Friday, October 08, 2010


If I Become

Pagi ini terasa begitu cerah, seiring langkahku menelusuri pinggiran kota Jakarta tercinta ini…

O,ya perkenalkan namaku Reva…. Kebetulan aku pernah membintangi film layarlebar dan iklan pembalut wanita…

Entah mengapa hari ini aku ingin sekali berjalan di pinggiran kotaku ini, ingin rasanya aku melihat langsung kehidupan yang selama ini hanya aku saksikan dari layar televisi….
Mataku tertumbuk pada seorang wanita yang nampak sebaya denganku membawa bakul jamu yang masih kosong.
‘pagi m’Bak… mau ambil jamu ya?’ ujarku seraya memperkenalkan diri pada wanita yang bernama Minah itu…
‘iya m’Bak Reva…kebetulan saya mau ke tempat juragan Karta, mau ambil jamu’
‘Boleh saya temenin m’Bak?’ tanyaku lagi
‘Aduh m’Bak Reva…. Jangan….’ Jawab Minah dengan pandangan ketakutan..
‘Lho, kenapa m’Bak?’
‘m’Bak Reva orang baik… kalau m’Bak bantu saya, nanti m’Bak nyesel’ kata Minah sambil mulai melangkah lagi…
Aku mengiring langkah Minah, aku bertekad apapun yang harus aku lakukan dan aku korbankan, aku akan membantu Minah…
‘m’Bak, aku ikhlas membantu m’Bak, walau apapun yang akan terjadi… m’Bak jangan mengkhawatirkan saya…. Saya yang akan menanggung semua resikonya’ ujarku dengan penuh tekad….
Aku dapat melihat kebimbangan Minah dalam menentukan jawaban, nampak sekali ia mengkhawatirkan diriku…. Namun kebulatan tekadku akhirnya membuat Minah menyerah…

Kini kami berdua tiba di depan tembok pabrik jamu tempat Minah mengambil dagangannya.

Suasana pabrik ini berbeda dengan pabrik jamu lainnya yang pernah aku kunjungi pada saat raodshow atau undangan lainnya. Tempat ini dingin, muram bahkan lebih seperti benteng tahanan.
Terlebih ketika pintu gerbang dibuka oleh seorang pria bertubuh tinggi besar dengan kumis baplang bagai centeng di perkebunan.

Pandangangan matanya membuat aku bergidig ngeri… tapi aku membulatkan tekadku untuk membantu Minah, kasihan dia…

+++++

Nah, ini pasti juragan Karta
Orang ini menyebalkan sekali… dengan perut buncit dan kepala botak membuat tampangnya sangat menggelikan.
Belum lagi gayanya, huh menyebalkan, mengenakan kaus singlet, sarung lusuh, duduk di kursi sambil menghisap klobotnya dengan nikmat…

Ampun… aroma klobot dan tubuhnya membuatku mual… Aku melihat bahwa Minah juga sebenarnya menahan muntah….

‘Eeeehhh Minah…. Ada apa n’Duk?’ Tanya juragan Karta tanpa merasa perlu mempersilahkan kami duduk.
‘Anu juragan… saya mau ambil jamu buat jualan….’ Minah terbata menjawab…
‘n’Duk n’Duk’… jawab juragan Karta dengan nada melecehkan… ‘Hutang jualanmu yang kemarin belum kamu lunasin… sekarang mau ambil barang lagi’
‘Maaf juragan… saya janji semua hutang akan saya lunasi’ jawab Minah dengan lesunya…
Kasihan Minah, nampak sekali kalau ia tertekan, dan juragan ini, ia lebih baik disejajarkan dengan hewan buas yang mempermainkan mangsanya sebelum dimakan.’

‘Baiklah n’Duk… sekali ini bapak masih mau bantu kamu… apa lagi kamu bawa pembayar hutangmu buat bapak…’ katanya dengan menyebalkan sambil memandang diriku dengan tatapan mesum….
‘Ampun juragan..’ seru Minah sambil bersimpuh di kaki juragan Karta….’ Biar saya saja yang menjadi pembayaran hutang… ‘
‘n’Duk… jangan ngangkangi juraganmu… kamu itu cuma cukup buat bayar bunga… itupun pas-pasan…’

Kurang ajar sekali juragan ini… padahal Minah sebetulnya manis, bahkan tubuhnya yang dibalut kebaya yang diikat di bagian perut dan sarung batik yang tinggi bagian bawahnya sepuluh senti di atas lutut, cukup padat berisi…

Aku tak mau Minah dihina lebih lama lag, maka aku tarik tank top pink yang aku kenakan melalui kepala
‘Juragan... saya siap manjadi pembayaran hutang Minah…’ ujarku sambil meloloskan celana selututku dan berjalan mendekati juragan karta yang matanya seakan meloncat keluar dari rongganya, melihat tubuh polosku dan vagina ku yang tanpa bulu

Minah memegangi kakiku, menghalangi niatku untuk menyerahkan tubuhku pada juragan gila ini…
‘Jangan m’Bak… jangan…’
Namun juragan karta menghardik Minah…
‘hush n’Duk… temenmu sendiri yang rela…. Kamu mendingan telanjang dan layani Kadi dan Simin…
Tuh udah pada ngaceng…’ ujar juragan Karta sambil menunjuk penjaga gerbang dan temannya yang sama tidak menariknya… mereka berdua sudah menurunkan celana lusuh mereka dan mengocok penis mereka yang sudah sangat tegang itu
‘ Atau n’Duk mau temen mu ini ta’ suruh ngelayani mereka?’ ancam juragan Karta….

Minah tak punya pilihan lain, ia masih ingin melindungi diriku yang kini polos tanpa busana berjongkok mengangkang di depan penis juragan karta yang beraroma tak sedap, dan bulu kemaulan yang lebat tak terawat…
Aku melihat Minah menanggalkan kebaya dan sarung batiknya lalu dengan perlahan menghampiri Kadi dan Simin, yang dengan kasar merebahkan Minah di sebuah meja bundar kecil hingga kepala gadis itu terjuntai di ujung meja memaksa mulutnya membuka.

Aku tak bisa lama melihat Minah yang kini disetubuhi dengan liar di vagina dan mulutnya oleh kedua begundal itu, karena juragan Karta menyentak kepalaku dan membenamkan seluruh penisnya ke dalam tenggorokanku…

Uuugh aromanya, memuakkanku… aku memang ingin muntah, tapi juragan karta menahan kepalaku dengan ketat, dan aku lebih baik menahan muntahku daripada nanti orang ini makin menyiksaku….

Aku harus membuat bajingan ini cepat berejakulasi, maka sebisaku aku memainkan lidahlu di batang penisnya yang berdaki itu, sambil aku elus lembut kantung zakarnya.
Namun juragan Karta menginginkan pelayanan yang labih dari sekedar oral… kini ia memintaku untuk menduduki penisnya yang siap mengaduk vagina ku.

Aku tak ingin memandang wajah bajingan ini maka aku rengkuh kepala botak juragan Karta dan aku biarkan ia menikmati lembut payudaraku, aku biarkan ia mencupangi payudaraku, mengulum dan menggigiti putingku yang jujur terangsang dan mengeras.

Aku miris melihat Minah yang disodomi bergantian oleh Kadi dan Simin, nampak sekali penderitaan gadis itu, yang tertelungkup di meja menahan perih dianusnya. Maka aku mempercepat goyangan pinggulku, aku menaik turunkan tubuhku di atas penis juragan Karta yang kini berkedut dalam vaginaku…
Ah akhirnya, semburan sperma menjijikan itu akhirnya keluar juga…. Geli juga merasakan semburan itu mambasahi relung vagina dan rahimku…

Aku lalu kembali berjongkok dan membersihkan penis yang baru saja membombardir vaginaku, lalu aku berbisik pada juragan Karta…
‘Juragan… ijinkan saya melunasi hutang Minah, kasihan dia…’
Juragan karta melirik tak acuh,
‘Di, Min! sudah tinggalin itu barang bekas’ serunya penuh penghinaan… ‘ini lonte mau gantiin dia’
Kadi dan Simin menyeringai penuh nafsu memandangi ketelanjangan diriku, lalu seakan kain kumal, Kadi menendang pantat Minah hingga tersungkur di kaki juragan Karta, sementara Simin dengan pongahnya melumat bibirku yang masih lengket dengan sperma juragan Karta…

Kadi segera merebahkan dirinya di lantai, lalu dengan sedikit paksa Simin memaksaku mengangkangi penis Kadi yang panjang dan besar itu.
Perlahan aku memasukkan penis itu ke dalam vaginaku, ngilu juga karena penis itu panjang dan tebal…
‘Aduuuh… aw… aw… aw’ rintihku karena Simin dengan tak sabarannya menekan tubuhku hingga penis Kadi amblas seluruhnya di vaginaku, bahkan aku merasakan kepala penis itu menyentuh dinding rahimku.

Belum juga aku beradaptasi, Kadi sudah merengkuh pundakku, dan menarik ke arah dadanya, hingga kini payudara montokku berhimpitan dengan dada gembyor Kadi.
‘Aduh… ampun…ampuuun’ jeritku pilu tanpa dihiraukan oleh mereka, bagaimana tidak… Simin dengan paksa ikut menjejalkan penisnya ke dalam vaginaku….
Sakit sekali… vaginaku serasa sobek… namun kedua bajingan ini malah makin menyiksaku dengan mulai menggenjotiku dengan brutal…

Aku meringis kesakitan di antara sodokan mereka, air mataku mengalir… namun mereka tetap mengaduki vaginaku dengan liar… samar aku melihat Minah yand kini terlentang di bawah kaki juragan Karta… bajingan tua itu benar-benar menjadikan Minah keset kakinya yang kotor itu…

Namun aku tak bisa terlalu lama memperhatikan Minah… kondisiku sendiri begitu mengenaskan.
Selesai menghancurkan vaginaku dengan brutal, mereka menelungkupkan aku di lantai , Simin memengangi tanganku ke belakang, hingga payudaraku tertekan ke lantai kasar itu… lalu pria itu mengangkat pinggulku hingga menungging…

Oh tidak… Simin meludahi liang anusku…. Aku coba berontak, namun Kadi menahanku dengan duduk di bahuku…

‘Sakiiiiiiiiiiiiiiiit… ampuuuuun… cabuuuut…!’ raungku tak perduli sekitar…. Simin dengan kasarnya menyodomiku… penisnya mengacak lubang pantatuku… aduhh, sakit, perih… Dan sakit itu membuatku lemah… aku tak kuasa lagi meronta… aku hanya terisak menerima siksaan ini…
Biarlah… yang penting niatku bulat… aku mau membantu Minah….

‘Auch…’ pekiku tertahan ketika Simin mendadak mencabut penisnya dari anusku… Namun,
‘Aaaahhh…’ kembali pantaku ditembus penis Kadi, kembali pantatku manerima siksaan…

‘Ayo neng… buka mulutnya… bersihin nih kontol… ada kotorannya…’ kata simin sambil mengunci rahangku…
Aku begitu lemas… aku tak mampu lagi meronta… dan kini aku harus merasakan aroma kotoranku sendiri… tawa ketiga bajingan itu makin menghancurkan harga diriku….
Simin menarik penisnya yang sudah bersih dan melangkah ke belakangku…
‘Nah sekarang kontol akang, neng…’
Aku hanya bisa pasrah… Kadi meminta jatah mulutku untuk membersihkan penisnya yang kotor… sementara pantaku lagi lagi diisi penis Simin…

Entah berapa kali mereka berotasi memperkosa anus dan mulutku… hingga pada akhirnya, mereka memasukkan penis kotor mereka ke dalam vaginaku, dan berejakulasi dengan sukses di dalam rahimku…

+++++

Kini dengan tertatih, menahan sakit di selangkangan, aku dan Minah meninggalkan pabrik terkutuk itu… namun ucapan Minah membuat aku tersadar kalau bajingan-bajingan itu masih akan menikmati tubuh kami lagi…
‘m’Bak sebaiknya nanti jangan ikut ketika saya mengembalikan botol jamu… biar saya saja sendiri…’

+++++

Mentari yang terik tak menyurutkan langkah kami untuk menjajakan jamu… ternyata pekerjaan ini sangat melelahkan… selain perjalanan yang kami tempuh, ternyata pelecehan menjadi bagian tersendiri yang tak bisa lepas dari profesi ini.

Colekan iseng, remasan di pantat, payudara sudah menjadi bagian dari penjajaan jamu…
Bahkan lebih dari itu…

Sekelompok supir truk yang sedang istirahat memanggil kami… Minah kembali ingin melindungiku dengan melarang diriku menghampiri supir-supir itu
Namun justru aku yang lebih dahulu menghampiri mereka…

‘Eeee… tukang jamunya manis ya…’ kata seorang dari mereka sambil mengelusi tenganku… aku hanya tersenyum sambil menyiapkan jamu yang diseduh Minah kemudian aku bagikan pada supir- supir itu…
Tangan-tangan nakal kembali menyerang tubuh kami..
Minah coba menepis tangan mereka dari tubuhku, namun akhirnya malah kami yang jadi bulan-bulanan mereka…

Kami dinaikkan ke bak salah satu truk yang cukup besar… pakaianku, langsung hilang entah ke mana. Minah tak lebih baik dari kondisiku… kami bersimpuh dilantai bak, dan mulut ku dan Minah seakan menjadi tempat perlombaan deepthroath supir-supir itu…
Setiap mereka ejakulasi di mulut kami, supir berikutnya siap mengantri.

Lalu mereka menunggingkan kami berdua saling berhadapan… mereka mulai menunggangi kami dari belakang… kami berdua, aku dan Minah, jarak wajah kami hanya sepencium saja, hingga desah nafas kami saling menghangatkan wajah kami yang sudah sangat berpeluh, bahkan tanpa ingat siapa yang mengomando, kami saling berpagutan.

