Monday, February 22, 2010


Celebrity Nigthmare: Tina Talisa ...

-The preparation-
Ketiga tawanan dengan angan terikat ke belakang itu beringsut ketika pria bersenjata itu mendekati mereka, bersimpuh pada sebelah lutut dan memandang security yang berwajah garang itu.
'good.. kamu tidak takut kematian'

Dua wanita menarik di samping security yang kini terkulai dengan kepala berlubang hadiah tembakan berteriak histeris, terutama ketika percikan darah dan otak pria malang itu menghiasi wajah, pakaian dan tubuh mereka.

Pria itu....
Mendekati wanita yang seorang di antara mereka mampu mengatasi terror itu dan matanya menantang sang pria.
Dengusan nafas memburu wanita itu tertera jelas dari blouse yang bergerak cepat, namun mata sang wanita tetap menantang bahkan ketika laras peredam pistol itu bersentuhan dengan pelipisnya....

'click'...
tawa serak pria itu pecah melihat ekspresi wajah sang wanita dan lonjakan tubuhnya ketika mendengar pelatuk itu bersentuhan dengan body pistol.
'untuk seorang pemberani....'leceh sang pria, 'kencingmu tetap bau...hahahaha'. Dan mata sang wanita bagai ingin melonjak keluar rongganya mendengar pelecehan tentang selangkangannya yang kini basah dan kini dirasakannya membasahi bokong indahnya.
'Now....kamu mau hidup atau...' dan ludah wanita itu yang tak lama terbungkam lakban itu menjawab semuanya.

Dan kini pria itu berdiri di hadapan wanita kedua yang nampak menggigit bibir nya sendiri menahan gairah, dengan tatapan binal ia mendesah...
'I'll do it... let's teach that bitch some lesson...'
Kembali tawa serak berbalut dengus kenikmatan memenuhi ruangan itu ketika pria itu berdiri berkacak pinggang sambil menikmati deepthroath dari wanita yang rela menjadi budaknya itu....

the prep is ready...
Now... show time...
***********

Sirine yang meraung, baling-baling helikopter yang menderu.. ditingkahi pengeras suara polisi yang sibuk mengatur kerumunan masa membuat adrenalin meningkat di udara...

Kaaabooomm!!!!

Ledakan awal di loby gedung itu cukup membuat para penegak hukum berpikir seribu kali untuk mengulangi aksi serbu mereka, dan akhirnya mereka menyadari kalau seluruh gedung sudah dipasangi peledak berkekuatan tinggi.

It's been one whole year... renung pria itu mengingat persiapan yang dilakukan demi terlaksananya hari ini...failure is not an option...
*******

'Lepaskan para sandera... dan kami akan membiarkanmu hidup... kamu sudah terke...shit!'
Mata komandan pasukan itu membelalak melihat sesosok tubuh terjun bebas dari jendela lantai 15...
Dan mayat security garang itu menyentuh bumi....

'Komandan...anda sama sekali tidak berada dalam posisi memerintah...pertunjukkan ini milikku!' gaung suara pria itu memenuhi udara
'Pertunjukan!' raung komandan polisi itu...'Nyawa orang kamu jadikan mainan? brengsek! sekali lagi kamu lakukan itu aku tak ragu-ragu untuk menembak kamu!'

Teriakan seorang manager yang terlempar dari lantai itu membungkam seluruh orang dengan kengerian....
Hening....

'I dare you..', kata pria itu dingin....

Dan kepala polisi itu sadar kalau kini yang dihadapinya adalah orang yang sangat berbahaya...
******

'Now...' seru pria itu memecah keheningan, 'sekarang kita mulai sesi tawar menawar kita....'

'Aha...' pikir kepala polisi itu, 'ternyata pada dasarnya ia punya tuntutan....gotcha'

'Sebutkan keinginanmu, jagoan...kalau masuk akal akan kami penuhi. Namun kalau tidak... berapapun korbanmu...'

Kaaabooooommmm!

Ledakan di lantai dua cukup untuk membuat sang komandan sadar kalau karirnya sudah tamat.....
****
'Apa kita sudah bisa serius?' tanya sang pria sambil memantau pergantian komandan lapangan dengan senyum jahatnya
'Ya, kami siap mendengar tuntutanmu.... maafkan kekasaran kami sebelumnya, cuma kami minta tolong jangan sakiti sanderamu yang lain....' ujar komandan lapangan yang baru.
'Untuk setip kepatuhan akan ada harganya teman...'

