Monday, December 12, 2011


The Horror of Celine Evangelista - 2: The Torture

Angin pantai menerpa tubuh sexy yang berbalut bikini putih itu... Celine begitu menikmati pembuatan film horror yang 'mengharuskan' dirinya bermain diindahnya pantai, gemuruh ombak dan suasana pantai yang indah membuat Celine merasa sangat tentram...

Namun sayang, kini segulung awan hitam berkumpul di kejauhan laut.... angin keras dan kencang menghancurkan kebahagiaan gadis itu... Celine bergerak menjauhi pantai mencoba mencari tempat berlindung. Ia terkejut, pantai itu menjadi tandus... tak ada tempat berlindung, ia seorang diri... tak tampak rombongan crew dan pemain yang lain yang sebelumnya beria-ria dengannya.

Celine panik... dinginya agin yang bertiup sangat kencang menyakiti tubuhnya... gadis itu mengigil, lalu... dengan mata membelalak ngeri, Celine melihat tembok ombak tinggi yang terbentuk di hadapannya...dan dengan buas menerjangnya.

Celine tersentak.... terbangun dari mimpi buruknya.

Tak lama, ketika seluruh sensor tubuhnya sudah sadar, gadis itu mengerang... ia kembali terisak sedih.... tubuh telanjangnya tergeletak tak berdaya di lantai gudang besar yang tak terawat tempat ia disekap oleh psikopatnya.

Denting rantai dan rasa perih di lehernya mengingatkan Celine akan rantai dan kalung besi yang menghiasi lehernya. Celine meringkuk menekuk kakinya ke arah dada... setidaknya cuma itu yang bisa ia lakukan karena tangannya masih terbelenggu di belakang tubuhnya hingga dirinya tak bisa mendekap lututnya untuk mendapatkan sedikit kehangatan melawan dinginya lantai kotor dan kasar gudang itu ,yang telah membuat kulitnya lecet, juga tak bisa melawan perih di maagnya yang sudah tiga hari ini tak diisi oleh makanan... not even a bowl of a dog food.


Bantingan keras di pintu gudang mengejutkan Celine, dengan pandangan berkunang-kunang gadis itu melihat ke arah sosok psikopat yang mendekatinya, nampak lelaki itu membawa sebuah cooler box di tangannya.
Lelaki itu meletakkan cooler tadi lalu dengan tak berperasaan lelaki itu mendorong wajah Celine dengan kakinya, hingga gadis itu terjengkang ke belakang.

Celine hanya menggeliat lemah ketika dengan seenaknya lelaki itu menginjak dan menggesekkan sepatunya larsnya ke bukit payudaranya bergantian kiri dan kanan.

'Sekitar satu jam lagi kamu akan menjalani banyak siksaan...' ujar lelaki itu dengan santai, sambil kini kakinya menekan dan membuat vagina Celine bagai keset.
Celine hanya mengerah lirih, tenaganya sudah habis untuk melawan maupun meronta.
'Ada kemungkinan besar kalau kamu akan mati' sambung lelaki itu tanpa menghiraukan perasaan gadis yang terbujur lemah di bawahnya
'Namun bila kamu sampai dapat bertahan... well, setidaknya hari-hari penyiksaanmu akan berlanjut.'

'Mengapa?' suara parau Celine keluar dari tenggorokan yang kering karena tak terkena cairan pelepas dahaga...
'Apa salahku?... kamu sudah siksa aku... perkosa aku...hina aku...' tanya celine dengan tebata-bata... tiap frase dari mulutnya menambah kesakitan di tubuhnya.

'Salahmu tidak ada... aku cuma ingin kamu menderita' pungkas lelaki itu, sambil berjalan ke salah satu bagian gudang, 'ah, ini dia...'
Celine melihat lelaki itu mendekatinya dengan membawa sebuah corong besar dengan selang sepanjang 20cm di bawahnya.
'Aku akan memberimu makanan...bila sampai kamu mati anggap ini makanan terakhirmu'.

Celine meronta-ronta, dengan tak berperasaan lelaki itu menghujamkan selang kotor dan dekil itu ke dalam tenggorokannya hingga kini dasar corong itu menempel langsung ke mulut sensualnya.
Celine tersedak namun tertahan oleh selang besar yang kini mengisi tenggorkannya.