Keliaran ciuman kami makin membuat penikmat tubuh kami menggila… Sodokan-sodokan penis mereka di vagina dan anus kami makin liar… dan semburan-semburan sperma, mengiringi orgasme panjangku dan Minah yang tertahan sedari tadi…

++++

Ketika kami beristirahat sejenak di kolong sebuah jembatan, Minah mengeluarkan seluruh kepedihan hidupnya…aku jadi terenyuh, ternyata pendapatan kami belum mencukupi untuk keperluan hidup sehari-hari Minah, hingga gadis itu terpaksa nyambi sebagai tukang pijat… dan ternyata kolong jembatan tempat para pemulung dan pengemis berkumpul menjadi tempat Minah menawarkan jasa pijatnya…

Kini, di hadapanku seorang pengemis dengan aroma tubuh yang sangat masam, memintaku untuk memijatnya… Aku menghela nafas karena terharu akan keseharian Minah, gadis itu hanya mendapat bayaran sekitar dua ribu rupiah untuk memberikan pijat plus-plus pada orang-orang ini… jenis pelayanan yang kini dituntut dari diriku…

Aku membalur tubuh telanjangku dengan baby oil murahan yang ada di bakul jamu Minah, lalu aku mulai meliukkan tubuhku di atas pungung pengemis yang sangat menikmati ‘pijatanku’. Ketika pengemis itu membalik tubuhnya hingga terlentang, kini mulut, lebih tepatnya lidahku yang menjalankan fungsinya…
Lidahku sepat karena menjilati daki di sekujur tubuh pengemis yang nyengir kegirangan, sambil mengedip ke belakangku…

Ya ampun… kasihanya dirimu Minah… untuk dua ribu rupiah kamu rela di tunggangi sambil terus ‘memijat’ seperti yang aku alami sekarang… entah penis siapa yang bersarang seenaknya di anus dan vaginaku bergantian sementara aku kini menjilati telapak kaki kotor pengemis itu sampai bersih sebelum aku men deepthroath penis pengemis itu…

++++

Lumayan, aku dan Minah dapat mengumpulkan uang masing-masing duapuluh ribu rupiah… rupanya hari itu memang banyak pengemis, gelandangan, dan pemulung yang beristirahat hingga pendapatan kamipun jadi lumayan…

Minah tak hentinya berterima kasih atas keikhlasanku membantu dirinya… dan tangisnya makin keras karena aku memberikan semua hasil pendapatanku pada Minah…
Aku ikhlas…

Kembali kami berjalan, jujur dengan langkah diseret… hei, kami disetubuhi puluhan lelaki dalam waktu setengah hari, wajar kalau kami kelelahan dan jalan kami mengangkan, kan?

Namun sepertinya selangkangan kami akan lebih mengangkang lagi…
Gerbang pabrik jamu terbuka, dan aku melihat kalau juragan Karta mengumpulkan semua pegawai lelaki di pabrik itu dan memang menanti kedatangan kami…

Aku menggengam tangan Minah erat, dan memasuki pabrik yang gerbangnya kini menutup di belakang kami…

+++++

Pagi telah menyingsing… aku memandang Minah yang terkapar kelelahan di kamar kontrakannya yang sempit itu, setelah akhirnya kami bisa pulang dari ‘pesta’ gangbang di pabrik itu…
Kasihan Minah… dalam waktu beberapa jam lagi ia harus kembali menjalani ‘rutinitas’ ini…

Aku mengecup kening Minah, aku tinggalkan amplop coklat berisi dana yang setidaknya bisa membantu Minah untuk hidup sehari-hari sampai ia bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik…

Perlahan aku berjalan meninggalkan kontrakan Minah, aku berjalan menikmati pagi yang cerah ini…
Mataku tertumbuk pada sosok lelaki setengah baya yang sedang memanggul karung berisi botol aqua bekas…

Aku terenyuh… aku harus membantu beliau…

++++

‘Pak… saya Reva…’ kataku sambil memperkenalkan diri
‘Bolehkah saya membantu bapak?’

++++
The End

Tuesday, October 05, 2010


Nadine's survival part3: Medieval Horror.

Cukup lama Nadine mencari jalan untuk menjauhi camp militer yang untuk beberapa saat menjadi 'tempat tinggalnya'
Tanda mata di sekujur tubuhnya masih nyata, sundutan rokok, cambukan, bahkan bekas pecahnya bibir yang untungnya kini hanya meninggalkan guratan tipis….

Kini keletihan mulai menerpa seiring menjauhnya gadis itu dari camp militer itu.. Singlet militer yang dikenakannya kini kuyup oleh keringat dan memetakan payudara dan putingnya dengan jelas, serta memetakan perutnya yang rata.

Nadine menahan tubuhnya dengan sebelah lengan di pohon besar itu, lengannya yang satu lagi menyeka bibirnya, gadis itu baru saja memuntahkan isi perutnya yang kosong, kelelahan setelah pelariannya itu.

Namun istirahat nampaknya harus menunggu…. Insting Nadine yang makin terasah merasakan bahaya, gemerisik dedaunan dan pepohonan di sekitarnya membuat waspada… dan ketika teriakan perang mendadak muncul, gadis itu sudah bersiap dan segera berlari menyelamatkan diri.

Sekilas nampak pengejarnya berpakaian ala abad pertengahan, Nadine sempat berfikir bagaimana mungkin ada begitu banyak kelompok dengan bermacam background, tribe dan waktu… Nadine teringat pada suku kanibal yang memperkenalkannya pada rasa daging mentah, bahkan daging manusia, bahkan kehilangan kemampuannya untuk melahirkan, lalu pikirannya teralih ke camp militer dan kenangnnya membuat Nadine teralih dari konsentrasinya melarikan diri sehingga…

‘fuck...’ erang Nadine ketika kini tubuhnya tertangkap jaring dan tergantung di atas tanah, dan erangan putus asa makin terdengar jelas demi melihat pistol FN nya tergeletak pasrah di dasar hutan, sementara tawa riang pemburunya makin mendekat…

Benar… pemburunya menggunakan pakaian abad pertengahan, bahkan beberapa menggunakan baju zirah, kesemuanya membawa senjata, mulai daru sekedar tongkat, garu, hingga pedang dan crossbow.
Salah satu ksatria baju zirah itu mendekat, mengambil pistol Nadine, lalu tanpa keraguan menembak sekeliling jarring Nadine hingga membuat gadis itu menggeliat ngeri, demi menjaga peluru nyasar bersarang di tubuhnya. Kemudian seteleh semua peluru ditembakkan dan magazine telah dikosongkan, ksatria itu mengayunkan pedangnya memotong tali yang mengikat jaring, membiarkan tubuh Nadine jatuh berdebum di tanah.

Tanpa perlawanan berat, Nadine diringkus oleh dua pembantu pemburu yang bau tubuhnya membuat gadis itu hampir muntah.
Gadis itu dipaksa berlutut di tanah, sementara lengannya ditelikung dengan menyakitkan.

‘Finally the enemy fallen before us’ seru pemimpin perburuan itu…
‘And by god, how they mocked us, by sending a whore to destroy our nation’
Nadine coba untuk membela diri
‘Forgive me sir, I just a victim…. Same as you are… they…’
‘Silence you filthy whore!’ bentak sang ksatria… dan Nadine segera menyadari kalau kembali dirinya tak bisa melakukan negosiasi….
‘Please sir… I beg you…’ seru Nadine dengan putus asa…
Hantaman tongkat di wajahnya membuat pandangan sang gadis berkunang kunang, kembali ksatria itu membentaknya
‘No whore shall open their mouth before noble knight… especially whore with has no dignity, who flash her skin just like a common dog!’

Nadine bergidig ketika ksatria itu menyelipkan pedangnya ke balik t-shirt sang gadis, dinginya baja bersentuhan dengan kulit membuat kuduk Nadine makin meremang…

‘And since you prefer yourself to be expose as a dog… then you shall have you’re wish granted!’

Dan…rrrrrriiiiiiip…..
t-shirt Nadine terbelah dengan mulusnya…., dan sementara sang ksatria menyarungkan pedangnya dan berbalik menuju sebuah kursi yang telah dipersiapkan, rombiongan pemburu yang lain mencabik-cabik pakaian Nadine menjadi ribuan serpihan kecil, hingga kini kembali Nadine telanjang bulat, dengan tubuh sexy hasil ‘kerja keras’ yang dilaluinya, tersaji dihadapan gerombolan lelaki yang jelas meneteskan liur dan penis yang nampak menggelembung dibalik celana ketat mereka.

Kembali lengan Nadine ditelikung hingga telapak tangannya menyentuh shoulder blade yang berlawanan, kemudian diikat menggunakan tali rami…
Nadin meringis dan mengiba iba memohon belas kasihan, namun kini sebuah dental gag memaksa mulutnya membuka sangat lebar hingga sang gadis merasa kalau mereka ingin merobek wajahnya.

‘Bring over the whore!’ perintah sang ksatria dari singgasananya….
‘Let us show that bitch where she belongs’

Nadine hanya bias meringis ketika penangkapnya menjambak rambutnya dan menyeret tubuh lemahnya ke arah singgasana sang ksatria yang kini menyibakkan tunic di bagian pinggulnya.
Mata gadis itu memandang penuh iba namun ia tau tak ada yang bisa dilakukannya ketika mulutnya yang dibuka paksa diarahkan pada penis tak bersunat yang mengacung tegak.

Dan kini kembali Nadine harus merasakan hidung mancungnya bertumbuk dengan bulu kemaluan lebat dari pemerkosanya bahkan bertumbuk dengan keras sehingga gadis itu kesulitan untk bernafas.
Namun cegukan karena kekurangan nafas yang dirasakan Nadine justru menambah kenikmatan sang ksatria merasakan remasan tenggorokan Nadine memijat penisnya dan pipi sang gadis yang kembang kempis mencari nafas makin membuat penisnya serasa dimanjakan.

Kemudian mereka menelungkupkan Nadine di sebuah tunggul kayu lalu ksatria itu mengambil posisi…

Nadine melenguh kesakitan ketika anusnya ditembus penis besar sang ksatria, namun lenguhannya kembali teredam ketika penis lain mulai memperkosa mulut dan tenggorokannya dengan brutal…
Anus Nadine terasa sangat perih ketika ksatria itu mencabut penisnya dengan sekali sentak, namun siksaan baru menanti ketika dengan brutal penis yang membawa jejak darah dan kotoran dari anusnya dihujamkan dengan kasar ke dalam vaginanya yang kering…

Nadine meraung tertahan demi merasakan penis itu seakan mengoyak vaginanya.
Dengan suara berat karena menahan kenikmatan sang ksatria lalu berkata…
‘This whore need to be punished more, for shaving her pubes like a dog she is…’
Dan akhirnya Nadine merasakan semburan sperma sang ksatria, yang ia tau bukan menjadi semburan terakhir yang akan mengisi semua lubang di tubuhnya…

Bahkan apa yang dicontohkan oleh sang ksatria diikuti oleh pasukannya seperti pada saat sang ksatia selesai menumpahkan spermanya ke ddalam kerongkongan Nadine untuk yang kesekian kalinya. Sang ksatria lalu menegadahkan wajah Nadine mengarahkan penisnya tepat di mulut terbuka sang gadis dan….

Kembali Nadine merasakan pelecehan terendah demi mengetahui mulut dan tenggorokannya tak lebih tinggi dari sebuah toilet…dan kini barisan baru telah tersusun rapi…

Sepanjang hari itu, hingga malam, kelompok pemburu itu ‘merajam perempuan lacur’ yang mereka anggap sebagai pembawa sial…
Ketika mereka selesai, tubuh Nadine tergeletak tak berdaya di tanah yang kini menjadi makin basah oleh sperma dan keringat serta air seni yang membasahi tubuh sang gadis… noda lumpur, tanah, dedaunan, mengiasi tubuhnya, rambutnya yang panjang kini kust masai…

Pagi menjelang… semburan air seni sang ksatria membuat sang gadis tergagap bangun…
Para pemburu itu tertawa, lalu mereka membuka ikatan rami di tangan Nadine yang mengungu karena kekurangan aliran darah, namun kelegaan itu hanya sementara karena mereka kemudian membawa papan pasung yang digunakan untuk mengunci kepala dan pergelangan tangan sang gadis.

Nadine begitu lemah hanya untuk meronta, hingga kini pasung yang begitu ketat mengunci pergelangan tangan dan lehernya terpasang dengan kokoh, dan tambang rami yang sebelumnya menghiasi tubuh sang gadis, kini tersambung antara pasung ke pelana sang ksatria, yang berseru lantang.
‘Shall we go lads, shall we take this infidel whore to be punished by our merciful yet firm king!’

Aye!
Seruan para pemburu mengiringi langkah Nadine yang terserok, limbung menahan sakit, ketika rombongan itu mulai meninggalkan hutan. Nadine meringis menahan sakit di leher dan dipergelangan tangannya, juga di tapak kaki telanjangnya yang menerima siksaan ranting kayu, tanah berbatu dan semak berduri.

+++++

Nadine kembali tertegun… sebegitu besarkah pulau ini hingga bisa menyimpan sebuah benteng abad pertengahan seperti ini, gumamnya dalam hati demi melihat dinding kokoh benteng itu setelah mereka keluar dari hutan dan melalui savanna berbatu.

Terompet kemenangan terdengar dari balik tembok seiring gendering tanda kembalinya pasukan terdengar.

‘Have we come from holly quest!’ seru sang ksatria,
‘Have we captured the infidel whore they sent upon us?’
‘The victor is ours!’


Dan gerbang terbuka diiringi gemuruh sorak sorai kemenangan penduduk kota.
Nadine merinding….