'So.. . apa tuntutanmu kawanku?' rayu komandan lapangan itu, 'sebutkan hargamu....'
'Hahaha..my friend' ejek sang pria, 'permintanku sederhana sekali....'

'booom'

'Well at least you've tried' keluh pria itu sambil mengamati komandan lapangan yang nampak geram
'Oke... name it!' sergah sang komandan...
'Aku mau wawancara exclusieve, dengan orang yang saya inginkan... lalu setelahnya maybe, just maybe, aku akan jabarkan tuntutanku.'
*****

Tina Talisa berdiri di antara gedung dan barikade polisi, tangannya bergetar memegang wireless microphone. Ketegangan nyata di wajahnya, menyadari ia yang ditunjuk untuk melakukan 'wawancara exclusieve' itu.
Kilatan blits dan sorot kamera makin memperjelas ketegangan di wajahnya...

Namun keprofesionalannya tergelitik, bahkan jauh di dasarhatinya ada keinginan untuk dapat menaklukkan sang teroris melalui wawancaranya dan menjadi pahlawan.

'Maaf, pak.. sebelum kita mulai wawancara ini apakan bapak berkenan memperkenalkan diri pada para pemirsa sehingga kita bisa lebih saling mendalami satu dengan yang lain...'
'Pangil aku Simon...' suara parau pria itu bergaung kembali dari lantai 15, dan dengan semangat polisi langsung mencari database kriminal yang menggunakan nama Simon...

'Ada... nama terakhir pak Simon?' tanya Tina untuk mengulur waktu...
'Sez'...hehehe...' kekeh pria itu terdengar menjijikkan, dan semuanya tertegun... Tina yang pertama menyadari nama unik itu....

'Pak... anda tidak sedang bercanda kan?' tanya Tina dengan gugup

Tubuh satpam lainnya jatuh berdebum, Tina terhenyak diam...lalu dengan bergetar ia berkata..
'Baiklah Simon...anda sudah menjelaskan niat anda, sekarang apa tuntutan anda..'
'Actually... i'm in the mood of playing.... and I challenge you to win this game.....'
'Dan kalau saya menolak?' tantang Tina dengan lantang, melempar mike dan berbalik meninggalkan lokasi...

Namun baru saja ia melangkah, seorang ibu setengah baya, bersimpuh memeluk kaki Tina dan menangis sejadi-jadinya..
'Tolong anakku, mBak....tolong... dia ada dalam gedung itu...'
Tina berkata dingin...
'Maaf bu...memohonlah pada psikopat di atas sana...barangkali ia akan melepaskan anak ibu....'

Belum habis gema perkataan Tina....
Dan debuman tubuh seorang wanita muda mebuat Tina shock, terlebih desis kemarahan terdengar dari arah gedung...
'Be careful of what you wish for....'

Tina benar-benar shock, terutama ketika melihat ibu tadi berlari memeluk tubuh anaknya yang sudah tidak bernyawa.... meraung mengutuki Tina...
'Kamu bisa menolong dia.... kamu membunuh anakku!'

Pandangan Tina kabur...air mata menggenangi pelupuknya...namun sempat ia melihat pasangan muda yang berpelukan bertangisan....dan lembar foto yang perlahan terlepas dan terjatuh ke aspal membuat Tina jatuh bersimpuh...foto bayi montok.....
Tina berkata lirih...namun pria itu tetap dapat menangkapnya. Thanks to all TV channel yang meliput kejadian ini....
'You win...apa yang harus aku lakukan?'
'Well anything that I asked you to!' tegas pria itu....

Dengan lunglai Tina bangun dan menghadap gedung itu lagi...
'Name it...'
'Pertama....strip!'

Tina tertegun...pria itu baru saja memintanya telanjang bulat di depan banyak pasang mata...pria itu ingin melecehkannya....namun..
Bergetar tangan Tina membuka kancing kemejanya dan membiarkan tubuh atasnya terbuka terekspose mentari hanya berbalut bra itam berenda yang sexy...
Kemudian celana jeansnya tercampak, dan kini Tina bisa merasakan kalau banyak tegukan liur mulai terdengar...

Komandan polisi maju, menutupi tubuh Tina dengan jaketnya...
'Bajingan...aku tak bisa membiarkan kegilaan ini berlanjut...'

