak terima kalau pelecehan ini mempengaruhi tubuhnya.

Namun bisikan dari penakluknya mampu menghilangkan gairahnya lebih baik dari usahanya sendiri.
‘Aku akan menyakitimu lagi… supaya kau mau berusaha lebih keras untuk mengalahkanku….’

Eka merasakan penis sang penakluk ditarik keluar dari vaginanya, lalu lelaki itu menjejalkan gum shield ke dalam mulut Eka. Lalu membungkam mulutnya dengan handuk kecil.

Eka meronta kuat sejadinya… bajingan itu menjilati anusnya…. Menusuk lubang pembuangannya dengan jari… mencoba melebarkannya….
Lalu gadis itu merasakan ada gel dingin yang dimasukkan ke dalam anusnya…
Tidak…. Tidaaaaaak!!!!
Raungan keras teredam oleh handuk…. Dalam bungkamannya Eka menggigit keras gum shield di mulutnya…
Anusnya terasa sangat panas dan sakit…. Lelaki itu menyodominya….
Seberapa pelanpun lelaki itu menyodomi anusnya, Eka sangat kesakitan… terlebih itu rasa malu, marah, benci bergumul jadi satu…
Lelaki itu mulai menyentak, dan tiap hentakannya merupakan penghinaan bagi Eka….
Setiap penis itu di cabut dari anusnya yang terluka, Eka berharap mimpi buruk itu berakhir, namun salah… gel dingin kembali mengisi saluran pembuangannya, menebar rasa perih…. Lalu kembali penis itu bermain di sana, lagi, lagi, dan lagi.

Ketika akhirnya lelaki itu selesai medonorkan benihnya ke dalam anus sang polwan, Eka merasa sangat kotor.
Ketika lelaki itu membebaskan belenggunya, lalu mencoba memeluknya, Eka meronta. Ia menampar, mencakar, menendang, lalu menangis tersedu-sedu sambil meringkuk menahan sakit dan amarah di dadanya.
Namun pada akhirnya dalam kekalutannya, Eka masih mau menerima rengkuhan sang penakluk yang kemudian membimbingnya ke ruang shower, menyalakan air hangat, lalu membimbing Eka ke dalamnya.

Eka lalu menepis rengkuhan lanjut sang lelaki, membelakangi tubuh sang penakluk, menekapkan tangannya ke bahu, lalu berdiri sambil tersedu di bawah siraman shower.
Lelaki itu mahfum… lalu mengundurkan diri diiringi isak tangis Eka yang kini bersandar di dinding dan menggelosor terduduk di lantai bilik shower itu sambil menangis karena frustasi.
++++

Hampir satu tahun berlalu setelah kejadian di gym itu, Eka kini menjadi jauh lebih kuat dan brutal. Kini ia hampir tak lagi memerlukan bantuan sang lelaki misterius untuk meringkus kawanan penjahat…. Brigadir Eka Frestya menjadi sosok yang ditakuti dikalangan kejahatan di ibukota.


Dan malam itu…
Lengan Eka terhenti pada handle pintu mobilnya....
Ia berbalik…
Lelaki itu sudah berdiri di sana, sama seperti awal pertarungan mereka….
Eka tersenyum sinis…. Ia sudah siap, sangat-sangat sudah siap.

Gadis itu langsung menerjang.
Lelaki itu tersenyum senang… akhirnya, lawan yang sepadan.
Pertarungan itu benar-benar dahsyat, serangan mengalir silih berganti dari keduanya. Tak ada yang ditahan, semuanya dilepaskan dalam pertarungan itu.
Darah yang mengalir dari bibir keduanya, memar-memar yang baru akan terasa jauh setelahnya…
Namun kelegaan pertarungan meliputi kedua manusia itu.