Baru saja kaki gemetar Nadine melewati batas gerbang, lamparan sayur busuk, telur busuk, hingga ember demi ember yang penuh air hasil penampungan kotoran menyerbunya, bahkan semburan ludah, tamparan, tendangan ikut menikmati tubuhnya yang hanya bisa berjengit tertatih. Bahkan ketika satu pukulan telak bersarang di rusuknya, gadis itu tergagap menncari nafas, hingga dirinya limbung, terjatuh dan terseret kuda sang ksatria, Nadine hanya bisa menjerit pilu ketika payudara dan vaginanya terseret, dan ketika tubuhnya terguling, punggung dan pantanya yang kini bersentukan dengan jalan berbatu di dalam benteng itu.

Siksaan itu terhenti sementara ketika sang ksatria mengentikan kudanya tepat di depan istana sang raja, yang menanti dengan bangga dari atas balkon.
Sang ksatria berseru lantang
‘My King, before lies an infidel whore which had been sent by the enemy to destroy us, using that filthy body of hers!’

Booooooo!

Nadine hanya terisak lirih…

‘And before you my king, shall this bitch had her punishment!’

Aye!

Nadine merintih menahan sedih, dan sakit di sekujur tubuhnya. Terlebih ketika hujan telur, sayur dan air kotor kembali menerpa tubuhnya

Namun serbuan itu kembali terhenti ketika sang raja mengangkat tangannya dan bersabda,
‘My fellow countrymen… shall we grateful to our Lord for giving us this bitch to be punished!’
‘Shall this bitch endure humiliation and pain before she will face her death!’

Rakyat sang raja berseru riang,

‘So let this bitch taste the punishments she deserve…’
Nadine gelagapan ketika penangkapnya membenamkan tubuhnya ke dalam tempat minum kuda hingga kini semua kotoran tersapu dari tubuhnya, namun hal itu hanya dilakukan agar tubuh Nadine cukup bersih untuk menjalani hukumannya.

Nadine dibawa ke sebuah panggung, di sana terdapat penyangga, yang telah disiapkan sedemikian rupa, hingga ketika pasung itu di pasang dan dikunci pada penyangga itu, tubuh Nadine terpaksa menungging, kemudian lututnya di strap ke lantai panggung. Hingga tak mungkin Nadine mengatupkan pahanya…
Nadine mengeluh dalam hati sambil meringis ketika kekang mulutnya kembali dipasang, dan ia melihat sang raja kini berlutut di hadapan wajahnya dengan penis mengacung tegak.

Sang raja berseru,
‘My lord, here I you’re humble servant, kneel before this whore, to perform the punishment by your way to show this bitch that no infidel cunt shall victor upon us!’
Hening…
‘And to show this cunt how fearful your punishments are before we send her to meet your ultimate punishment…’
‘And to cleanse her pitiful soul by our blessed seed before she goes to be casted to hell…’

‘By your power my lord, shall I perform this punishment...’

Sang raja memandang ke wajah Nadine, menjambak rambutnya dan berkata….
‘Cunt! Let your suffer begin!’

Teriakan membahana mengiringi hujaman penis sang raja ke dalam kerongkongan Nadine, yang kembali tercekik megap megap demi memperoleh udara…
Namun siksaan itu baru permulaannya ketika sang raja memerintahkan perdana menterinya ikut ‘menghukum’ sang gadis.

Nadine terguncang guncang tak berdaya ketika mulut dan vaginanya di perkosa dengan brutal, bahkan sang perdana menteri tanpa belas kasihan meremas dan membetot payudara indah Nadine, seakan ingin merenggut payudara montok itu dari tempatnya…

Ketika akhirnya sang raja berejakulasi ke dalam tenggorokan Nadine, gadis itu tak sanggup lagi menahan mualnya, dan ketika sang raja berdiri, Nadine memuntahkan isi perutnya yang hanya terisi sperma…

‘You worthless cunt!’ bentak sang raja
‘How dare you refuse my seed, and yet spit on my holy shoe...’ kata sang raja sambil kemudian mengusap sol sepatunya yang terkena muntahan Nadine ke wajah sang gadis yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala karena diperlakukan hina seperti itu…

Nadine pun dapat merasakan kedutan penis sang perdana menteri di vaginanya, kemudian dengan erangan lantang sang perdana menteri berseru,
‘Take this blessed seed you cunt! Let thy soul be cleansed by it!’

Kemudian sang raja berbalik menghadap rakyatnya…
Nadine ketakutan…

Titah diucapkan..
‘People of my kingdom! The cunt is yours’!

Dan kini dari singgsana yang nyaman, sang raja melihat tubuh Nadine yang dijalikan bulan-bulanan oleh rakyatnya, penis demi penis menyerbu tenggorokan, vagina dan anusnya bertubi-tubi, bahkan tak jarang mereka melakukan double anal dan double vaginal, hingga anus dan vagina Nadine membuka lebar…
++++

Ketika akhirnya para penghukum Nadine kehabisan mesiu dalam penis mereka, tubuh gadis itu telah menerima perkosaan tanpa jeda selama dua puluh empat jam, tubuhnya begitu lemah, kepalanya terkulai dengan mulut membuka dan mengucurkan sperma, demikian juga anus dan vaginanya yang membuka.
Tubuh gadis itu sendiri tertutup sperma dan selain itu sebagaimana umumnya fungsi biologis pria setelah berejakulasi, maka tubuh Nadine, mulut, bahkan vagina dan anus yang terrajam itu menjadi penampungan air seni dari semua pria yang selesai menuntaskan hajat di tubuh gadis yang kini mengangkat kepalapun sudah tak sanggup lagi dan dengan darah yang menetes dari hidung yang kembali patah akibat bertumbukan dengan selangkangan para pemerkosanya.

Namun ‘hukuman’ bagi Nadine ternyata baru saja dimulai, dua orang penjaga melepaskan tubuh berantakan Nadine menelikung dan mengikat lagi lengannya, serta mengikat dua pergelangan kakinya lalu dengan santai menarik tubuh lemah Nadine menuruni panggung, hingga tubuh sang gadis terbanting-banting di tangga, lalu terseret di panasnya tanah lapang, dinginnya batu kastil, lalu terbanting lagi di lembabnya tangga yang menuju ruang bawah tanah…

Nadine menatap nyalang ruang penyiksaan yang tersaji dihadapannya.
Mata gadis itu menatap sang raja yang nampaknya ingin menyaksikan interogasi pada sang gadis, beserta perdana menteri, pemuka agama dan beberapa ksatria.

Nadine dipaksa berlutut di hadapan sang raja, dan mendengar tuduhan pada dirinya…
‘Unveil yourself before the lord you filthy whore…what say you?’
Dengan lirih karena tenggorokannya memar dan perih dihajar ratusan penis, Nadine coba untuk membela diri…
‘My lord… I merely a victim, I was taken against my will, casted on this island, repeatedly captured, tortured, and raped by cannibal tribe and the military…I…’
‘Can I trust a voice of whore who shaves her pubes like a dog she is?’
‘Please, my king…’ rintih Nadine
‘Silence..!’ seru sang raja
‘The truth shall reveal, whore…!’

Sang raja menjentikkan jarinya, lalu seorang algojo bertubuh gemuk dan berbau badan sangat busuk menghampiri Nadine, ia membuka ikatan telikung Nadine, lalu mengikat hanya pergelangan tangan gadis itu di belakang tubuhnya. Nadine merasa lega karena tangannya begitu kram dalam posisi tak nyaman sebelumnya itu.

Dan jeritan kembali terdengar dari tenggorokan memar Nadine, algojo itu memasang kait di antara ikatan tangan sang gadis lalu menarik tali yang terhubung dengan kait itu ke langit-langit ruang bawah tanah.
Bahu Nadine serasa lepas karena kini terpuntir dengan menyakitkan, bahkan sang gadis berusaha menahan gemetar tubuhnya karena takut akan melepas tulang bahunya.

Sang raja melambaikan lengannya dengan malas, dan

CTAAAARRRR!

Nadine meronta liar, cambukan sang algojo di vaginanya membuatnya menyentak-nyentak kesakitan dan semakin memperparah rasa sakit yang sudah dialami bahunya.

‘Please my king!’ lengking Nadine… ‘Spare me…’

CTAAAARRR CTAAAAARRR CTAAARRRR

Hanya cambukan yang menjadi jawaban, cambukan yang diarahkan secara sistematis ke arah vagina, payudara, pantat, perut, punggung, bahkan wajah… hingga kini jejak cambukan keunguan menghiasi sekujur tubuh Nadine, bahkan di antaranya meneteskan darah.

Sang algojo melepaskan tali pengait, membiarkan Nadine jatuh berdebum di hadapan sang raja, menggeliat-geliat lemah demi mengurangi sakit di sekujur tubuhnya., namun horror masih terus berlanjut bagi Nadine.

Mereka meletakkan Nadine pada alat yang dikenal sebagai the rack. Gadis itu menggeleng-geleng lemah karena mengenal reputasi alat itu.

‘Confess you infidel cunt!’ sergah seorang ksatria,
‘And let mercy be flown from your merciful king!’

‘I… my sir… I’ve don’t do any…yeeaaaargh…!’ raung Nadine tanpa sempat menyelesaikan pembelaan dirinya, ketika sang algojo memutar the rack dengan cepat hingga membuat tubuh Nadine teregang membentuk huruf x menyakitkan, namun pemandangan yang tersaji justru membangkitkan birahi para penonton siksaan tersebut.
Nafas Nadine yang terengah berat membuat dadanya makin membusung hingga payudara montoknya makin nampak membulat penuh, serta perutnya yang teregang makin memetakan gurat sixpack yang ada di sana.

Nadine meronta sebisanya karena sang algojo terus memutar the rack secara perlahan membuat tubuh gadis itu makin kesakitan, bahkan sentuhan ringan membuatnya perih.

Sang raja berdiri di samping Nadine, menjelajahkan tangannya di sekujur tubuh gadis itu yang meringis kesakitan, dan berkata,

‘No confession expelled from your filthy mouth until know, so lord has given me sign that no mercy shall be cast upon you…’
Sang raja member tanda pada sang algojo, yang kemudian memutar roda lain pada the rack yang telah dimodifikasi itu hingga kini kaki Nadine terentang ke samping secara maximum, dan kembali memberi unsur kesakitan baru pada sang gadis.

‘And now’ kata sang raja lagi, ‘Shall I brand you as what you deserve’

Seakan jeritan dari lubang neraka itu sendiri yang muncul… Nadine mengeluarkan seluruh isi paru-parunya demi merasakan sengatan rasa sakit yang teramat sangat tepat di atas vaginanya, dan aroma daging terbakar merebak dalam ruangan itu…

Dan dalam kesakitan Nadine kembali menerima perkosaan dari sang raja dan pengikutnya masih dalam keadaan terikat di the rack…
Ketika akhirnya para pemerkosanya puas, mereka meninggalkan sang gadis di atas the rack, namun sesaat sebelum sang raja meninggalkan ruang penyisaan itu, ia memberikan perintah pada sang algojo, yang disambut tabik bahagia…

Algojo tadi melepaskan Nadine dari the rack, membawanya kesebuah ruangan yang cukup luas dengan sebuah pilar batu dan altar batu yang berhimipitan.
Nadine direbahkan di meja itu, tangannya diikat ke tiang batu itu, lalu kedua lututnya diikat pada strap yang ada di altar itu hingga pahanya membuka lebar, mengangkat pinggulnya hingga anus dan vaginanya terexpose bebas.
Sang Algojo menyibak tuniknya dan berkata,
‘I’ll taste you first before the rest my bitch, you may not live after they used you, hahahahaha…’
Dan seiring tawa sumbang sang algojo, Nadine kembali merasakan penis di vagina dan anusnya.

Algojo itu selesai menuntaskan hajatnya, ia berjalan ka arah pintu ruangan dan melangkah ke luar sambil berkata,
‘Now bitch… entertain them…’

Nadine memandang ngeri melhat begitu banyak pria yang merangsek masuk, mereka sepertinya adalah kumpulan penyahat yang dikurung di kastil itu dan jelas sekalu mereka sudah lama tidak melihat perempuan…
Penis demi penis menyerbu, vagina dan anus gadis itu di expansi habis habisan, bahkan mereka juga merangsekkan pergelangan tangan mereka ke dalam vagina dan anus Nadine yang sudah membuka sangat lebar itu…

Dan ketika dua hari kemudian sang algojo masuk kembali ke ruangan itu, nafas Nadine begitu tersendatnya hingga nyaris tampak tak bernyawa…
‘She’s one tough bitch’ gumam sang algojo sambil membawa Nadine ke tempat penyiksaan yang lain…

Nadine megap-megap menghirup udara ketika bagian roda kincir tempat dirinya terikat keluar dari air… dan kini ia melihat sang raja kembali berada di hadapannya…
Memberi arahan pada sang algojo, yang kemudian menghentikan putaran roda kincir, tepat ketika ujung kepala Nadine menyentuh permukaan air…

Sang raja sangat senang melihat pergulatan Nadine demi menahan nafasnya yang makin tipis dalam paru parunya yang makin terbakar carbon dioksida, dan nafas lega serta dalam diambil Nadine ketika kini wajahnya muncul dari dasar air…

Sang raja berkata,
‘Have you shown great resistance, you bitch. I gave you that… now I will put you on the arena to face our mighty tigers, you’ll be their appetizer… Hahaha!’

+++++

Rasanya baru satu menit Nadine terlelap dalam sel yang sangat sempit hingga dirinya terpaksa meringkuk agar dapat muat dalam ruangan itu.
Sebuah jambakan di rambutnya disertai bentakan keras membangunkan sang gadis.
‘Wake up bitch!’ seru saang algojo sambil kemudian menyeret Nadine ke arah sebuah lorong.

Sayup terdengar gemuruh penonton di kejauhan, Nadine faham akan suara gemuruh itu… arena gladiator….