'Hahahaha, I can commander... dan hati-hati...tidak semua orang sesuci kamu...'

Blam...

Tina histeris ketika percikan otak sang komandan bertebaran di wajahnya.....
'Now... shall we continue.... banyak orang ingin melihat ketelanjanganmu Tina...'
Pria itu sama sekali tidak membiarkan Tina pulih dari shocknya, justru menambah beban psikologis sang presenter hingga takluk sepenuhnya...
Tina sadar kalau perkataan pria itu benar...

Banyak orang yang ingin melihat dirinya dipermalukan, ditelanjangi-kiasan maupun harafiah-. Dan Tina sadar kebenaran ucapan pria misterius itu, karena nampaknya hanya sang komandan yang berani bertindak, sementara yang lainnya berekpresi antara takut, dan bernafsu...
Dan Tina bisa merasakan nafas tertahan, ketika sinar mentari menerangi tubuh telanjangnya, tubuh yang dihiasi bercak darah dan otak sang komandan...

Namun degradasi Tina belum berakhir karena entah bagaimana tiba-tiba kaca-kaca gedung di hadapannya mendadak menyadi sebuah screen besar dan ketelanjangan tubuhnya kini menjadi sorotan utama, hingga kini hisapan liur tak tertahan yang keluar dari mulut ternganga terdengar jelas...
Tina hanya bisa berharap mimpi buruk itu segera berakhir...

Namun harapan tinggal harapan... ketika kemudian sorang kakek renta menuntun sebuah speda onthel mendekati Tina.
'Neng...ini sepeda pesanan neng Tina...'

Tina tertegun...pria misterius itu pasti mempersiapkan semuanya dengan matang...dan matanya membelalak melihat dua dildo yang menggantikan sadel di sepeda itu....
Dildo yang dimodifikasi hingga akan bergerak naik turun seiring kayuhan pedal..
Lalu lengan kakek renta itu terulur menyerahkan helm sepeda, hand glove dan sepatu sport...
Tina makin kaget melihat keseriusan pria misterius itu....

Tiba-tiba suara pria misterius itu kembali terdengar memecah keheningan..
'Tina...Tina...Tina...where's your manner? Kakek itu sudah berpeluh membawakan kamu perlengkapan olahraga... where's your goddamn grattitude?'
'Te..terima kasih pak..', lirih Tina dengan wajah memerah sambil mengambil perlengkapan bersepedanya...
'Not enough..dear...'

Tina bingung... apa lagi yang diinginkan Simon?
'Lihat peluh kakek itu... setidaknya kamu lap hingga beliau merasa nyaman...'
Dengan bergetar tangan Tina yang kini terbalut glove tadi mendekati wajah sang kakek
'A...a...a...with your breast sweetheart...your breast....'
This guy is a complete pshyco...

Tina menengadahkan wajahnya sambil menggigit bibir bawahnya...ia mencoba menahan jatuhnya air mata, serta berusaha tidak melihat wajah nikmat sang kakek renta yang kini terbenam dalam kelembutan payudaranya dan melekatkan aroma peluh di payudaranya....

'Now...now...cukup basa basinya...you still have planty to do babe....'

'Makasih neng... toketnya empuk....hehehe' seloroh sang kakek sambil tersenyum binal menjauhi Tina
Bajingan... kakek renta keparat....semua makian teredam dilontarkan Tina karena penghinan sang kakek yang ternyata seperti apa yang diprediksi Simon.. tidak semua orang itu suci... dan airmatanya pun tak sanggup lagi dibendung...
******

'Ready for your firs task, Tina?'
Tina menghapus airmatanya dan berusaha tegar....
'Simon sez....bersepeda ke peternakan kuda di pamulang!'

Tubuh Tina seakan membeku... bersepeda sejauh itu?....
'Tenang saja sayang... kami akan memantau pergerakanmu....atau mungkin rekan-rekan wartawanmu akan senang meliput secara langsung perjuanganmu hahaha....'
'Oh cheer up Tina... seberapa sering seseorang dalam hidupnya memegang kunci keselamatan nyawa orang lain...'

Tina tersentak...pikirannya kembali pada sosok ibu yang merengkuh jenasah putrinya...foto bayi montok itu....