Hanya kematangan dan pengalaman yang jadi penentu, dan kecerdikan…
Eka tau kalau tenaganya masih kalah dibandingkan lelaki yang juga makin kuat itu, kini hanya ada satu hal yang bisa dilakukannya… menggunakan kecerdikannya…

Maka ketika mereka saling merengkuh kepala, Eka membuat gerakan tak terduga dengan memberi sang lelaki sebuah ciuman buas.
Lelaki itu tertegun… dan…

Tendangan lutut Eka membuat sang lelaki jatuh nyaris terjerembab. Tangannya mendekap uluhatinya yang sakit… kini dirinyalah yang megap-megap mencari udara….

Click….

Sang lelaki menegadahkan kepalanya, dan tersenym bahagia karena akhirnya setelah sekian lama ada yang bisa mengalahkannya…
Ia tertawa saat Eka menekankan mulut pistol itu dikeningnya dan menatap tajam ke mata sang brigadir.
Ia menantikan saat ini…

Brigadir Eka tersenyum, ia sudah menang…. Kini saatnya ia mendapatkan hadiah perjuangannya selama ini.
Ia menyarungkan senjatanya, berjalan ke arah kap mobilnya lalu meloloskan celananya. Telunjuknya memanggil sang lelaki yang tersenyum sambil meringis menahan sakit untuk mendekatinya.
Ia merengkuh kepala sang lelaki dan membimbingnya untuk memuaskan vaginanya.

Dan ketika desakan itu makin tak terbendung, Eka menarik kepala sang lelaki ke arah wajahnya, berpagutan liar, lalu melingkarkan kaki jenjangnya ke pinggul sang lelaki menekannya agan penis tegang sang lelaki bisa mengisi relung vaginanya yang menginginkan pemuasan.
Mobil Brigadir Eka kembali berguncang oleh persetubuhan liar keduanya, Eka mendesah, mengerang, menikmati hujaman penis yang mengaduk vaginanya, remasan tangan di payudaranya yang terbungkus seragam polisinya. Benar-benar menikmatinya…
Dan ketika derit mobil itu makin kuat seiring desakan pinggul sang lelaki di selangkangan Eka, menuntut pelepasan, kaki sang gadis semakin menjepit pinggul sang lelaki.

Desah kepuasan terdengar dari mulut keduanya seiring orgasme hebat yang dirasakan keduanya dan bercampurnya cairan cinta sang polwan dan sperma sang lelaki yang kini berenang ria dalam rahim sang brigadir.
++++

Kini penjahat di ibukota menjadi dua kali lebih khawatir oleh Brigadir Eka dan seorang vigilante yang nampaknya saling bahu-membahu memerangi mereka….
Dan bagi Eka, adanya lelaki itu membuat hidupnya kini makin bergairah, dimana ditiap akhir tugas mereka, keduanya akan mencari tempat tersembunyi lalu bertarung hingga salah seorang dari mereka menyerah, lalu bersetubuh dengan liar….
Dan ibukota nampaknya akan jadi tempat yang lebih aman, untuk sementara ini… well, untuk waktu yang relative agak lama setidaknya….

The end

Wednesday, January 11, 2012

United by faith....




Mobil sedan itu berhenti di depan gerbang villa, tak lama seorang gadis manis keluar dari pintu belakang, hanya berbalut sports bra dan hotpans sexy berwarna biru, yang kontras dengan kulitnya yang eksotis itu.
Wajah sang gadis bersemu merah karena harus keluar dalam kondisi setengah telanjang seperti itu, walau daerah villa itu cukup sepi, namun tetap beberapa tukang ojek dan penjaga villa bisa menikmati lekuk tubuhnya yang sensual itu yang berjuang membuka gerbang villa yang berat itu.

Olivia berlari kecil menghampiri mobil yang berhenti di depan pintu villa itu, dengan membungkuk tanda hormat ia membuka pintu pengemudi, memberi jalan untuk tuan besarnya, tuan yang sebelumnya hanya merupakan seorang supir.
Lalu gadis itu membuka pintu belakang, memberi jalan untuk tuannya yang lain yang sebelumnya hanya merupakan tukang kebun dan seorang pemulung yang mendapat rejeki untuk menikmati tubuhnya.