Sang algojo menghempas Nadine ke tembok lorong yang dingin, hingga dadanya terhimpit pada dinding, mengangkat sebelah kaki Nadine… lalu dengan brutal sang algojo memperkosa Nadine di vagina dan anunya, dalam posisi berdiri…

‘Consider this as a farewell fuck..hehehe,’ desah sang algojo dengan menjijikannya ‘for after what you will attend, there will be no more ass and cunt to shag, hahahahaha!’

Dan kini, telanjang, tubuh penuh penuh dengan bilur-bilur penyiksaan, vagina dan anus yang meneteskan sperma, menjadi tontonan, cemoohan dan hujatan bagi penduduk kastil itu.

Nadine berdiri di tengah arena… tangannya meraba perut bawahnya, tepat di atas vagina, tanda iron brand yang dibakarkan di tubuhnya, tanda permanen yang akan selalu menyertai dirinya kemanapun kini ia melangkah…

Tanda yang bertuliskan SLUT

++++

Gelegar suara sang raja, membuat arena hening…
‘Here before us, stand the unworthy infidel slut…How she mocked us by defiling death…She proclaim that she was greater than us…’

BOOOOOO…

Sang raja mengangkat tangannya…hening…
‘But so be it… it is our lords will that se will not face death by our holy hand, but rather by the beast descended form hell itself.’

YEAAAAAH!

‘And let all hell break loose!’ seru sang raja yang menjadi tanda…

Nadine mendengar ada tingkap yang terbuka di antara lantai arena… ternyata ada pintu geser di beberapa tempat…
Insting survival Nadine bekerja cepat…

Semua penonton tertegun ketika dengan cepat gadis itu justru maju menyerbu ke arah tingkap terbuka yang kini menampilkan sosok harimau yang sangat buas.

Bahkan reflex harimau itupun terlambat untuk mencabik tubuh Nadine yang meloncati punggungnya, lalu menyelinap ke bawah tingkap.

Nadine masih sempat mendengar perintah sang raja untuk menangkap dirinya diiringi gemuruh kemarahan penonton…
Nadine berfikir cepat melihat keadaan sekeliling, buntu… semua buntu… Nadine putus asa, suara derap sepatu prajurit mulai memenuhi ruang bawah tanah itu…
No way out…

Prajurit itu menggeledah ruangan itu dengan seksama dan dengan kegusaran tinggi… namun gadis itu sama sekali tak dapat ditemui…

Tanpa suara Nadine mengangat kepalanya dari lubang penampungan tinja di ruangan itu, matanya menatap pasukan yang kini berderap cepat keluar dari ruangan itu…
Nadine mengangkat tubuhnya dari lubang itu, tak memperdulikan kotoran yang melekat ditubuhnya, gadis itu kembali mencari jalan kelar.

Suara air yang mengalir di bawah jeruji member harapan bagi Nadine… ia mengambil pengungkit, dan dengan adreanlin tambahan demi meloloskan diri, gadis itu sanggup menjebol jeruji berkarat itu, dan menceburkan diri ke dalam aliran air yang dingin itu…

Nadine serasa terbebaskan, ia mengikuti saja aliran air yang meyapunya ke keluar benteng dan…
Yeeehaaaa!
Nadine berteriak bebas seiring meluncurnya tubuh terbasuhnya melalui air terjun di ujung aliran air itu…
Gadis itu begitu menikmati freefall nya, menikmati hujaman tubuhnya ke air sungai di bawahnya, dan dengan lincah bereneng menuju tepian yang aman, jauh dari kejaran dan pengelihatan pasukan kastil itu…

Kini bertelanjang bulat, Nadine berbaring di tepian sungai itu. Menghirup kebebasannya…
Ia membiarkan semilir angin menerpa kulitnya seakan mampu mengurangi rasa sakit yang menjadi bagian dirinya…
Dan kemudian gadis itu terlelap…

+++++

Suara samar helicopter di kejauhan mengagetkan sang gadis…
Mungkinkah?

Perlahan namun pasti Nadine mengejar suara itu, dan ia melihat helicopter yang sama dengan dirinya sedang melayang rendah. Mereka sedang melemparkan korban terakhir mereka…

Sekilas Nadine seperti mengenal wajah korban itu yang tubuhnya telanjang bulat dan bekas perkosan nampak nyata di tubuh indah wanita itu.

Namun kini bagi Nadine yang terpenting adalah keselamatan dirinya… dengan mematikan rasa perikamanusiaannya, Nadine bergegas mendekati helicopter yang mulai meninggi itu, merangkul side bar mesin itu, dan memalingkan wajah dari gadis cantik yang kini berteriak memohon pertolongan…

Mesin itu terus meninggi dan melaju meninggalkan pulau terkutuk itu.
Nadine berpegangan mati-matian pada side bar, berusaha menaklukan dinginnya angin yang menggerus tubuhnya.
‘You’re almost there…’ ujar Nadine pada dirinya sendiri…
Dan setelah sekitar satu jam berpelukan, melawan dingin dan tipisnya udara, Nadine dapat melihat kota.

Helicopter itu mendekati sebuah gedung pencakar langit. Nadine bersiap, ia tau tak mungkin ia tetap bertahan di side bar itu… ia tak ingin tertangkap lagi…
Maka dengan sedikit nekad, Nadine meloncat sesaat sebelum heli itu mendarat, dan segera mencari tempat perlindungan…

Gadis itu menanti dengan sabar hingga pria-pria sangar yang dulu menangkapnya menuju pintu keluar, dan meninggalkan seorang penjaga wanita yang hendak menutup pintu.

Nadine bergerak secepat kucing hutan, mencekik leher sang penjaga wanita dengansikunya dan
Snap!
Penjaga wanita itu bahkan tak sempat meronta dan terkulai di tanah…

Kini tank top hitam, celana kulit hitam sepinggul, topi penjaga boots dan accessories yang lainnya telah terpasang di tubuh Nadine…

Dengan percaya diri gadis itu melangkah melaui pintu keluar… meninggalkan gedung… dan menghilang di kegelapan malam….

Kini Nadine mengetahui sarang para bajingan itu… namun untuk saat ini ia harus beristirahat, ia harus menghilang.

Hingga pada saatnya nanti, ia adapat mambalaskan dendam pada mereka semua, namun pada saat ini, goyang pinggul sexynya dengan celana yang hanya menutupi separuh dari tulisan SLUT di atas vaginanya… Nadine melangkan… menghilang dalam kegelapan malam….

Nadine has survive!

The End

Wednesday, July 28, 2010


The secret of Mariana Renata….


'Dingin ' gumam gadis itu sambil mengeratkan pelukan di lututnya.

Di sana mereka berdua, duduk di dinginya pagi, di bale bambu depan gubug sederhana di puncak bukit itu.

Pria di sampingnya melepas mantel tua yang selama ini menemaninya, dan menyampirkannya melingkupi tubuh sang gadis, lalu memeluknya erat.

'Terima kasih kang' kata sang gadis sambil mencengkeram erat lengan sang pria yang merengkuh bahunya, seakan tak ingin melepaskan kehangatan itu bahkan sedetikpun.

kembali keheningan pagi menyelimuti kedua insan itu, menikmati indahnya terbit matahari, meresapi kehangatan yang menyertai sinarnya.

Seulas senyum tergaris di bibir sang gadis ketika memori itu kembali. memori persetubuhan yang mereka lakukan malam sebelumnya.
Ketika gairah yang mereka pendam terlepaskan, ketika segala nafsu terlampiaskan.

Gadis itu bergetar demi mengingat sentuhan sang pria yang kini memeluknya erat, karena menyangka dingin pagi mengusik kekasih hatinya. Sang gadis terkenang ketika malam tadi tangan kasar lelakinya membelai rambutnya, mengelus pipinya, mengusap jejak airmata yang mengalir di pipinya.
Air mata yang mengalir sebelum kemesraan mengambil tempat. Air mata yang turun ketika argument itu terlontar…

‘Kenapa kang? Kenapa aku tak boleh menyatakan kemesraan kita kepada seluruh penghuni jagad ini?’ tinggi suara sang gadis, menumpahkan kesalnya…
‘Jangan sayang…’ kata sang lelaki sambil mengusap lengan sang gadis yang nampak gusar itu…
‘Kenapa kang?’ Tanya gadis itu lagi, ’malu beristrikan aku? Ingat kang… aku menerima akang apa adanya….seperti aku telah serahkan seluruh jiwa dan ragaku hanya untuk akang’

Lelaki itu memeluk sang gadis lebih erat…mencoba menghalau kegundahan sang gadis…
‘Akang tidak mau, kalau apa yang kamu sudah miliki selama ini hilang…ketenaran, harta, kejayaan….’

‘Kang… sekarang pun aku rela hidup bersama akang… kang, harta tidak abadi… hati yang abadi….’
‘Dan akang mu tidak mau melihat kamu di hina, di nista, di lecehkan…’

‘Aku tak perduli…’ sergah sang gadis
‘Akang mu perduli!’, tegas lelaki itu…’Kecuali kamu ingin melihat akangmu di rajam, di masukkan ke penjara…’

Sang gadis tepekur… tak terbayang sebelumnya bila rencananya akan membuat kekasih hatinya mendapatkan kesulitan….

Dan hanya air mata yang dapat meringankan sedikit galau sang gadis…. Air mata yang dihapus oleh telapak tangan sang kekasih… ketika seluruh penghalang jasmani mereka yang dinamai pakaian telah tercampak, meninggalakan kepolosan ragawi yang memberikan kehangatan duniawi di antara mereka.

Gadis itu mengeratkan pelukan pada sang pria ketika kenangannya kembali ke saat sang pria membangkitkan kegairahannya kembali, terkenang bagaimana sang pria menyejukkan hatinya, dan lalu membangkitkan gairahnya dengan merabai punggungnya, bahunya. Dan oh… betapa bergetar tubuh sang gadis ketika sang pria beranjak ke belakang tubuhnya, memeluknya dari belakang.
Lalu perlahan sang pria menciumi tengkuknya, turun ke bahunya, sementara telapak tangan kasar itu kini memijat lembut kedua payudaranya, memilin putingnya yang mengeras seiring gairah yang makin bergolak.

Gadis itu teringat ketika tangannya sendiri mulai begerak. Mencengkeram pinggul sang pria yang kini selangkangannya telah rapat di pinggulnya sendiri. lalu merayapi paha kekar sang pria.

Gadis itu tersenyum, dan mencium lembut pipi lelaki itu, seakan berterima kasih atas kenikmatan yang diberikan laki2 itu beberapa waktu yang lalu, yang begitu terpatri dalam memorinya.

Memori ketika sang lelaki dengan lembut menelungkupkannya di lantai beralaskan tikar di dalam kamar sederhana itu, kemudian sang pria memulas punggungnya, memijat lembut, memberi sensasi yang sangat menggairahkan. Terlebih ketika bibir dan lidah sang lelaki mulai ikut bergerak. Meninggalkan jejak basah dipunggungnya, turun ke buah pinggulnya.

Gadis itu mendesah penuh nafsu ketika sang pria menggigiti lipatan antara pantat dan pahanya. Dan desahan menguat ketika dengan lembut sang lelaki mengangkat pinggul sang gadis dan menjilati vagina serta anus sang gadis, sementara jemarinya bermain ringan merangsang clitoris yang makin menegang itu.

Ledakan orgasme sudah tak terbendung lagi, rangsangan itu begitu kuat...dan kini sang gadis tertelungkup lemah menikmati orgame yang ia tau bukan menjadi yang terakhir. Terlebih ketika kini sang lelaki membalikkan tubuhnya, lalu mendekatkan tubuhnya sendiri pada sang gadis hingga kini nafas mereka saling mengahngatkan wajah yang berpeluh oleh nafsu.

Sang pria lalu mencium lembut pinggir bibir sang gadis, memberikan sensasi geli pada sang gadis yang hanya bisa menikmati cumbuan itu.

Ciuman itu turun ke leher, lalu ke payudara yang bergantian dengan remasan lembut membuat kedua bukit indah dan putingnya itu kembali mengeras, menggoda.
Kedua tangan sang pria tetap bermain lembut di payudara sang gadis, semantara permaian lidahnya berlanjut ke perut datar sang gadis...

Kembali desahan terdengar ketika lidah sang pria melumat vagina sang gadis dengan lembut, vagina yang terawat itu menerima ciuman, jilatan, kuluman bibir tebal dan lidah kasar sang pria, yang mengantar sang gadis ke arah kenikmatan yang tertinggi.

Kini lengan sang pria meremas pinggul dan paha sang gadis yang lengannya bergerak meremasi payudaranya sendiri sambil menikmatu jilatan sang lelaki yang turun ke pahanya, betis, dan tanpa sungkan mengulum ibu jari kakinya.

‘Ah, kang mas ku sungguh mencintai aku' pikir sang gadis yang berharap pengabdiannya sebagai istri sebanding dengan kenikmatan yang dirasakannya...

Lamunan sang gadis sejenak teralih pada bagaimana ia berusaha melayani kekasih hatinya.
Dengan balutan sarung lusuh yang hanya menutupi separuh payudara dan hanya menutup separuh bongkahan pantatnya, sang gadis meniup api di tungku batu itu untuk membuat masakan bagi sang kekasih hati.
Membiarkan jelaga menodai kecantikan wajahnya.

Tengingat ketika dengan hati tulus ia memandikan kekasih hatinya... di pancuran dingin di sungai dekat gubug itu.
Senyum sang gadis mengembang demi mengingat desahan lelakinya ketika tubuh bugil sang gadis melakukan thai massage di sekujur tubuhnya, dan mulut serta kerongkongannya menghangatkan penis sang lelaki dengan lincahnya...

Kenangan sang gadis kembali ke malam tadi ketika kembali wajah mereka hanya berjarak sepencium...
Sang pria menanti...
Sang gadis mengangguk...dan...

Tubuh sang gadis menggeliat dan menahan nafas demi merasakan desakan penis yang menusuk jauh ke dalam vaginanya, terasa kepala penis perkasa lelakinya bahkan menyeruak ke leher rahimnya...