Tina bersusah payah untuk memasukkan dua dildo itu dke dalam vagina dan anusnya.. bahkan dirinya sampai harus melicinkan kedua dildo dengan liurnya., namun tetap vagina dan terutama anusnya merasa terkoyak karena tubuhnya sama sekali tidak siap untuk dmasuki benda asing tersebut.
Namun teringat nyawa sesamanya, Tina berusaha tegar dan dengan erangan dan desisan perih tertahan, Tina mulai mengayuh sepeda onthel itu...

Peluh membasahi tubuh Tina yang terbakar mentari, vagina dan anusnya memar karena gesekan konstan dengan dildo itu... bahkan beberapa kali Tina terjatuh karena orgasme yang tak dapat ditahannya...ya, walau bagaimana Tina berusaha melawan namun syaraf tubuhnya berkata lain, rangsangan konstan itu jelas membuat tubuhnya mengalami orgasme...Namun, hal itu juga menjadi bumerang bagi dirinya yang kini makin sering meringis menahan perih akibat dipaksa orgasme berkali-kali dan gesekan dildo yang jelas membuat vagina dan anusnya iritasi...
*******
Kaca gedung itu menampilkan perjuangan, kesakitan, dan orgasme Tina dengan gamblang....
Semua terkesima....bahkan yang teralimpun tak mampu mengalihkan pendangan dari gambaran tubuh yang berpeluh itu....
Bahkan kini tanpa disadari sebagian mulai menggesek kemaluan mereka sendiri yang masih terbungkus celana, atau rok...

*******
Mulut Tina meringis dan menganga menahan perih ketika ia beringsut melapaskan vagina dan anusnya dari dildo di sepeda itu. Kakinya bergetar, karena letih setelah mengayuh jauh dan karena orgasme berlarutnya....

Kini di hadapannya nampak seorang joki wanita tersenyum menghina.
'Selamat datang Tina Talisa... tugas keduamu sudah menanti....'

Tina menjerit ketika pantatnya disabet dengan pecut kuda oleh joki itu..
Dengan tertatih Tina melangkahkan kakinya menghindari pecutan bertubi ke pantat, paha dan betisnya, hingga meninggalkan jalur-jalur ungu di kulitnya yang mulus itu.
Joki tadi menerenggut helm dan hand glove Tina hingga kini presenter itu hanya berbalut sport shoes...

'Now bitch...start working...'
Tumpukan jerami di hadapan Tina membuatnya kelu....
Tina mengeluarkan tenaga extra untuk menarik tumpukan jerami pertama...

'On your back... bitch!' seru sang joki sambil menyabet punggung Tina...
Tina kini harus menahan beban di punggungnya dan menahan gatal yang diberikan jerami itu.
'You have to feed all herd of our stalions baby...thirty off them..'

Tina benar-benar lemah, sekujur tubuhnya mulai gatal-gatal karena kini jerami itu telah merasai kelembutan kulit sang gadis terutama ketika Tina harus merngkuh jerami dalam pelukannya untuk memberi makan kuda-kuda itu....
Karea hausnya, tanpa ragu Tina meminum air dari ember minum kuda, namun baru satu teguk yang diminumnya....

Pecutan bertubi membuat Tina berguling melindungi diri, terutama karena joki itu dengan bernafsu memecuti payudara, pantat, vagina dan bahkan wajahnya....
'One more drink... and the baby will go boom...boom'
Tina menggigil antara takut dan kesakitan...
'I'll tell you what you can drink bitch... but not untill you clean up the mess....'

Tina merangka mengikuti sang joki yang menjambak rambutnya...
Bau busuk segera menerjang... dan...
'Clean those shit out of this stable...'

Sang joki mengambil shot gun lalu melempar pendorong kayu pada Tina...
'You're lucky... you don't have to use your hand to do that shit.... now clean it!'

Kini tubuh Tina ternodai oleh kotoran kuda di peternakan itu, aroma busuk itu seakan mau merendahkan martabat sang presenter yang terkenal dengan pertanyaannya yang cerdas itu.
Tangan Tina melepuh karena tak pernah bekerja sekeras ini, namun demi mengingat nyawa yang menjadi tanggunannya.....

'Now bitch...are you thirsty?'
Anggukan lemah Tina membangkitkan binar mata sang joki yang dengan santai berkata
'Just suck on the horses baby... and drink their juice...hahahhaha...'
Dunia seakan berputar bagi Tina....