Bungkukan tanda penghormatan makin dalam ketika Olivia membuka pintu penumpang di depan.
Nyonya yang sangat dikasihinya melangkahkan kakinya ke luar mobil. A-dress merah yang dikenakannya membuat orang tak akan menyangka bila sesungguhnya ia hanya seorang pembantu.

Tangan sang nyonya lembut mengangkat dagu Olivia lalu menciumnya tanpa malu, "Terima kasih sayang." kalimat yang membuat gadis itu berbunga.

Pintu villa terbuka, seorang perempuan berkulit gelap dan berwajah seadanya menyambut mereka. Pakaiannya dan dandanannya yang menor makin memperparah penampilannya.
Namun nyonya penguasa Olivia seakan bertemu sahabat karib.
"Wah, kamu bisa datang juga, ya..." kata pembuka pintu sambil bercium pipi kiri dan kanan
"Ayo, sahabat kita yang lain sudah ada di dalam, budaknya sudah mulai pemanasan", katanya lagi sambil mengamit tangan sang nyonya. Olivia dengan tertunduk mengikuti mereka ke dalam villa.
Nyonya menor tadi melanjutkan ucapannya. "Akhirnya kita bisa bikin pesta budak seperti ini" sambil matanya melihat Olivia...
"Nanti kalau agak memar sedikit ngga apa toch?"
Olivia bergidig, namun tetap menunduk.
Sementara sang nyonya tersenyum dan terus mengikuti nyonya rumah ke arah dapur.

Di dapur, Olivia melihat ada seorang gadis hanya menggunakan korset putih tanpa bra dan celana dalam, vagina mulus dan payudara yang sekal milik sang gadis terekspose bebas, hanya stripper heels yang menjadi aksesoris tambahan di tubuhnya.

Olivia mengenal gadis itu, dia Nabila.

Sang nyonya memagut kembali bibir ranum Olivia lalu berkata,"Kamu bantu dia, ya sayang? Jangan kecewakan aku."
Olivia langsung bersimpuh, menunduk di hadapan sang nyonya, tak terbersit dalam benaknya untuk mengecewakan nyonya yang sangat baik pada dirinya
"Baik nyonya, saya tidak akan mengecewakan nyonya..."

Kemudian kedua nyonya melangkah menuju rekan mereka yang sedang menikmati tubuh budak baru... Sekilas Olivia mendengar nyonya menor itu bertanya penasaran tentang cara membuat dirinya patuh seutuhnya, dan kembali senyuman sang nyonya menjadi jawaban.

Kini kedua gadis sependeritaan itu berada di dapur, ada seekor kalkun besar yang harus mereka olah.
Cukup lama keduanya terdiam, lalu Nabila memulai percakapan.
"Bagaimana kamu bisa masuk dalam perbudakan ini?"
Pertanyaan itu menyentak Olivia, pertanyaan yang kembali membuka memory lama yang seakan tak akan terhapuskan dari ingatannya.
"Maaf..." kata Nabila,"Aku tak bermaksud membuka luka lama itu"

Namun Olivia menggelengkan kepalanya, ia tak ingin menutupi kenyataan, tidak di depan gadis yang bernasib sama dengan dirinya.
"Waktu itu aku sedang birahi... Dan dalam kamar mandi aku sedang menikmati jemariku menstimulus clitoris dan payudaraku.
Aku tak menyadari kalau pintu kamarku tak terkunci, dan nyonyaku masuk.
Aku terkejut waktu ia masuk ke kamar mandi. Entah kenapa aku bagai terhipnotis oleh dirinya, aura sexy terpancar dari tubuhnya yang terbalut you can see dan celana tiga perempat."
"Aku takjub waktu tanpa sungkan ia membuka pakaiannya. Kami berdua bugil. Dan aku sama sekali tak punya niat untuk mengusirnya.
Aku terhanyut. Aku menikmati tangannya yang menyabuniku, tubuhnya yang melekat di tubuhku.
Dan ketika bibirnya begitu dekat dengan bibirku, aku seakan terbang. Kami berpagutan liar, tangan kami saling menjamah, meremas, merangsang.
Aku tak ingat bagaimana kami akhirnya berada di kamar tidur, kami tak peduli tubuh basah kami meninggalkan jejak di kasur.
Aku merasakan nafsuku menggelegak, nyonyaku benar-benar menaklukannku... Kami menikmati orgasme kami yang panjang, meresapi tiap detik kenikmatan ragawi yang kami lalui.
Ketika aku tersadar, kedua tuanku sudah ada di dalam kamar dan ada beberapa kamera yang merekam persetubuhanku. Klasik sekali jebakan itu. Namun... Aku tau aku tak bisa berbuat apa-apa selain memasrahkan diriku untuk mereka nikmati."
Olivia terkenang bagaimana kedua penis itu berlomba merasakan nikmat mulut dan tenggorokan sang gadis, ia teringat hidungnya yang tertanam di bulu kemaluan tuannya, serta buah zakar yang menghantam dagunya.
Olivia ingat bagaimana penis keduanya berlomba menghancurkan vaginanya, mambombardir rahimnya.