Sang gadis memeluk erat lelakinya, dan melingkarkan kakinya mengait pinggul sang lelaki. Tak ingin melepaskan kenikmatan ragawi yang begitu mengoyak syaraf nikat di sekujur tubuhnya.

Betapa ia menjadi binal karena ledakan nafsu. Tubuh sang gadis meliuk, menekuk, melengkung. melakoni semua kemungkinan demi menikmati persetubuhan ini.

Ia tak perduli betapa menyakitkan posisi yang dijalaninya, terutama ketika lelakinya melipat lututnya ke hingga menempel di telinganya, dan hanya bahu yang menjadi penumpu tubuhnya, dan anusnya menjadi pelabuhan penis sang kekasih. Untuknya semua adalah nikmat. Baginya, tubuhnya adalah milik suaminya...dan biarlah suaminya melakukan apa yang diinginkan terhadap tubuhnya karena sebagai gantinya orgasme demi orgasme tak pernah luput diperolehnya.

Hingga pada satu titik mereka berdua tak lagi mampu bergerak dan mereka jatuh dalam tidur yang sangat nikmat...

Kini, di bale bambu itu. Kembali sang gadis merenungkan memori indah itu... seulas sedih hadir karena mengingat betapa sempitnya waktu mereka untuk bersama.

Betapa air matanya yang semalam diseka berasal dari keputus asaan tentang waktu mereka.

Pelukan erat sang pria membuat sang gadis bergerak...ingin menikmati masa yang singkat ini...

Sang gadis melepaskan mantel membiarkan tubuh telanjangnya dirayapi sinar mentari pagi. Ia memalingkan wajahnya ke arah sang pria dan memagut bibir sang lelaki yang segera membalasnya dan merengkuh tubuh sang gadis...

Dan kini di bale bambu di depan gubug di atas bukit itu. Diiringi sinar mentari yang makin meninggi. Tubuh yang berkilat oleh nafsu dari kedua insan itu melepaskan rasa yang beraduk dalam hati mereka. Dan pelampiasan itu menjadi sensasi persetubuhan liar yang sangat memabukkan...

Keheningan jelas tergambar dalam mobil mewah yang meluncur membelah kepadatan Jakarta , bahkan alunan musik melancoly yang tersaji seakan membisu.

Sang gadis jelas termenung, menerawang sedih.
Sedih karena waktu yang memisahkan dirinya dengan cintanya...
Kenyataan bahwa dirinya dipaksa untuk berpasangan dengan 'yang sepadan' dengan dirinya...
Sedih karena kini kembali ia harus mencari waktu, demi dapat melayani kekasih hatinya.

Kini, di depan pintu rumah mewah itu. Sang gadis melirik ke arah mobil, mematung tanpa expresi walau hati berkecamuk. Memandang wajah sang kekasih yang kini 'dipaksa' menjalani kehidupan sebagai supirnya...

Mobil itu meluncur ke arah garasi, sang supir melirik spionya dan melihat langkah 'majikannya' masuk ke dalam rumah.
Pria itu menghembuskan nafas yang menyesak...lalu keluar dari mobil.

'Waaaah, mang Ujang enak ya, di ajak jalan sama si non Mariana', oceh pembantu genit yang hobi bergosip itu...

'Hati-hati encoknya kumat mang, hihihi... Inget umur... udah 55 lho hihihi' lanjut sang pembantu dengan mengesalkan..
Mang ujang kembali mendesah berat...

Dan kini, kembali kedua insane itu, Mariana dan Ujang, terpisahkan oleh ruang dan waktu... Mereka harus kembali menekan rasa, walau jarak mereka kadang hanya sejangkauan...

Hingga mungkin suatu saat nanti, mereka sejatinya dapat bersatu...menjadi keluaraga seutuhnya...suami istri...

Namun untuk saat ini... di dua kamar terpisah... dua insan... hanya dapat berharap...

One day... Maybe...

Sunday, July 11, 2010


The beast Within - Julie's Secret Lover

****
Maaf kalau cerita ini terlalu singkat, it just come out suddenly
Anyway.. Enjoy
*****
Julie tersenyum binal sambil melangkahkan kakinya ke dalam ruangan santai rumahnya.
matanya menatap jalang pada dua pejantan yang menantinya penuh nafsu. dan dengus penuh birahi pejantannya, membuat tubuh Julie yang terbalut kimono mini sutra yang sama sekali tak menutup paha mulusnya, bergetar menahan gairahnya.
'hi darling, waiting for me?' desah gadis itu manja sambil memposiskan dirinya di tengah pejantan yang langsung bergerak merespon aroma tubuh Julie yang dibalut birahi.

Julie melenguh nikmat ketika satu pejantannya menjilati tengkuknya, sementara satunya lagi mengendusi pahanya yang membuka. Julie mengerang menerima serangan berganda itu, bahkan tanpa ragu, sang gadis membantu para penikmatnya, dengan melolosi kimono yang sebenarnya tak menutupi apa-apa.

Dan desahan Julie berubah jadi erangan penuh nafsu ketika permainan lidah pejantannya merambat ke payudaranya yang mungil namun sekal itu, dan gigitan-gigitan ringan di puncak payudaranya membuat tubuh sang gadis melengkung seakan mencoba mencari kenikmatan lebih.
Tangannya menermasi rambut, dan wajahnya sendiri, sementara pinggulnya maju mundur, menginginkan kenikmatan permainan lidah pejantannya yang makin rakus demi menikmati cairan cinta Julie yang mengalir makin deras.

Julie seakan ingin meledak, rangsangan di tubuhnya membuatnya menggila pertahanannya hancur, dan dengan erangan dahsyat, gadis itu melepaskan orgasmenya yang tertahan. Tubuhnya melanting meresapi orgasme yang tercapai, lalu kemudian melemas….

Namun siksaan birahi itu tak berhenti karena kedua penikmatnya tetap melanjutkan aktivitasnya untuk menikati tubuh sang gadis yang kembali terusik, dengan liar Julie melakukan french kiss dengan sang kekasih yang telah memberinya kepuasan sexual itu, ia tak peduli dengan liur yang berleleran, ia hanya merasakan kehangatan sensual…

Dengan tubuh yang sedikit lemas namun terusik birahi itu, Julie membalikkan tubuhnya, hingga berada dalam posisi bersujud, lalu dengan tenang ia mulai mendeepthroath penis sang kekasih dengan lembutnya, jemarinya memainkan zakar yang menggantung bebas di hadapannya.

Dan kembali jilatan yang menjelajahi vagina dan anusnya membuat julie melenguh tertahan karena mulutnya penuh oleh penis, namun liukan tubuhnya jelas menunjukkan betapa tenagsangnya ia, bahkan lengannya yang bebas kembali meremasi payudaranya yang tergantung indah…

Julie berhenti sejenak dengan tetap membiarkan penis besar itu bersarang jauh ke dalam tenggorokannya. Gadis itu merasakan kekasih di belakang tubuhnya bergerak, menaiki tubuhnya dari belakang, dan merasakan penis sang kekasih menempel di pintu vaginanya, dan dengan satu sentakan penis itu mendobrak vagina sang gadis yang mengejang menahan desakan penis yang masuk jauh hingga ke dalam rahimnya.

Tanpa menunggu gadis itu siap, sang kekasih langsung menggenjot Julie dengan liar. Tubuh sang gadis tersentak di bawah tekanan sang kekasih, terlebih ketika penikmat mulutnya menuntut perlakuan yang sama dan mulai menggenjot pinggulnya di mulut Julie.
Julie kelabakan menahan gempuran itu, godaannya berbalik menyerangnya, tubuhnya terasa penuh, adukan, sodokan, bergantian menghantam tubuh msang gadis dan mengantarkannya ke gerbang orgasme yang bertubi-tubi.

Julie sudah tak perduli lagi dengan kondisi tubuhnya, ia membiarkan saja tubuhnya terhentak-hentak terayun mengikuti sodokan kedua kekasihnya, membiarkan liur keduanya memenuhi rambut dan punggunya, Julie merasa seakan diawang-awang demi merasakan multi orgasme, dan merasa makin mencintai kedua kekasihnya yang mampu memuaskan nafsu birahinya.

Julie kembali tersentak demi merasakan kocokan penis di vaginanya semakin cepat dan kuat. Gadis itu mengimbangi dengan berusaha menggoyangkan pinggulnya dengan binal walau tubuhnya terasa amat sangat lemas.
Geraman sang kekasih mengiringi semburan sperma yang mengisi rahim Julie.. begitu banyaknya sperma yang tersembur hingga tak tertampung oleh vagina sang gadis dan mengalir keluar dari sela vagina yang masih tersumbat penis besar itu.

Julie lalu melepaskan penis yang masih bersarang dalam tenggorokannya, ia ingin membersihkan penis sang kekasih yang sudah memuaskannya. Dan dengan penuh kasih Julie menjilati penis itu dan membersihkan sperma yang berlelehan di penis itu. Namun posisinya yang menungging itu kembali membuahkan petaka kenikmatan bagi sang gadis, karena kekasihnya yang belum puas oleh deepthrath sang gadis langsung maju…

Julie menjerit tertahan ketika penis besar sang kekasih yang seakan ingun menghukumnya mendobrak anusnya yang sempit itu, Julie menggigit bibir bawahnya menahan sensasi desakan penis di anusnya hingga tanpa sadar….

‘Oh honey, I’m sory’ desah Julie tertahan demi mendengar lolongan kekasihnya yang penisnya teremas oleh lengan Julie. ‘I’ll make it up to you’ dengus Julie sambil langsung mendeepthroath penis yang sudh memuaskannya itu, hanya untuk menyadari kalau ternyata kehangatan mulutnya kembali membangkitkan gairah sang kekasih, dan Julie merasakan penis itu kembali membesar dan memenuhi tenggorokannya.

Kembali Julie menjadi bulan-bulanan kedua kekasihnya yang kembali menggenjot Julie dengan liarnya, dan kembali Julie merasakan betapa lemas tubuhnya akibat multi orgasme yang kembali diterimanya hingga tubuhnya kini bagai onggokan daging tak bertulang yang bergerak seiring genjotan di anus dan mulutnya.

Untunglah derita birahi itu tak berlangsung lebih lama, ketika Julie yang kesadarannya makin menipis merasakan penis di mulut dan anusnya bergerak makin cepat dan liar hingga, raungan keras bergantian mengisi ruang yag kini sudah pengap dengan aroma pertubuhan liar itu…
****

Julie terbangun dengan tubuh yang terasa sangat lemas, namun senyum kepuasan menghiasi wajahnya ketika melihat kedua kekasihnya , pejantannya yang pulas di sampingnya, rapat di tubuh indahnya seakan ingin menghangatkan sang bidadari yang telah memuaskan mereka.

Dengan tertatih Julie bangun dan berjalan ke arah bath tub, dan berendam sambil mengingat kembali keliaran persetubuhan mereka. Setelah berpakaian Julie berjalan menghampiri kedua kekasihnya yang mengangkat kepala, sedih, seakan tak ingin ditinggalkan oleh sang kekasih..

‘Don’t worry my love, I’ll be back soon, and both of you can enjoy my body again… I’m all yours…’ desah Julie sambil memberikan ciuman panas ke kedua pejantan itu, lalu bangkit dan melangkah ke luar luar…

Meninggalkan Labrador dan Great dane itu mendengking lirih, dan resah menunggu Julie, majikan mereka untuk kembali dan menjadi betina mereka…

Julie juga sudah tak sabar… sangat tak sabar….

End

Tuesday, March 16, 2010


Whose the beast now?
=spin off from aura kasih: the rising star- karya FanFicHolics=

Prolog...

Persetubuhan keduanya baru saja selesai.. kepuasan jelas tergambar di wajah keduanya, sang lelaki berguling ke samping lalu memandang wanita cantik yang baru saja habis-habisan digumulinya... sesat keduanya terdiam memulihkan nafas mereka yang tadinya memburu, menyerap kenikmatan ragawi hingga degup jantung keduanya kembali normal...

Lelaki itu menyamping, menopang kepalanya dengan lengan sambil memperhatikan pungung mulus sang wanita yang kini duduk di tepi ranjang...
'Are you sure want to do this?' tanyanya...
Tak ada jawaban....
'There will be no turning back, y'know....' bujuk sang pria lagi...
Suara ringisan lirih menjawab pertanyaan sang pria..sang wanita menengadahkan kepalanya...denting alat suntik yang jatuh ke lantai mengisi keheningan kamar itu....
'I know...' jawab sang wanita sambil mengenakan pakaiannya, berjalan ke arah pintu berbalik dan tersenyum pada sang lelaki....
'Thank you....'

Pria itu hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.... lalu memandang suntikan yang tergeletak di lantai...
'Damn... what a waste...' keluh sang pria sambil mengingat pertemuannya dengan sang gadis. yeah...what a waste...
**********

Pesawat maskapai asing itu mendarat dengan mulus....
Sesosok lelaki tua, nampak tersenyum melihat nama maskapai yang sudah mendarat itu...sudah hampir dua bulan ia menunggu, kini kerinduannya akan terobati...
Lelaki itu mengambil iphone baru mengkilat dari sakunya, mtersenyum memandang 'hadiah yang diberikan kekasinya' itu....