Ia harus mengoral kuda untuk minum? Mulut yang telah mengeluarkan ribuan pertanyaan, membuat banyak ahli tergagap... kini dihruskan mengoral bahkan bukan penis manusia?
Namun rasa dahaga dan keinginannya untuk hidup membuatnya rela merendahkan diri...
Tina merangkan ke bawah perut stalion dan mulai merangsang sang kuda...lalu dengn perlahan mejilati penis besar irtu, untuk kemudian menghisap-hisap kepala penis yang masiv itu
Semburan sperma itu begitu deras hingga tak bisa tertelan seluruhnya oleh Tina hingga membasahi wajah, dada dan perutnya...

'Not so fast bitch...' kata sang joki sambil meninju perut Tina hingga megap-megap.
'Twenty nine more to go...'
Dan mulut serta tangan Tina silih berganti merangsang tiap kuda hingga berejakulasi, hingga seluruh tubuhnya tertutup sperma kuda, dan dirinya mual karena meminum bergalon sperma kuda.....Di depan tubuh limbungnya ada sebuah intercom, suara Simon terdengar....
'Well done...but still a long shot ... Ready for the third one?'
*******

Sepeda itu limbung... Tina memaksakan kakinya yang lemah untuk mengayuh sepeda itu... ke tujuan berikutnya....
******
Tempat pembuangan akhir sampah di kawasan bekasi....

Perintahnya jelas,
Petunjuk untuk menghentikan kegilaan ini, ditimbun di tempat pembuangan akhir sampah tersebut...
Di mana?

'Have fun babe...hahahahaha'
Tawa menjijikan Simon mengiring keberangkatan Tina menuju lokasi yang dimaksud

Dan kembali sambil bertelanjang bulat, terbakar mentari. Dengan vagina serta anus yang diexpansi dildo. Serta iringan kamera. Tina mengayuh sepedanya...
Kini, di hadapannya terbentang lautan sampah. Aroma busuk menyerang pernafasan sang reporter perutnya mual, namun terpaksa ditahannya...
Ia harus segera mencari petunjuk itu...

Dengan menahan jijik Tina mulai membongkar tumpukan sampah yang menggunung itu, tak lama sebelum tubuh terutama tangannya dinodai sampah-sampah yang bertebaran, bahkan bekas muntahan dan bekas-bekas makanan yang mulai membusuk dan berbelatung. Maka tak lama kemudian Tina mulai sibuk mengusir lalat-lalat hijau yang mulai merubung.

Namun ternyata perjuangan sang reporter masih jauh dari selesai.
Jambakan di rambut panjangnya membuat sang reporter terbanting, ia melihat seorang pemulung perempuan berdiri mengangkanginya.
'Brengsek lu, ya... ngapain lu ngacak-ngacak lapak gua!' bentak sang pemulung...
'Ma...ma..maaf bu... saya mencari sesuatu...saya harus menyelematkan nyawa orang...to....'

Bugh...

Tendangan pemulung tadi menghentikan hibaan Tina...
'Emang gua pikirin.. gua lebih peduli nyawa gua dibandingin nyawa orang', ketus sang pemulung sambil mennedang perut Tina, hingga sang reporter menringkuk kesakitan.
Tina menahan sedih dan pedih, terutama ketika ia melihat rekan-rekan sesama wartaannya tidak membantunya sama sekali malah asyik merekam kemalangannya, bahkan ada yang nekad bermasturbasi sambil melihat penderitaannya..

Tanpa kasihan pemulung itu menginkan wajah kepala Tina hingga terbenam di tumpukan sampah dan berkata...
'Lu pasti nyari tempat buat aborsi, kan?..lonte kaya lu, udah hamil, mau aborsi di sini!' hina sang pemulung...
'Dari pada lu aborsi...mending lu gua kuatin kandungannya, ya...hahahahaha'

Ketika kaki sang pemulung terangkat dari kepalanya, Tina menoleh dan terkejut karena banyak pemulung pria yang menatapnya liar, celana mereka sudah terbuka, penis mereka mengacung...

Tina coba menjauh, namun dirinya sudah terkepung... seorang pengemis menarik kaki Tina yang berbalut sports shoe yang warnanya sudah kusam itu, membentangkan pahanya dan...