Olivia berpaling ke arah temannya itu, "Kakak sendiri?"
Nabila menghela nafas,"Aku kalah taruhan." katanya singkat
Olivia mengernyit tak mengerti
"Aku bertaruh dengan kacungku, aku kalah, dan beginilah aku sekarang"

Olivia terdiam memandang Nabila yang nampak masih belum bisa melupakan tragedi itu.
Nabila teringat waktu dengan yakinnya ia menandatangangi perjanjian di atas materai yang mengatakan pihak yang kalah bersedia melakukan apapun permintaan pihak yang menang. Ia dan supirnya, serta pembantu yang berlagak nyonya sebagai saksi.
Nabila teringat bagaimana mereka mampu membuatnya merasa bersalah waktu ia mencoba sedikit bernegosiasi. Bagaimana sang supir bersedih karena merasa ternyata janji untuk seorang entertainer tak berlaku untuk dirinya, serta bagaimana sang pembantu berkata sedihnya menjadi orang kecil karena bisa diperlakukan seenaknya.

Nabila tak bisa menahan beban moral itu lalu dengan lantang berkata di hadapan keduanya kalau mereka berdua boleh memperlakukan dirinya apapun yang mereka mau.
Gadis itu menerawang mengingat ketika supirnya menyuruhnya untuk bertelanjang bulat dihadapannya, lalu memaksanya berlutut di hadapan sang supir yang dengan nyaman duduk di sofa, Memerintahkan sang gadis untuk membuka celana lusuhnya lalu memberi oral sex terbaik yang bisa diberikan kepada dirinya.

Nabila mengamini kisah Olivia sambil mengingat ketika rambutnya di jambak membentuk ekor kuda lalu kepalanya ditekan dalam-dalam hingga penis itu masuk jauh ke kerongkongannya, membuatnya tersedak.
Nabila masih bisa mengingat expresi kenikmatan sang supir ketika penisnya dimanjakan oleh mulut indahnya, lidahnya, tenggorokannya.

Kemudian Nabila menyadari kalau pembantunya juga ingin mendegragasi dirinya.
Permpuan itu ganti duduk di sofa mengangkang di hadapan Nabila, lalu memerintahkan sang gadis untuk melayani selangkangannya yang basah, dari vagina hingga ke anus.

Jeritan Nabila teredam di lubang pantat sang pembantu ketika supirnya dengan kasar menghujamkan penisnya ke vagina sang gadis yang masih kering.

Nabila memandang Olivia yang memasukkan kalkun ke dalam panggangan. "Vaginamu pasti sakit sekali saat mereka mulai menjahanamimu..."

"Bukan cuma vagina, kak. Anusku... Anusku juga mereka gunakan sebagai alternative vagina dan mulut. Sakit sekali ketika benda keras itu merejok ke dalam pantatku... Bergantian ke dua tuanku melebarkan saluran pembuanganku dengan penis mereka... Di saat aku mulai bisa menahan sakit...
Mereka menghujamkan penis mereka bersamaan ke dalam pantatku...."
"Hanya sentuhan lembut nyonyaku, membuat aku menahan jeritanku dan hanya bisa menggeliat menggeletar menahan sakit. Dan akhirnya aku harus membersihkan penis yang berlumuran kotoranku. Dan aku lakukan."