Damn....keluh gadis itu demi melihat caller id di cellphonenya...vacation over...gadis itu menghela nafas berat...
'Ada apa...' jawab sang gadis ketus...
'Duuuh...jangan galak-galak dong say...hehehe' suara diseberang terdengar begitu menjijikkan bagi gadis itu...
'Aa dah kangen niiih... pengen itu tuh...hehehe' kata suara di seberang telepon itu kembali...
Gadis itu menahan jijik... mengingat apa yang telah diperbuat lelaki tua di seberang telephone itu pada dirinya, dan kondisinya sekarang ini...
Namun senyum jahat terukir diwajah manis sang gadis....'It all will change...'
'Udah!' kata gadis itu ketus menghantikan celoteh memuakkan lelaki itu...'Jemput di depan kedatangan...!
**********

Lelaki tua itu nampak sekali menahan gairahnya yang selama dua bulan ini dipendamnya...namun bukan sekarang saatnya, katanya dalam hati sambil mengemudikan kendaraannya ke pintu kedatangan, melihat perempuan yang membuatnya tergila-gila....
Dengan seringai mesum, ia memasukkan tas ke dalam bagasi, dan dengan sedikit tergesa memacu kendaraan itu ke luar bandara...

Namun belum jauh melaju, lelaki tua itu menepikan kendaraannya.
Mengacuhkan pandangan terkejut dan tak terima sang gadis lelaki tua itu berpindah ke kursi belakang, membuka celananya dan tersenyum mesum pada sang gadis.
'Jangan gila pak.... masa di sini sih?' tolak sang gadis....
'Udah ngga tahan non... lagian Aa cuma minta di sepong doang....'
'Tapi di sini?'tanya gadis itu lagi...
'Ya di sini!' tegas lelaki itu, 'Atau.....' mata lelaki itu memancarkan kemanangan....

Gadis itu mati-matian menahan diri agar apa yang sudah isiapkannya tidak hancur berantakan...tangannya meraih penis itu, meludahi ujungnya lalu...

'Aaaahhh non Auraaaaa....' desah lelaki itu menikmati oral yang diberikan Aura Kasih...'Ayo ah non... jangan pakai tangan' perintah sang lelaki sambil mencekal lengan sang gadis hingga kini mau tak mau sang gadis memaksimalkan mulutnya untuk memuaskan penis yang dihujamkan jauh ke dalam tenggorokannya....
************

Mobil itu kembali meluncur... raut kepuasan di wajah supir itu berbanding terbalik dengan wajah kesal Aura yang nampak menahan mual merasakan sisa sperma di rongga mulutnya, terlebih karena sopirnya tak memberikan minum pada sang gadis...hanya kekeh mesum supir itu mengiring laju mobil...
Damn..maki Aura dalam hati ketika mobil itu di arahkan ke sebuah motel kelas melati...

Dalam kamar yang jelas terlalu sering dipakai berbuat mesum itu dengan santai supir bejad itu merebahkan dirinya...memandang Aura yang berdiri menantang...
'Udah non... ngga usah pake tampang jutek gitu... sono gih, nari telanjang!' hardik sang supir sambil memutar lagu dangdut kesukaannya dari iphone barunya...
'What the fuck...'Aura geleng-geleng tak percaya dengan apa yang didengarnya,...iphone with....

Dan dengan kaku Aura meliukkan tubuhnya mengikuti irama dangdut sambil mulai melapaskan pakaiannya secara perlahan, dengan gerakan erotis.... membuat sang supir berkali-kali menelan ludah demi melihat tubuh mulus Aura Kasih tersaji di hadapannya. Dengan nafsu menggelegak sang supir menepuk-nepuk kasur, dan Aura...dengan gemulai mendekati kasur, merangkak ke atas sang supir, lalu dengan gaya pelacur profesional membuka pakaian sang supir...
Pemandangan bongkahan pantat yang mengacung tinggi membuat mata sang supir seakan hendak lepas dari rongganya. Walaupun sudah sering ia maniduri majikannya itu, namun tetap saja kaindahan bongkakan piinggul dan pantai itu menghipnotisnya, belum lagi sensai lembut payudara yang kini bersentukan lembut dengan pahanya seiring lolosnya celana panjang yang dipakainya ke lantai.

Aura memang sudah menjadi miliknya... walaupun ia tau semua hal yang dilakukan Aura dalam kondisi terpaksa, namun ia tak perduli... biarlah gadis itu berakting menikmati pesetubuhannya itu yang jelas dirinya menikmati kelembutan tubuh Aura, kulitnya, payudaranya, mulutnya, vaginanya, anusnya....
Dan kini supir itu menikmati ketika Aura menjilati sela-sela kakinya, membersihkan kotoran di sana, kemudian naik ke betisnya, ke pahanya.... sang supir meregangkan pahanya... dan menikmati jilatan Aura di lipatan pahanya...mambersihkan daki di sana..., lalu dengan sensual Aura memainkan penis keriput itu... menjilatinya, menghisapnya, membuat sang supir mencengkeram kepala Aura demi merasakan sensasi yang lebih di selangkangannya...

Aura terus bergerak naik, ciuman dan jilatannya meninggalkan jejak basah di perut ke dada dan leher sang supir, sebelum dengan liukan binal, Arua memposisikan vaginanya di atas penis sang supir, jarinya mebuka vaginanya sendiri, dan dengan lembut membenamkan penis itu ke dalam vaginanya...
Sang supir melenguh menikmati jepitan vagina Aura di penisnya, dan nafsunya makin menggelegak, melihat Aura meliukkan tubuhnya binal di atas penisnya.
Aura menggoyangkan pinggulnya ddengan gerakan ritmis, membelai perut, dan memainkan payudaranya sendiri, meremasnya lembut, memilin puting yang makin mengeras itu... desahan erotis keluar dari mulut sang gadis..bahkan sang supir benar-benar percaya kalau Aura menikmati persetubuhan itu... lupa kalau sebenarya Aura berusaha mati-matian merangsang dirinya agar bisa menikmati perkosaan ini....

Dan gerakan itu membuat sang supir tak tahan lagi untuk menyiram rahim sang gadis dengan spermanya....
Aurapun mendesah seakan menikmati semburan itu, walau sebenarnya kembali hatinya berkecamuk mdemi mengingat berapa banyak janin yang ia gugurkan maupun tergugurkan....
Bagaimanapun ia tak menikmati perkosaan itu namun tetap saya pembuahan itu berhasil....apalagi mengingat sang supir tidak hanya satu kali menyiram rahimnya dengan sperma namun berulang, berulang dan berulang...
Seperti saat ini ketika dengan liarnya sang supir mendoogynya....untuk kemudian menyodominya, memaksanya mengoral penisnya...

Lagi pula bukan hanya sang supir... bukan hanya dia
*********

Keesokan harinya setelah sang supir merasa puas, untuk sementara, mereka meninggalkan motel itu....dan Aura hanya bisa pasrah karena ia tau kemana supir bejad itu akan membawanya...
'Non...bakal ada meeting bos-bos...mereka mau make non sebagai hiburan...' ujar supir bejad itu santai setelah ia menumpahkan tetes sperma terakhirnya ke wajah Aura yang terlentang menantang di atas kasur....

Dan kini mobil itu meluncur tenang menuju kawasan puncak....
Aura hanya diam, malas menanggapi kekurangajaran sang supir yang dengan seenaknya menjajakan tubuhnya pada siapa saja yang menginginkannya... terutama untuk golongan rendahan, yang sepertinya dapat prioritas utama dari sang supir...yang hanya menghargai dirinya sebesar lima ribu rupiah per orang untuk mendapatkan permainan liar sang bintang selama tiga jam all style imaginable....

Yang Aura heran, bagaimana supirnya bisa punya koneksi sampai level tinggi seperti ini..... Walau jarang, tetapi terkadang penikmat tubuhnya merupakan kalangan the haves...bahkan tokoh-tokoh negeri ini....
Seperti saat ini... ketika kaki sang gadis masuk ke ruang utama villa mewah iitu, ia melihat beberapa tokoh politik negeri ini serta pengusaha negeri sedang 'berdiskusi' dengan riuhnya, di meja pertemuan mereka botol-botol minuman keras bertebaran, dan pakaian mereka.....
Aura nampak terenyuh memikirkan nasib bangsa ini yang berada di tangan mereka yang kini akan menggumulinya...yang menantinya hanya dengan menggunakan kaus singlet, boxer dan selop seadanya...

'Ah... bintang pertunjukkan kita sudah datang' cetus seorang dari mereka....
'Ayo sayang hibur kami...'seru yang lain..
'Kami sudah capek mikirin negara' dan tawapun membahana di villa itu.....

Dentum house music menghentak....Aura kembali melakukan tarian erotis seperti yang beberapa jam lalu ia lakukan di motel kumuh di hadapan supirnya....
Kata-kata kotor, cabul dan penuh penghinaan terlntar dari mulut orang-orang yang seharusnya jadi teladan di negeri ini....dan tangan mereka, yang seharusnya bersih, kini meremas, meggerayangi, mengobel vagina dan anus Aura....

Dan kini penis-penis teracung mereka siap menerima pelayanan dari Aura...
Ketika penis terakhir selesai menembakkan sperma di tenggorokan Aura, gadis itu merasa mual...berapa banyak sperma yang kini mengisi lambungnya... namun itu baru awal...
penis demi penis menghujam vagina, anus dan mulut Aura, silih berganti....gadis itu makin mual demi mengingat mereka yang menyetubuhinya, yang diagungkan sebagai wakil rakyat, mepraktekkan gaya-gaya barbar terhadap dirinya.....
Lagi...lagi...dan lagi...

Ketika penis-penis mereka sudah tak mampu berdiri lagi.....para penikmat Aura duduk santai di sofa yang disusun membentuk lingkaran dengan Aura yang kelelahan ada di tengahnya....

Lalu seorang penikmatnya memanggil supir bejad Aura...
'Tolong panggil para supir dan tukang kebun serta penjaga villa ini....kita mau ngelanjutin rapat sambil nonton live show' dan tawa membahana kembali terdengar
Aura makin lemas karena kembali dirinya diover seenaknya, seakan dirinya hanya onggokan daging pemuas nafsu...

Dan kini kumpulan supir, penjaga villa dan tukang kebun yang bagaikan serigala buas memojokkan buruan bersiap menunggu komando...
Ditengah perjuangan Aura menahan gempuran pemerkosanya, ia masih bisa mendengar lobi-lobi yang dilakukan...putusan-putusan yang bisa menghitam atau putihkan negara terlontar...
Dan samar diantara pinggul supir yang memperkosa mulutnya, Aura dapat melihat penis-penis tambahan yang mengacung... dan tanpa meghiraukan status, ikut memperkosanya kembali...
*********

Selama tiga hari Aura berada dalam neraka itu, bukan hanya menjadi penampungan sperma... ia juga harus jadi pembantu di villa itu, menyiapkan makan, memandikan mereka, memijat...menceboki mereka....
Dan tak ada satu tempatpun di villa itu yang tak dipakai untuk memperkosa Aura, ruang makan, kamar tidur, dapur, garasi, kebun, kolam, kamar mandi, bahkan di atas kap mobil yang sedang dipanaskan...

Akhirnya keputusan selesai dibuat.....
'Negara Aman, hahahahahaha.....'

Aura duduk bersimpuh di tengah sofa itu kembali, sambil menerima bukake hingga wajah dan rambut gadis itu lengket oleh sperma.....
Rapat usai.....
***********

Ketika akhirnya Aura bisa membersihkan diri dan bersiap pergi, ia melihat kelompok pemerkosanya sedang asyik menikmati barbeque...tak lagi memperdulikan Aura untuk sementara, karena toh mereka akan menyewanya lagi.....

Bunyi klakson memanggil Aura....
**********

Di dalam mobil....
'Non... tanggung nih....kebetulan kelompok tukang becak di daerah sini lagi bikin acara...mereka pada mau ngentot...'
Aura sudah berhenti mendengarkan....
Dan mobilpun melaju....
*********

Epilog....

Salah seorang politikus masuk untuk mengambil tambahan minuman keras ketika matanya tertumbuk pada amplop yang berlabelkan salah satu nama rumah sakit top di luar negeri.
Ia membuka amplo itu, membaca lembaran hasil laboratorium di dalamnya, dan.....

Raungan kengerian menggema di villa itu.....

Lembaran itu terjatuh.....

Patient Name: KASIH, Aura
Blood sample test result: HIV Positive.
******
Whose the beast Now?

Monday, February 22, 2010


Celebrity Nigthmare: Tina Talisa ...

-The preparation-
Ketiga tawanan dengan angan terikat ke belakang itu beringsut ketika pria bersenjata itu mendekati mereka, bersimpuh pada sebelah lutut dan memandang security yang berwajah garang itu.
'good.. kamu tidak takut kematian'

Dua wanita menarik di samping security yang kini terkulai dengan kepala berlubang hadiah tembakan berteriak histeris, terutama ketika percikan darah dan otak pria malang itu menghiasi wajah, pakaian dan tubuh mereka.

Pria itu....
Mendekati wanita yang seorang di antara mereka mampu mengatasi terror itu dan matanya menantang sang pria.
Dengusan nafas memburu wanita itu tertera jelas dari blouse yang bergerak cepat, namun mata sang wanita tetap menantang bahkan ketika laras peredam pistol itu bersentuhan dengan pelipisnya....

'click'...
tawa serak pria itu pecah melihat ekspresi wajah sang wanita dan lonjakan tubuhnya ketika mendengar pelatuk itu bersentuhan dengan body pistol.
'untuk seorang pemberani....'leceh sang pria, 'kencingmu tetap bau...hahahaha'. Dan mata sang wanita bagai ingin melonjak keluar rongganya mendengar pelecehan tentang selangkangannya yang kini basah dan kini dirasakannya membasahi bokong indahnya.
'Now....kamu mau hidup atau...' dan ludah wanita itu yang tak lama terbungkam lakban itu menjawab semuanya.

Dan kini pria itu berdiri di hadapan wanita kedua yang nampak menggigit bibir nya sendiri menahan gairah, dengan tatapan binal ia mendesah...
'I'll do it... let's teach that bitch some lesson...'
Kembali tawa serak berbalut dengus kenikmatan memenuhi ruangan itu ketika pria itu berdiri berkacak pinggang sambil menikmati deepthroath dari wanita yang rela menjadi budaknya itu....

the prep is ready...
Now... show time...
***********

Sirine yang meraung, baling-baling helikopter yang menderu.. ditingkahi pengeras suara polisi yang sibuk mengatur kerumunan masa membuat adrenalin meningkat di udara...