Tina menjerit sejadinya ketika penis itu menghujam vaginanya yang masih kering...namun teriakannya tak berlangsung lama, karena ada pemulung lain yang dngan seenaknya menduduki mulut Tina dan memaksa sang reporter menjilati anusnya.
Tina hampir muntah...pemulung itu belum cebok.....

Kemudian pemulung lain memaksa Tina menaiki penisnya... dan jeritan kembali terdengar dari mulut Tina kaetika anusnya disodomi dengan brutal oleh pemulung lainnya. Dan dalam hitunga detik, mulut Tina dipaksa melakukan deepthroath...
Entah berapa banyak dan berapa lama Tina melayani para pemulung itu, yang bahakan dengan kejamnya melakukan double vaginal dan double anal pada dirinya ingga lubang vagina dan anusnya membuka lebar...

Tawa kemenangan samar para pemulung mengiringi kaburnya pandangan Tina yang tertutup sperma dan sampah, serta aroma kencing yang disiramkan pemerkosanya sembarangan di wajah dan sekujur tubuhnya.
Lalu pandangannya teduh...pemulung perempuan tadi kembali menghampirinya...
'Kamu kuat juga lonte.... sebenarnya aku ingin menyimpan kamu untuk hiburan di sini cuma sayang tuan Simon berkehendak lain...'
Tina terperangah... persiapan Simon sampai sejauh ini...
Bahkan di tempat ini...

'Ini tujuanmu berikutnya' ujar pemulung tadi melemparkan sebuah kertas lusuh pada Tina...
'sebaiknya kamu bergegas... waktumu hampir habis... bayi montok.... nyawa dalam gedung....'

Dan dengan tertatih Tina bangkit dan mulai berjalan menjauhi penampungan sampah itu... dan sayup terdengar...'nanti ke sini lagi, ya lonte..hahahaha...kita bikin anak lagi hahahahahaha.'

*****
Aliran kali ciliwung menanti Tina yang sudah setengah sadar berdiri terhuyung. Petunjuk berikutnya jelas.. ia harus berenang menyusuri kali yang terkenal kotor, dan gudang sampah itu sampai ke pintu air dan mengambil petunjuk berikutnya...
Mata sang reproter nanar karena melihat kotornya sungai yang sebentar lagi akan membasuh tubuhnya...

Menguatkan diri, Tina melompat ke sungai dan mulai berenang... dirinya harus mengelakan beragam sampah yang dibuang ke sungai itu, mulai dari samaph rumah tangga, limbah industri, batangan kayu, hingga bangkai anjing, kucing dan tikus....
Belum lagi ketika ia berenang di bawah jamban, kepala dan punggungnya terkena tinja warga sungai yang mendadak berlomba-lomba buang hajat.

Mulut sungai sudah nampak, kini kembali gunungan sampah yang tersangkut di pintu air menghalangi tujuannya meraih sebuah tabung yang terdapat di atas pintu air... bersusah payah Tina melalui gundukan sampah itu...

Tugas terakhir.....

Akhirnya....

Namun....

Mata Tina terbelalak....

******
Rumah sakit jiwa terkenal di Jakarta

Seorang pria berpakaian perawat menyambut kedatangan Tina yang kuyu itu...
'Nona Tina... ternyata gangguan jiwa anda sudah parah...'
Tina hanya terdiam menyadari keadaannya yang memang tak karuan itu, dengan tubuh telanjang...berbalut kotoran beragam sampah dan kotoran manusia yang melekat di tubuhnya, rambutnya....
Bahkan Tina hanya diam ketika perawat itu mengenakan rantai di lehernya dan menarikn bagai hewan ke tengah lapangan menyiramnya dengan selang, memandikannya dengan detergen, bahkan menggunakan sabun colek...

Tina hanya pasrah dengan perlakuakn tak senonoh para perawat yang merabai tubuhnya, mengaduki vagina dan anusnya dengan kasar, lalu menyeretnya ke sebuah bangsal dan berkata...
'Be a good bitch, okay... ujian terakhirmu ada di ujung lorong ini... selamat berjuang!'

Dan dengan semena-mena, perawat tadi menendang pantat montok Tina hingga reporter itu terjengkang.
Di kejauhan Tina melihat kalau di ujung lorong itu terdapat sebuah pilar, dan di atas pilar itu terdapat sebuah remote...