Nabila mengenang dirinya yang saat itu juga disodomi dengan brutal, ia bisa merasakan jika pantatnya sedikit mengalami pendarahan. Juga ketika pembantunya yang baru saja menyiram wajahnya dengan cairan orgasme menepuk-nepuk perutnya hingga anusnya kontraksi, meremas penis sang supir dan melumurinya dengan hasil sekresi dari lambungnya.

Nabila terpekur mengingat dirinya mengernyit menahan jijik dan mual ketika penis yang berlumuran darah dan kotoran itu dicuci dalam mulutnya.

Keduanya terdiam, mengenang awal tragedi hingga mereka tak mendengar langkah kaki nyonya penguasa Olivia.
Tersadar, Olivia segera menjatuhkan dirinya bersujud di kaki sang nyonya.
"Ampun nyonya, maafkan keteledoran hambamu hingga tidak mendengar nyonya datang."

Sang nyonya mengangat tangan Olivia, lalu merangkul pinggulnya dengan erat. Bibir mereka dekat, nafas keduanya saling menghangatkan wajah.
Dan seakan manusia yang dahaga, keduanya berpagutan buas, liar, seakan kekasih yang lama tak bersua.

Nabila tertegun melihat adegan birahi di hadapannya, melihat bagaimana sang nyonya menarik sports bra Olivia hingga sebatas hidung, lalu menciumi bibir sang gadis dengan bernafsu sebelum mencampakkan sports bra itu sembarangan.
Nabila melihat bagaimana geliat Olivia ketika gadis itu meloloskan hotpantsnya.

Tangan Nabila mulai merabai payudaranya sendiri, meremas kedua bukit kenikmatan itu hingga putingnya mengeras, lalu satu tangan melalui korset menuju vaginanya lalu bermasturbasi.

Nabila melihat bagaimana sang nyonya melumuri Olivia dengan madu lalu menjilatinya dengan rakus.
gadis itu iri, pembantunyalah yang selalu ingin dipuaskan, dan penyiksaan sexual yang mampu mengantar pembantu sialan itu orgasme. Ia iri.
Nyonya sahabatnya pandai membangkitkan birahi, lalu meminta pelayanan seperti sekarang seperti yang dialaminya.

Sang nyonya duduk di meja pantry mengexpose paha jenjang yang indah seperti apa yang dikatakan Olivia. Oh betapa ingin Nabila menjilati vagina yang dilabur whipped cream milik sang nyonya yang terawat rapi, tak seperti pembantunya yang tak merawat kewanitaannya.

Nabila terhanyut, ia tak menyadari tatapan penuh kemenangan sang nyonya.
Dengan telunjuknya ia memanggil Nabila yang terhipnotis dan mendekati sang nyonya.
Mereka berciuman ringan, lalu sang nyonya berbisik sensual di telinga Nabila yang dijawab dengan anggukan.

Sejenak Nabila undur diri ke sebuah laci di dapur, ia mengeluarkan double head massive strap dildo yang biasa digunqkan pembantunya untuk menghujam mulut, vagina atau anusnya.

Dengan tatapan mengundang Nabila mengeratkan starp itu di selangkangannya. Oh betapa nikmatnya rasa penis karet yang mengaduk rahimnya.
Lalu dengan sekali hentak, ia memasukkan penis karet itu ke dalam vagina Olivia yang sedang dalam posisi berdiri membungkuk, dan memuaskan sang nyonya.