Kaaabooomm!!!!

Ledakan awal di loby gedung itu cukup membuat para penegak hukum berpikir seribu kali untuk mengulangi aksi serbu mereka, dan akhirnya mereka menyadari kalau seluruh gedung sudah dipasangi peledak berkekuatan tinggi.

It's been one whole year... renung pria itu mengingat persiapan yang dilakukan demi terlaksananya hari ini...failure is not an option...
*******

'Lepaskan para sandera... dan kami akan membiarkanmu hidup... kamu sudah terke...shit!'
Mata komandan pasukan itu membelalak melihat sesosok tubuh terjun bebas dari jendela lantai 15...
Dan mayat security garang itu menyentuh bumi....

'Komandan...anda sama sekali tidak berada dalam posisi memerintah...pertunjukkan ini milikku!' gaung suara pria itu memenuhi udara
'Pertunjukan!' raung komandan polisi itu...'Nyawa orang kamu jadikan mainan? brengsek! sekali lagi kamu lakukan itu aku tak ragu-ragu untuk menembak kamu!'

Teriakan seorang manager yang terlempar dari lantai itu membungkam seluruh orang dengan kengerian....
Hening....

'I dare you..', kata pria itu dingin....

Dan kepala polisi itu sadar kalau kini yang dihadapinya adalah orang yang sangat berbahaya...
******

'Now...' seru pria itu memecah keheningan, 'sekarang kita mulai sesi tawar menawar kita....'

'Aha...' pikir kepala polisi itu, 'ternyata pada dasarnya ia punya tuntutan....gotcha'

'Sebutkan keinginanmu, jagoan...kalau masuk akal akan kami penuhi. Namun kalau tidak... berapapun korbanmu...'

Kaaabooooommmm!

Ledakan di lantai dua cukup untuk membuat sang komandan sadar kalau karirnya sudah tamat.....
****
'Apa kita sudah bisa serius?' tanya sang pria sambil memantau pergantian komandan lapangan dengan senyum jahatnya
'Ya, kami siap mendengar tuntutanmu.... maafkan kekasaran kami sebelumnya, cuma kami minta tolong jangan sakiti sanderamu yang lain....' ujar komandan lapangan yang baru.
'Untuk setip kepatuhan akan ada harganya teman...'

'So.. . apa tuntutanmu kawanku?' rayu komandan lapangan itu, 'sebutkan hargamu....'
'Hahaha..my friend' ejek sang pria, 'permintanku sederhana sekali....'

'booom'

'Well at least you've tried' keluh pria itu sambil mengamati komandan lapangan yang nampak geram
'Oke... name it!' sergah sang komandan...
'Aku mau wawancara exclusieve, dengan orang yang saya inginkan... lalu setelahnya maybe, just maybe, aku akan jabarkan tuntutanku.'
*****

Tina Talisa berdiri di antara gedung dan barikade polisi, tangannya bergetar memegang wireless microphone. Ketegangan nyata di wajahnya, menyadari ia yang ditunjuk untuk melakukan 'wawancara exclusieve' itu.
Kilatan blits dan sorot kamera makin memperjelas ketegangan di wajahnya...

Namun keprofesionalannya tergelitik, bahkan jauh di dasarhatinya ada keinginan untuk dapat menaklukkan sang teroris melalui wawancaranya dan menjadi pahlawan.

'Maaf, pak.. sebelum kita mulai wawancara ini apakan bapak berkenan memperkenalkan diri pada para pemirsa sehingga kita bisa lebih saling mendalami satu dengan yang lain...'
'Pangil aku Simon...' suara parau pria itu bergaung kembali dari lantai 15, dan dengan semangat polisi langsung mencari database kriminal yang menggunakan nama Simon...

'Ada... nama terakhir pak Simon?' tanya Tina untuk mengulur waktu...
'Sez'...hehehe...' kekeh pria itu terdengar menjijikkan, dan semuanya tertegun... Tina yang pertama menyadari nama unik itu....

'Pak... anda tidak sedang bercanda kan?' tanya Tina dengan gugup

Tubuh satpam lainnya jatuh berdebum, Tina terhenyak diam...lalu dengan bergetar ia berkata..
'Baiklah Simon...anda sudah menjelaskan niat anda, sekarang apa tuntutan anda..'
'Actually... i'm in the mood of playing.... and I challenge you to win this game.....'
'Dan kalau saya menolak?' tantang Tina dengan lantang, melempar mike dan berbalik meninggalkan lokasi...

Namun baru saja ia melangkah, seorang ibu setengah baya, bersimpuh memeluk kaki Tina dan menangis sejadi-jadinya..
'Tolong anakku, mBak....tolong... dia ada dalam gedung itu...'
Tina berkata dingin...
'Maaf bu...memohonlah pada psikopat di atas sana...barangkali ia akan melepaskan anak ibu....'

Belum habis gema perkataan Tina....
Dan debuman tubuh seorang wanita muda mebuat Tina shock, terlebih desis kemarahan terdengar dari arah gedung...
'Be careful of what you wish for....'

Tina benar-benar shock, terutama ketika melihat ibu tadi berlari memeluk tubuh anaknya yang sudah tidak bernyawa.... meraung mengutuki Tina...
'Kamu bisa menolong dia.... kamu membunuh anakku!'

Pandangan Tina kabur...air mata menggenangi pelupuknya...namun sempat ia melihat pasangan muda yang berpelukan bertangisan....dan lembar foto yang perlahan terlepas dan terjatuh ke aspal membuat Tina jatuh bersimpuh...foto bayi montok.....
Tina berkata lirih...namun pria itu tetap dapat menangkapnya. Thanks to all TV channel yang meliput kejadian ini....
'You win...apa yang harus aku lakukan?'
'Well anything that I asked you to!' tegas pria itu....

Dengan lunglai Tina bangun dan menghadap gedung itu lagi...
'Name it...'
'Pertama....strip!'

Tina tertegun...pria itu baru saja memintanya telanjang bulat di depan banyak pasang mata...pria itu ingin melecehkannya....namun..
Bergetar tangan Tina membuka kancing kemejanya dan membiarkan tubuh atasnya terbuka terekspose mentari hanya berbalut bra itam berenda yang sexy...
Kemudian celana jeansnya tercampak, dan kini Tina bisa merasakan kalau banyak tegukan liur mulai terdengar...

Komandan polisi maju, menutupi tubuh Tina dengan jaketnya...
'Bajingan...aku tak bisa membiarkan kegilaan ini berlanjut...'

'Hahahaha, I can commander... dan hati-hati...tidak semua orang sesuci kamu...'

Blam...

Tina histeris ketika percikan otak sang komandan bertebaran di wajahnya.....
'Now... shall we continue.... banyak orang ingin melihat ketelanjanganmu Tina...'
Pria itu sama sekali tidak membiarkan Tina pulih dari shocknya, justru menambah beban psikologis sang presenter hingga takluk sepenuhnya...
Tina sadar kalau perkataan pria itu benar...

Banyak orang yang ingin melihat dirinya dipermalukan, ditelanjangi-kiasan maupun harafiah-. Dan Tina sadar kebenaran ucapan pria misterius itu, karena nampaknya hanya sang komandan yang berani bertindak, sementara yang lainnya berekpresi antara takut, dan bernafsu...
Dan Tina bisa merasakan nafas tertahan, ketika sinar mentari menerangi tubuh telanjangnya, tubuh yang dihiasi bercak darah dan otak sang komandan...

Namun degradasi Tina belum berakhir karena entah bagaimana tiba-tiba kaca-kaca gedung di hadapannya mendadak menyadi sebuah screen besar dan ketelanjangan tubuhnya kini menjadi sorotan utama, hingga kini hisapan liur tak tertahan yang keluar dari mulut ternganga terdengar jelas...
Tina hanya bisa berharap mimpi buruk itu segera berakhir...

Namun harapan tinggal harapan... ketika kemudian sorang kakek renta menuntun sebuah speda onthel mendekati Tina.
'Neng...ini sepeda pesanan neng Tina...'

Tina tertegun...pria misterius itu pasti mempersiapkan semuanya dengan matang...dan matanya membelalak melihat dua dildo yang menggantikan sadel di sepeda itu....
Dildo yang dimodifikasi hingga akan bergerak naik turun seiring kayuhan pedal..
Lalu lengan kakek renta itu terulur menyerahkan helm sepeda, hand glove dan sepatu sport...
Tina makin kaget melihat keseriusan pria misterius itu....

Tiba-tiba suara pria misterius itu kembali terdengar memecah keheningan..
'Tina...Tina...Tina...where's your manner? Kakek itu sudah berpeluh membawakan kamu perlengkapan olahraga... where's your goddamn grattitude?'
'Te..terima kasih pak..', lirih Tina dengan wajah memerah sambil mengambil perlengkapan bersepedanya...
'Not enough..dear...'

Tina bingung... apa lagi yang diinginkan Simon?
'Lihat peluh kakek itu... setidaknya kamu lap hingga beliau merasa nyaman...'
Dengan bergetar tangan Tina yang kini terbalut glove tadi mendekati wajah sang kakek
'A...a...a...with your breast sweetheart...your breast....'
This guy is a complete pshyco...

Tina menengadahkan wajahnya sambil menggigit bibir bawahnya...ia mencoba menahan jatuhnya air mata, serta berusaha tidak melihat wajah nikmat sang kakek renta yang kini terbenam dalam kelembutan payudaranya dan melekatkan aroma peluh di payudaranya....

'Now...now...cukup basa basinya...you still have planty to do babe....'

'Makasih neng... toketnya empuk....hehehe' seloroh sang kakek sambil tersenyum binal menjauhi Tina
Bajingan... kakek renta keparat....semua makian teredam dilontarkan Tina karena penghinan sang kakek yang ternyata seperti apa yang diprediksi Simon.. tidak semua orang itu suci... dan airmatanya pun tak sanggup lagi dibendung...
******

'Ready for your firs task, Tina?'
Tina menghapus airmatanya dan berusaha tegar....
'Simon sez....bersepeda ke peternakan kuda di pamulang!'

Tubuh Tina seakan membeku... bersepeda sejauh itu?....
'Tenang saja sayang... kami akan memantau pergerakanmu....atau mungkin rekan-rekan wartawanmu akan senang meliput secara langsung perjuanganmu hahaha....'
'Oh cheer up Tina... seberapa sering seseorang dalam hidupnya memegang kunci keselamatan nyawa orang lain...'

Tina tersentak...pikirannya kembali pada sosok ibu yang merengkuh jenasah putrinya...foto bayi montok itu....

Tina bersusah payah untuk memasukkan dua dildo itu dke dalam vagina dan anusnya.. bahkan dirinya sampai harus melicinkan kedua dildo dengan liurnya., namun tetap vagina dan terutama anusnya merasa terkoyak karena tubuhnya sama sekali tidak siap untuk dmasuki benda asing tersebut.
Namun teringat nyawa sesamanya, Tina berusaha tegar dan dengan erangan dan desisan perih tertahan, Tina mulai mengayuh sepeda onthel itu...

Peluh membasahi tubuh Tina yang terbakar mentari, vagina dan anusnya memar karena gesekan konstan dengan dildo itu... bahkan beberapa kali Tina terjatuh karena orgasme yang tak dapat ditahannya...ya, walau bagaimana Tina berusaha melawan namun syaraf tubuhnya berkata lain, rangsangan konstan itu jelas membuat tubuhnya mengalami orgasme...Namun, hal itu juga menjadi bumerang bagi dirinya yang kini makin sering meringis menahan perih akibat dipaksa orgasme berkali-kali dan gesekan dildo yang jelas membuat vagina dan anusnya iritasi...
*******
Kaca gedung itu menampilkan perjuangan, kesakitan, dan orgasme Tina dengan gamblang....
Semua terkesima....bahkan yang teralimpun tak mampu mengalihkan pendangan dari gambaran tubuh yang berpeluh itu....
Bahkan kini tanpa disadari sebagian mulai menggesek kemaluan mereka sendiri yang masih terbungkus celana, atau rok...

*******
Mulut Tina meringis dan menganga menahan perih ketika ia beringsut melapaskan vagina dan anusnya dari dildo di sepeda itu. Kakinya bergetar, karena letih setelah mengayuh jauh dan karena orgasme berlarutnya....

Kini di hadapannya nampak seorang joki wanita tersenyum menghina.
'Selamat datang Tina Talisa... tugas keduamu sudah menanti....'

Tina menjerit ketika pantatnya disabet dengan pecut kuda oleh joki itu..
Dengan tertatih Tina melangkahkan kakinya menghindari pecutan bertubi ke pantat, paha dan betisnya, hingga meninggalkan jalur-jalur ungu di kulitnya yang mulus itu.
Joki tadi menerenggut helm dan hand glove Tina hingga kini presenter itu hanya berbalut sport shoes...

'Now bitch...start working...'
Tumpukan jerami di hadapan Tina membuatnya kelu....
Tina mengeluarkan tenaga extra untuk menarik tumpukan jerami pertama...

'On your back... bitch!' seru sang joki sambil menyabet punggung Tina...
Tina kini harus menahan beban di punggungnya dan menahan gatal yang diberikan jerami itu.
'You have to feed all herd of our stalions baby...thirty off them..'

Tina benar-benar lemah, sekujur tubuhnya mulai gatal-gatal karena kini jerami itu telah merasai kelembutan kulit sang gadis terutama ketika Tina harus merngkuh jerami dalam pelukannya untuk memberi makan kuda-kuda itu....
Karea hausnya, tanpa ragu Tina meminum air dari ember minum kuda, namun baru satu teguk yang diminumnya....