Lelaki itu mengambil sebuah wadah kopi insat besar yang berbahan kaca dari dalam cooler, Celine dalam posisi yang sangat tak nyaman itu melirik ngeri melihat cairan kental berwarna coklat kekuningan dalam wadah itu.Dan ketika tutup wadah itu dibuka, aroma busuk segera merebak.

Celina meronta-ronta panik, lelaki itu terkekeh geli sambil menahan kepala sang gadis hingga tak bisa bergerak banyak.
'Harum kan?' ejek lelaki itu, 'bubur ini berisi dog food kesenanganmu di tambah ikan busuk, daging mentah berbelatung, beberapa gumpal cacing, air comberan dari kali ciliwung, kecoak dan my own personal shit.'

Tubuh Celine mengejang, meronta... gumpalan busuk itu menerjang masuk langsung ke lambungnya tanpa perlawanan. tubuhnya mual, namun posisi kepalanya yang terdongak tertahan membuatnya tak mampu memuntahkan setetespun cairan jahanam itu dari perutnya.

Setelah yakin tak ada cairan yang tersisa, dengan kasar lelaki itu mencabut selang dan corong itu, lalu merekatkan duct tape di mulut celine, memastikan setiap muntahan yang dikeluarkan sang gadis, akan masuk kembali ke perutnya. dan tawa sadis sang lelaki muncul ketika sebagian cairan busuk itu keluar dari hidung celine ketika sang gadis tersedak untuk kesekian kalinya, serta tawanya makin terbahak demi melihat tetesan kencing mengalir dari vaginanya tanpa bisa ditahan.

Penghinaan yang sangat dahsyat ini membuat Celine kembali meronta liar walau dalam kondisi lemah, matanya kembali memancarkan kebencian tinggi, kakinya yang lemah berusaha menendang psikopatnya.

'Hahahahaha, that's the spirit... oh how i wan't to see you broken, and make your mind gone blank' tawa lelaki itu sambil memandang usaha Celine yang sia-sia itu.
'Satu jam lagi, akan kita mulai...' kata lelaki itu meninggalkan sang gadis yang menggeliat menahan mual dan terpaksa menelan muntahan dami mutahan yang dikeluarkan perutnya yang menolak 'makanan' itu. Hingga akhirnya Celine tersungkur lemah, dan merasakan rontaan hebat di perutnya, walau akhirnya ia mampu menahan untuk tidak muntah lagi.

*****

Teror akibat penantian membuat Celine makin frustasi... entah apa lagi yang akan diperbuat sang psikopat pada dirinya....
Dan kini lelaki itu sudah ada di hadapannya, ia memasang sebuah rantai lain di ring gag strap yang menghiasi leher Celine, lalu melepaskan rantai yang selama ini menahannya di lantai gudang itu.
Dengan kasar lelaki itu menyeret tubuh Celine yang lemah ke salah satu pojok gudang, ia tak meperdulikan mata sang gadis yang mebeliak, dan tubuhnya yang meronta karena tercekik rantai, Celine berusaha mati-matian menggerakkan tubuhnya agar setidaknya ia bisa bernafas.

Di pojok gudang itu, Celine melihat sang psikopat, membuka sebuah pintu di lantai. Pintu menuju ruang bawah tanah.
Lelaki itu mencengkeram rantai di leher Celine, membuat gadis itu berdiri di atas kaki yang goyah, lalu membawanya menuruni tangga.


Celine membelalak ngeri... Ruangan bawah tanah itu merupakan ruang penyiksaan... gadis itu coba meronta, namun kekuatan sang psikopat jelas tak sebanding dengan kondisi tubuhnya saat ini.

Sang psikopat membawa Celine ke sebuah tiang ganda, lalu membuka ikatan di lengan Celine. Gadis itu merasakan aliran darah mengaliri nadi di lengan yang mati rasa itu. Namun rasa lega itu terlalu cepat menghilang, ketika kembali psikopat itu mengikat lengan Celine menjadi satu dengan gelang besi yang ke belakang tubuhnya, lalu menggunci gelang itu dengan rantai.
Sang psikopat lalu melepaskan strap di leher Celine dan menyentak duct tape yang menyumpalnya, gadis itu menghirup- dalam-dalam udara ke dalam paru-parunya.