Jerit Olivia teredam oleh vagina sang nyonya.
Tangannya membelai rambut sang gadis, mengusap kepalanya seakan menenangkan sang gadis yang menggeletar menahan hujaman kasar penis karet di vaginanya.
Lalu sang nyonya beringsut menjauhi kedua budak itu.
Ia berbisik pada Olivia, "Puaskan dia sayang, biarkan ia meraih orgasmenya seperti bagaimana aku menikmatimu. Terima perlakuannya dengan tulus, buat aku bahagia."
Dan Olivia bertahan sekuatnya demi membahagiakan nyonya yang disayanginya. Tak lagi ada keinginannya untuk menjerit kesakitan... yang ada hanya rasa bakti pada sang nyonya yang sekarang menguasai pikirannya.

Kemudian sang nyonya berbisik pada Nabila yang sedang mencengkeram erat pinggil Olive, sambil menumbukkan penis karet jauh ke dalam vagina sang gadis yang berpegangan erat pada pinggir meja pantry.
"Luapkan amarahmu... puaskan dirimu... raih orgasmemu... lampiaskan birahimu..." desahnya sensual sambil lalu undur dari mereka berdua.

Dan Nabila makin bernafsu, hentakan dildo itu makin brutal... ia menjambak rambut Olive, membuat gadis itu memandangnya dengan mulut membuka menahan desis kesakitan, lalu dengan penuh dendam meludahi mulut terbuka itu, lagi dan lagi...
Lalu kedua tangannya menepuki kedua pipi Olive dengan keras hingga pipi gadis itu memerah... namun bukannya menjerit kesakitan... karena rasa ingin berbakti yang begitu besar mulut sang gadis malah membulat dan mengeluarkan suara penuh nafsu... ia menerima siksaan ini demi sang nyonya....

Namibla meremas kedua payudara Olive dengan keras hingga payudara gadis itu memerah lau menepuki punggung sang gadis.... meremas keras pinggul.... menampari pantat dan paha sang gadis sambil pinggulnya menghentak dan menghentak dan menghentak, vagina ke anus, anus ke vagina.

Nabila benar-benar melepaskan emosi, amarah, rasa dendam yang tertahan dalam dirinya selama ini. Sekali saja ia ingin merasakan menjadi nyoya... menyiksa seorang budak... meraih orgasme melalui penderitaan orang.... karea sampai sekarang, dirinyalah yang selalu menjadi pelampiasan, menerima siksaan, menjadi pecundang....

Dan gadis itu menghentak dan terus menghentak hingga akhirnya....

Erangan orgasmis terlepas dari mulut Nabila, serta desah kepuasan meluncur dari bibir Olive... keduanya terdiam sejenak sebelum bagai jelly melorot dan tergeletak di lantai dapur...

Nyonya penguasa Olive tersenyum simpul sambil bersender di pintu dapur, ia puas dengan apa yang ia lihat, lalu dengan tenang ia mematikan cam coder yang ia pasang di saat ia masuk ke dapur lalu masuk ke dalam villa, menemui teman-temannya yang sedang mengganyang budak yang memohon-mohon minta belas kasihan ketika pantatnya sedang disodomi untuk yang kesekian kalinya.

Nafas kedua gadis yang kini tergeletak di lantai dapur berangsur normal...
"Maafkan aku, liv... aku tak bisa menahan diriku..." ia menangis karena malu, mengingat betapa kasarnya ia kepada teman senasibnya itu...
Olive hanya menggeleng dan berkata,"Nggak apa-apa... asal kakak bahagia akupun rela..."

Keduanya lalu beringsut bangkit, dan Nabila melepaskan strap dildo itu sambil mendesah merasakan gesekan penis karet itu keluar dari vaginanya.
Mereka memandang oven, masih ada waktu sebelum kalkun itu matang. Mereka lalu mempersiapkan hidangan lain dalam diam, mencoba melupakan apa yang barusaja mereka perbuat.