Pecutan bertubi membuat Tina berguling melindungi diri, terutama karena joki itu dengan bernafsu memecuti payudara, pantat, vagina dan bahkan wajahnya....
'One more drink... and the baby will go boom...boom'
Tina menggigil antara takut dan kesakitan...
'I'll tell you what you can drink bitch... but not untill you clean up the mess....'

Tina merangka mengikuti sang joki yang menjambak rambutnya...
Bau busuk segera menerjang... dan...
'Clean those shit out of this stable...'

Sang joki mengambil shot gun lalu melempar pendorong kayu pada Tina...
'You're lucky... you don't have to use your hand to do that shit.... now clean it!'

Kini tubuh Tina ternodai oleh kotoran kuda di peternakan itu, aroma busuk itu seakan mau merendahkan martabat sang presenter yang terkenal dengan pertanyaannya yang cerdas itu.
Tangan Tina melepuh karena tak pernah bekerja sekeras ini, namun demi mengingat nyawa yang menjadi tanggunannya.....

'Now bitch...are you thirsty?'
Anggukan lemah Tina membangkitkan binar mata sang joki yang dengan santai berkata
'Just suck on the horses baby... and drink their juice...hahahhaha...'
Dunia seakan berputar bagi Tina....

Ia harus mengoral kuda untuk minum? Mulut yang telah mengeluarkan ribuan pertanyaan, membuat banyak ahli tergagap... kini dihruskan mengoral bahkan bukan penis manusia?
Namun rasa dahaga dan keinginannya untuk hidup membuatnya rela merendahkan diri...
Tina merangkan ke bawah perut stalion dan mulai merangsang sang kuda...lalu dengn perlahan mejilati penis besar irtu, untuk kemudian menghisap-hisap kepala penis yang masiv itu
Semburan sperma itu begitu deras hingga tak bisa tertelan seluruhnya oleh Tina hingga membasahi wajah, dada dan perutnya...

'Not so fast bitch...' kata sang joki sambil meninju perut Tina hingga megap-megap.
'Twenty nine more to go...'
Dan mulut serta tangan Tina silih berganti merangsang tiap kuda hingga berejakulasi, hingga seluruh tubuhnya tertutup sperma kuda, dan dirinya mual karena meminum bergalon sperma kuda.....Di depan tubuh limbungnya ada sebuah intercom, suara Simon terdengar....
'Well done...but still a long shot ... Ready for the third one?'
*******

Sepeda itu limbung... Tina memaksakan kakinya yang lemah untuk mengayuh sepeda itu... ke tujuan berikutnya....
******
Tempat pembuangan akhir sampah di kawasan bekasi....

Perintahnya jelas,
Petunjuk untuk menghentikan kegilaan ini, ditimbun di tempat pembuangan akhir sampah tersebut...
Di mana?

'Have fun babe...hahahahaha'
Tawa menjijikan Simon mengiring keberangkatan Tina menuju lokasi yang dimaksud

Dan kembali sambil bertelanjang bulat, terbakar mentari. Dengan vagina serta anus yang diexpansi dildo. Serta iringan kamera. Tina mengayuh sepedanya...
Kini, di hadapannya terbentang lautan sampah. Aroma busuk menyerang pernafasan sang reporter perutnya mual, namun terpaksa ditahannya...
Ia harus segera mencari petunjuk itu...

Dengan menahan jijik Tina mulai membongkar tumpukan sampah yang menggunung itu, tak lama sebelum tubuh terutama tangannya dinodai sampah-sampah yang bertebaran, bahkan bekas muntahan dan bekas-bekas makanan yang mulai membusuk dan berbelatung. Maka tak lama kemudian Tina mulai sibuk mengusir lalat-lalat hijau yang mulai merubung.

Namun ternyata perjuangan sang reporter masih jauh dari selesai.
Jambakan di rambut panjangnya membuat sang reporter terbanting, ia melihat seorang pemulung perempuan berdiri mengangkanginya.
'Brengsek lu, ya... ngapain lu ngacak-ngacak lapak gua!' bentak sang pemulung...
'Ma...ma..maaf bu... saya mencari sesuatu...saya harus menyelematkan nyawa orang...to....'

Bugh...

Tendangan pemulung tadi menghentikan hibaan Tina...
'Emang gua pikirin.. gua lebih peduli nyawa gua dibandingin nyawa orang', ketus sang pemulung sambil mennedang perut Tina, hingga sang reporter menringkuk kesakitan.
Tina menahan sedih dan pedih, terutama ketika ia melihat rekan-rekan sesama wartaannya tidak membantunya sama sekali malah asyik merekam kemalangannya, bahkan ada yang nekad bermasturbasi sambil melihat penderitaannya..

Tanpa kasihan pemulung itu menginkan wajah kepala Tina hingga terbenam di tumpukan sampah dan berkata...
'Lu pasti nyari tempat buat aborsi, kan?..lonte kaya lu, udah hamil, mau aborsi di sini!' hina sang pemulung...
'Dari pada lu aborsi...mending lu gua kuatin kandungannya, ya...hahahahaha'

Ketika kaki sang pemulung terangkat dari kepalanya, Tina menoleh dan terkejut karena banyak pemulung pria yang menatapnya liar, celana mereka sudah terbuka, penis mereka mengacung...

Tina coba menjauh, namun dirinya sudah terkepung... seorang pengemis menarik kaki Tina yang berbalut sports shoe yang warnanya sudah kusam itu, membentangkan pahanya dan...

Tina menjerit sejadinya ketika penis itu menghujam vaginanya yang masih kering...namun teriakannya tak berlangsung lama, karena ada pemulung lain yang dngan seenaknya menduduki mulut Tina dan memaksa sang reporter menjilati anusnya.
Tina hampir muntah...pemulung itu belum cebok.....

Kemudian pemulung lain memaksa Tina menaiki penisnya... dan jeritan kembali terdengar dari mulut Tina kaetika anusnya disodomi dengan brutal oleh pemulung lainnya. Dan dalam hitunga detik, mulut Tina dipaksa melakukan deepthroath...
Entah berapa banyak dan berapa lama Tina melayani para pemulung itu, yang bahakan dengan kejamnya melakukan double vaginal dan double anal pada dirinya ingga lubang vagina dan anusnya membuka lebar...

Tawa kemenangan samar para pemulung mengiringi kaburnya pandangan Tina yang tertutup sperma dan sampah, serta aroma kencing yang disiramkan pemerkosanya sembarangan di wajah dan sekujur tubuhnya.
Lalu pandangannya teduh...pemulung perempuan tadi kembali menghampirinya...
'Kamu kuat juga lonte.... sebenarnya aku ingin menyimpan kamu untuk hiburan di sini cuma sayang tuan Simon berkehendak lain...'
Tina terperangah... persiapan Simon sampai sejauh ini...
Bahkan di tempat ini...

'Ini tujuanmu berikutnya' ujar pemulung tadi melemparkan sebuah kertas lusuh pada Tina...
'sebaiknya kamu bergegas... waktumu hampir habis... bayi montok.... nyawa dalam gedung....'

Dan dengan tertatih Tina bangkit dan mulai berjalan menjauhi penampungan sampah itu... dan sayup terdengar...'nanti ke sini lagi, ya lonte..hahahaha...kita bikin anak lagi hahahahahaha.'

*****
Aliran kali ciliwung menanti Tina yang sudah setengah sadar berdiri terhuyung. Petunjuk berikutnya jelas.. ia harus berenang menyusuri kali yang terkenal kotor, dan gudang sampah itu sampai ke pintu air dan mengambil petunjuk berikutnya...
Mata sang reproter nanar karena melihat kotornya sungai yang sebentar lagi akan membasuh tubuhnya...

Menguatkan diri, Tina melompat ke sungai dan mulai berenang... dirinya harus mengelakan beragam sampah yang dibuang ke sungai itu, mulai dari samaph rumah tangga, limbah industri, batangan kayu, hingga bangkai anjing, kucing dan tikus....
Belum lagi ketika ia berenang di bawah jamban, kepala dan punggungnya terkena tinja warga sungai yang mendadak berlomba-lomba buang hajat.

Mulut sungai sudah nampak, kini kembali gunungan sampah yang tersangkut di pintu air menghalangi tujuannya meraih sebuah tabung yang terdapat di atas pintu air... bersusah payah Tina melalui gundukan sampah itu...

Tugas terakhir.....

Akhirnya....

Namun....

Mata Tina terbelalak....

******
Rumah sakit jiwa terkenal di Jakarta

Seorang pria berpakaian perawat menyambut kedatangan Tina yang kuyu itu...
'Nona Tina... ternyata gangguan jiwa anda sudah parah...'
Tina hanya terdiam menyadari keadaannya yang memang tak karuan itu, dengan tubuh telanjang...berbalut kotoran beragam sampah dan kotoran manusia yang melekat di tubuhnya, rambutnya....
Bahkan Tina hanya diam ketika perawat itu mengenakan rantai di lehernya dan menarikn bagai hewan ke tengah lapangan menyiramnya dengan selang, memandikannya dengan detergen, bahkan menggunakan sabun colek...

Tina hanya pasrah dengan perlakuakn tak senonoh para perawat yang merabai tubuhnya, mengaduki vagina dan anusnya dengan kasar, lalu menyeretnya ke sebuah bangsal dan berkata...
'Be a good bitch, okay... ujian terakhirmu ada di ujung lorong ini... selamat berjuang!'

Dan dengan semena-mena, perawat tadi menendang pantat montok Tina hingga reporter itu terjengkang.
Di kejauhan Tina melihat kalau di ujung lorong itu terdapat sebuah pilar, dan di atas pilar itu terdapat sebuah remote...

Semangat tina muncul lagi... dia berlari secepatnya ke arah remote itu, namun mendadak, pintu-pintu sel yang berada di sepanjang jalur itu terbuka... Tina berusaha tak meperdulikan itu semua. Namun cekalan di kakinya membuat sang reporter terjungkal. Kaki Tina menyepak sembarangan mencoba melepaskan diri, namun tangan-tangan itu semakin banyak... kini kedua pergelangan kakinya sudah tercekal, Tina berusaha meronta...

Para penghuni ruah sakit jiwa itu, dengan keadaan mengenaskan dan telanjang bulat jelas tidak merasai cakaran, tendangan, dan rontaan Tina, terlebih ketika mereka semua disuntik perangsang dosis tinggi hingga birahi mereka menggelegak...
Tina panik, orang-orang gila itu menguncinya erat, dan mulai menggerayangi tubuhnya, mebasahi tubuhnya dengan liur mereka yang bau... menggigiti payudaranya hingga meninggalkan bercak merah dan ungu....

Tina berusaha meronta, dengan beringsut merangkak ia mencoba mendekati pilar yang nampak makin jauh... terlebih ketika tubuuhnya kembali ditarik dalam keroyokan orang gila yang mulai mengaduk-aduk vagina dan anus sang reporter...
Namun Tina tetap bertahan...nyawa bayi itu...nyawa para sandera...

Tangan Tina beara dekat sekali dengan pilar itu... sementara tuuhnya sudah habis dikerubuti orang gila, yang mulai memaksakan penis mereka masuk ke anus dan vagina sang reporter...

Aku pasti bisa.... selamatkan mereka Tina....selamatkan mereka....

Tangan Tina terulur....

Menyentuh pilar dan....

Bunti desis....

Jebakan....

ubin di bawah pilar itu terbuka dan pilar itu jatuh ke dalam lubang yang ada di bawah ubin.....

'Nooooooo.....' lengking Tina pilu, ketika remote itu ikut jatuh ke dalam lubang....

Bayangan bayi...sandera....bom...nyawa.....

Semuanya berkelebatan di hadapan mata Tina yang terdiam karena shock....
Tak perduli lagi dengan jamaahan tangan... tak perduli lagi vagina dan anusnya diisi penis orang gila...tak perduli lagi ketika mulutnya mulai sibuk mendeepthroath penis-penis menjijikan itu....

Jiwa Tina sudah kosong... ia sudah kalah... dan kini nyawa sandera itu tak tertolong lagi....
Tina tetap diam....sementara pemerkosanya makin banyak...makin liar...makin brutal...
*****
Big screen di gedung itu menampilkan adegan terakhir dengan dramatisnya sebelum...

Semua kaca menjadi putih... dan di tengah display tertera hitungan mundur...
5...4...3...2...1...

Semua panik... mencoba lari semua mencoba berlindung....

dan...

Hahahahahahaha.....

Tawa nyaring sang teroris terdengar....

Semua terdiam, heran, memandang ke arah gedung...

Sebuah kalimat tertampang.....

WHY SO SERIOUS......
*****

Epilog...
Gedung itu ternyata kosong...
Korban yang dibunuh sebenarnya ama dengan julah korban yang ada di gedung...tak ada sandera lain....
Tak ada bom yang lain....

Pasangan yang menangis berpelukan menjelaskan kalau mereka hanya sepasang kekasih... belum menikah... belum punya anak....
Lalu foto itu? foto keponakan mereka.... mereka menangis karena terharu...dan tanpa sadar foto itu terlepas....

Siapakah Simon?...
Kenapa kalimat itu yang digunakan?
Dimanakan dia?
Apakah tujuannya?...

Tak ada penjelasan...
Tak ada kejelasan...

Mungkin benar kata Alfred...
Some People Just Want to See the World Burns...

Sementara di rumah sakit jiwa....
Tina tetap terdiam... membiarkan penis demi penis mengisi vagina, anus dan mulutnya....
Tubuh telanjangnya tetap terawat, karena selain sebagai penampungan sperma para pasien rumah sakit jiwa, terkadang masih ada pelanggan lain yang ingin merasakan nikmatnya tubuh sang mantan presenter kondang, walau mereka datang dalri kalangan rendahan....

Namun tak ada yang berniat membebaskannya
Tak ada yang peduli...tak ada yang iba....
Sang reporter terlupakan.....

End
****