Semangat tina muncul lagi... dia berlari secepatnya ke arah remote itu, namun mendadak, pintu-pintu sel yang berada di sepanjang jalur itu terbuka... Tina berusaha tak meperdulikan itu semua. Namun cekalan di kakinya membuat sang reporter terjungkal. Kaki Tina menyepak sembarangan mencoba melepaskan diri, namun tangan-tangan itu semakin banyak... kini kedua pergelangan kakinya sudah tercekal, Tina berusaha meronta...

Para penghuni ruah sakit jiwa itu, dengan keadaan mengenaskan dan telanjang bulat jelas tidak merasai cakaran, tendangan, dan rontaan Tina, terlebih ketika mereka semua disuntik perangsang dosis tinggi hingga birahi mereka menggelegak...
Tina panik, orang-orang gila itu menguncinya erat, dan mulai menggerayangi tubuhnya, mebasahi tubuhnya dengan liur mereka yang bau... menggigiti payudaranya hingga meninggalkan bercak merah dan ungu....

Tina berusaha meronta, dengan beringsut merangkak ia mencoba mendekati pilar yang nampak makin jauh... terlebih ketika tubuuhnya kembali ditarik dalam keroyokan orang gila yang mulai mengaduk-aduk vagina dan anus sang reporter...
Namun Tina tetap bertahan...nyawa bayi itu...nyawa para sandera...

Tangan Tina beara dekat sekali dengan pilar itu... sementara tuuhnya sudah habis dikerubuti orang gila, yang mulai memaksakan penis mereka masuk ke anus dan vagina sang reporter...

Aku pasti bisa.... selamatkan mereka Tina....selamatkan mereka....

Tangan Tina terulur....

Menyentuh pilar dan....

Bunti desis....

Jebakan....

ubin di bawah pilar itu terbuka dan pilar itu jatuh ke dalam lubang yang ada di bawah ubin.....

'Nooooooo.....' lengking Tina pilu, ketika remote itu ikut jatuh ke dalam lubang....

Bayangan bayi...sandera....bom...nyawa.....

Semuanya berkelebatan di hadapan mata Tina yang terdiam karena shock....
Tak perduli lagi dengan jamaahan tangan... tak perduli lagi vagina dan anusnya diisi penis orang gila...tak perduli lagi ketika mulutnya mulai sibuk mendeepthroath penis-penis menjijikan itu....

Jiwa Tina sudah kosong... ia sudah kalah... dan kini nyawa sandera itu tak tertolong lagi....
Tina tetap diam....sementara pemerkosanya makin banyak...makin liar...makin brutal...
*****
Big screen di gedung itu menampilkan adegan terakhir dengan dramatisnya sebelum...

Semua kaca menjadi putih... dan di tengah display tertera hitungan mundur...
5...4...3...2...1...

Semua panik... mencoba lari semua mencoba berlindung....

dan...

Hahahahahahaha.....

Tawa nyaring sang teroris terdengar....

Semua terdiam, heran, memandang ke arah gedung...

Sebuah kalimat tertampang.....

WHY SO SERIOUS......
*****

Epilog...
Gedung itu ternyata kosong...
Korban yang dibunuh sebenarnya ama dengan julah korban yang ada di gedung...tak ada sandera lain....
Tak ada bom yang lain....

Pasangan yang menangis berpelukan menjelaskan kalau mereka hanya sepasang kekasih... belum menikah... belum punya anak....
Lalu foto itu? foto keponakan mereka.... mereka menangis karena terharu...dan tanpa sadar foto itu terlepas....

Siapakah Simon?...
Kenapa kalimat itu yang digunakan?
Dimanakan dia?
Apakah tujuannya?...

Tak ada penjelasan...
Tak ada kejelasan...

Mungkin benar kata Alfred...
Some People Just Want to See the World Burns...

Sementara di rumah sakit jiwa....
Tina tetap terdiam... membiarkan penis demi penis mengisi vagina, anus dan mulutnya....
Tubuh telanjangnya tetap terawat, karena selain sebagai penampungan sperma para pasien rumah sakit jiwa, terkadang masih ada pelanggan lain yang ingin merasakan nikmatnya tubuh sang mantan presenter kondang, walau mereka datang dalri kalangan rendahan....

Namun tak ada yang berniat membebaskannya
Tak ada yang peduli...tak ada yang iba....
Sang reporter terlupakan.....

End
****

2 comments:

story of ghia n gina said...

like it

pimp_lord said...

Thanks sis...

gimana perkembangan blognya?