"Kamu pernah coba untuk berontak? untuk kabur, liv?" tanya Nabila
Gadis itu mengangguk,"Iya, dan ternyata aku tak pernah bisa lepas dari cengkraman mereka...Kamu lihat tuanku yang ketiga? yang berpenampilan paling seadanya itu?"
Nabila menganggk, ia memang penasaran dengan lelaki tua dengan penampilan semrawut yang masih juga dipanggil tuan oleh Olive.
"Satu hari aku berfikir kalau aku bisa melarikan diri dari tuan dan nyonyaku. Maka, walau saat itu aku hanya berbalut lingerie tipis transparant, aku mencoba kabur. Waktu itu jam satu dini hari, dan aku melihat ada pemulung dengan gerobaknya sedang berkeliling mencari sampah..."
Olive menghela nafas...
Nabila seakan paham..."Itu Jebakan ya?'

"Iya, kak..."Keluh Olive,"Ternyata tuan dan nyonyaku sengaja membuat skenario itu. Terlambat menyadarinya, aku tak melihat tatapan liar pemulung itu, dan aku seakan terhipnotis karena begitu aku sampai di hadapannya untuk meminta tolong, tuanku itu langsung merenggut lingerie tipisku... dan aku telanjang bulat, kak...di tengah jalan, malam buta...."
Olive menghela nafas."Tuankku membantingku, dan menikmati tubuhku di situ, ditengah jalan berlubang becek, tak beralas apa-apa.... dan tuanku begitu menikmati tubuhku...ohhh bagaimana ia mendesakkan penisnya dalam vaginaku, menunggingkanku dan menyodomiku... memintaku mengoralnya, dan menyirami rahimku dengan benihnya..."
"dan seharian itu ia membawaku berkeliling, bugil... aku bersyukur ia masih punya belas kasihan dengan menaruhkku di dasar gerobaknya dan menutupi tubuhku dengan barang-barang bekas yang ditemuinya... dan disaat ia menginginkanku, aku tinggal naik ke permukaan dan melayaninya dengan tulus..."

Nabila menggelengkan kepala melihat betapa submisive temannya ini, ternyata sang nyonya benar-benar bisa mengubah pribadi gadis itu menjadi seperti sekarang ini... dan dirinyapun barusan merasakan kemampuan manipulatif nyonya sahabatnya ini....
Nabila pun sudah merasakan akibat percobaan pelarian dirinya yang berakhir dengan tubuhnya yang hancur-hancuran harus melayani pengemis, pemulung gelandangan anak jalanan dan sebut saja jenis yang lainnya di kolong jembatan kotor selama dua hari dua malam nyaris tanpa jeda. Bagaimana penis demi penis mengisi ketiga lubang kenikmatannya bergatian, maupun bersamaan... ia juga merasakan apa yang Olive rasakan ketika dua penis mengisi vaginanya, anusnya, mulutnya... bagaimana lengannya sampai pegal memasturbasikan penis-penis yang seenaknya menyemburkan sperma ke wajahnya, tubuhnya... bagaimana rahim, mulut dan saluran pembuangannya tak lagi mampu menapung sperma hingga meleleh-leleh keluar dari tubuhnya.
Nabila tak akan bisa melupakan tubuh-tubuh penuh daki, kudis, koreng, cacad yang menikmati tubuhnya, bagaimana juga ia di buat mabuk karena dipaksa menghirup lem seperti anak jalanan sementara anak jalanan itu bergantian memasukkan penis kecil mereka dalam tubuhnya... menikmati tubuhnya..

Keheningan kembali mengisi dapur itu, hanya detik jam penunjuk waktu memasak yang terdengar sangat ritmis mengusir keheningan itu...

Nadila memandang perut Olive... terlihat cukup rata dan terawat.... apakah?...
"Pernah hamil, liv?" tanya Nabila tanpa bisa ditahan...
Air mata akhirnya meleleh dipipi Olive, namun tak ada isak keluar dari mulutnya...
Gadis itu mengusap airmata yang tumpah dan berkata, "Aku mengaborsi tujuh janin, kak... dan akhirnya aku mandul... aku tak akan pernah lagi bisa punya keturunan..." katanya sambil mempersiapkan beberapa gelas untuk minuman para tuan dan nyonya yang sedang berpesta budak...
"Namun mungkin lebih baik begitu... supaya tuan dan nyonyaku tak pernah bisa berhenti menikmati tubuhku untuk kepuasan mereka...Kalau kakak sendiri?"

"Aku juga mereka buat mandul... bukan... bukan karena aborsi... pernah satu kali mereka meminjamkan aku ke sekelompok tukan ojeg dan tukang becak serta penjaga-penjaga villa yang sekarang sedang berpesta di dalam sana... mereka memberikku penenang yang biasa dipakai mensterilkan kuda... dan kini... nasib kita sama..."

Kalkun itu sudah matang, mereka berdua memberikan laburan di atas hidangan mewah yang dibeli dari uang mereka sebagai entertainer... lalu mereka menyiapkan makanan kecil dan minuman yang lainnya.

"Pernah mau meracuni mereka?' tanya Nabila tiba-tiba sambil dirinya menuangkan lemon tea dari dalam pitcher ke beberapa gelas.

Olivia bergidig ngeri..."Aku tak mau membunuh kakak..."
Nabile tercengang
"Pertama dan terakhir aku menaruh racun dalam makanan, aku kehilangan Dalmatian kesayanganku yang mereka suruh mencicipi makanan yang aku buat..."
Olivia teringat bagaimana Dalmatian itu meregang nyawa sambil menatapnya iba mohon diselamatkan sementara dirinya meronta tertahan, memohon belas kasihan pengampunan untuk Dalmatian yang beberapa kali juga menikmati pelayanan terbaik dari dirinya....

Olivia memandang Nabila yang tepekur melihat hidangan di hadapannya...
"Aku tak ingin meracuni mereka... karena tubuhku kini sudah sangat rusak dan sex addict.... aku perlu mereka untuk memperbudakku, menyiksaku... aku mau meronta dan berontak terus agar mereka punya alasan untuk memperkosaku lagi dan lagi..."

Mereka berdua tersenyum penuh arti...
Ya... tubuh mereka kini tak bisa dipisahkan dari benda bernama penis dan vagina... tubuh mereka berharap dapat merasakan penis-demi penis menghujam, berharap mulut mereka bisa merasakan vagina demi vagina yang berdenyut minta dipuaskan.. karena seiring orgasme penikmat mereka, keduanyapun bisa merasakan orgasme...

Akhirnya setelah semuanya selesai, mereka berdua mendorong makanan menggunakan trolley ke taman belakang villa...
Mereka dapat melihat sekitar 20 pria dan tiga wanita sedang duduk-duduk santai sementara di hadapan mereka seorang gadis muda lainnya yang tak kalah cantiknya sedang meringkuk kesakitan sambil tersedu sedan.

Olive dan Nabila bisa melihat bagaimana sang gadis yang dikenal sebagai Citra itu meringkuk menggeletar menahan sakit disekujur tubuhnya, yang tertutup sperma kental, yang baru saja dihajar 20 penis secara marathon itu. Mereka tau kalau sekarang giliran mereka yang menggantikan penderitaan sang gadis yang diberi sedikit waktu istirahat...

Mereka pasrah....

Kini di saat sinar menrari mulai beranjak naik, dan suhu mulai memanas nampak pemandangan menggairahkan di taman belakang villa itu.

Tubuh Olive kini berada dalam posisi merangkak, punggungnya menjadi tumpuan kaki, vagina dan anusnya disumpal dildo vibrator berukuran besar, sementara mulutnya di sumpal dildo strap... gadis itu menyadari kalau ini merupakan pemanasan dari apa yang akan ia rasakan sebentar lagi...

Nabila dipaksa menari erotis lalu memasturbasi dirinya dengan paha kalkun besar itu dan dirinya dipaksa berorgasme, berkali-kali hingga kelelahan... namun yang terparah tentunya masih akan datang...

Ketiga gadis itu masih harus bertahan melalui siksaan itu.... selama satu minggu... selama cuti shooting yang terpaksa mereka minta untuk menyerahkan diri mereka menjadi pelampiasan nafsu...

Ini akan menjadi satu minggu yang sangat panjang bagi ketiganya... sangat, sangat panjang....

End