'You know...' kata psikopatnya santai, seakan gadis di hadapanya itu dalam kondisi baik-baik saja,'In medieval time, pelacur dan penyihir seperti kamu boleh diinterogasi dalam bentuk apa saja... Tujuannya agar terhulum mengakui perbuatannya yaitu menyihir atau melacur...' katanya lagi sambil memandang gadis yang berdiri limbung di hadapannya.

'I'm no witch... and I'm noth a whore...' desis Celine geram... perlawanan gadis itu benar-benar patut diacungi jempol

'Semua pelacur dan penyihir yang ada di sini juga berata begitu...' jawab psikopat dengan santai.

Celine tertegun... semua? my god... berapa banyak korban psikopat ini? di mana mereka semua?
Celine membayangkan berita di koran tentang gadis-gadis yang menghilang yang tak ditemukan hingga saat ini...

'Yes bitch... kamu pikir kamu yang pertama? perhatikan ruangan ini dengan baik sayang...'

Mata Celine meyisir ruang penyiksaan itu...dan membelalak ngeri... di sebuah pojok terjauh dari ruang itu, samar sang gadis bisa melihat jasad wanita yang membusuk bahkan sudah menjadi tulang belulang...

Celine meronta ngeri...

'Mereka tidak mengakui perbuatannya hingga akhir... well... mungkin mereka bukan penyihir atau pelacur... but who cares? i love torturing you gals... and by the time i finish... whether you'll join them or live for another debasement for the rest of your live'

Celine bergidig ngeri... tak ada pilihan yang bisa diperbuatnya...

'Oh by the way.... daging yang aku campurkan tadi aku ambil dari bangkai mereka...'

Celine jatuh bersimpuh dan serta merta memuntahkan semua isi perutnya seiring derai tawa sadis sang psikopat...

Nafas sang gadis tersengal... dan psikopatnya merasa saatnya sudah tiba.

'Now... mengaku kalau kau pelacur dan penyihir, sundal!' makinya sambil menampar Celine hingga terduduk di atas muntahannya sendiri

'I am not!' geram Celine... sambil meludah ke arah psikopatnya

'Hahaha... good girl... makes me more happy to beat the shit out of you...'

psikopat itu berjalan ke arah tiang lalu mengambil remote yang tergantung dan menekan sebuah tombol

Celine menjerit kesakitan, lengannya yang terbelenggu ke belakang tubuhnya terangkat paksa oleh tarikan rantai, kini ia merasakan posisi strapado... bahunya seakan mau lepas dari tempatnya oleh tarikan itu, kakinya kini melayang sejengkalan dari tanah.
psikopatnya lalu mengangkat sebuah leg spreader dari bawah tiang, mengikat tiap pergelangan kaki Celine ke spreader itu hingga kini kaki sang gadis membuka mengangkang lebar.


Kemudian sang psikopat beranjak ke belakang Celine, gadis itu mendengar sang psikopat mengambil sesuatu...

'Confess...' kata psikopat itu...
'NO!' lengking Celine sambil menahan sakit di bahunya.

swooshh... desir angin terdengar dan..
CTAAAAAR!

'yeeeaaaaarrrrggghhh!' jerit parau celine membawana demi merasakan sabetan di punggungngnya.

CTAAAAR! CTAAAAAR!!

Tubuh Celine menggeletar kesakitan... jeritan parau makin melemah, berganti ringisan pedih...
Gadis itu bisa merasakan darah mengalir dari punggung, bahu, maupun buah pantatnya yang terluka... Kepalanya terkulai lemah.

Pandangan mata Celine tertumbuk pada sepatu sang psikopat... gagang bull-whip itu digunakan untuk mengangkat dagu Celine, tatapan keduanya bertemu... tatapan mata liar dan sadis milik sang psikopat, dan tatapan sayu Celine yang bercampur dengan tatapan iba...

psikopatnya tersenyum, lalu mundur hingga pada jarak yang tepat dan...

CTAAAARRRR!

Celine kembali meronta liar... pecutan itu mengenai puting payudaranya... lalu menghajar habis buah dadanya...

CTAAAAAARRRR!

kini perut dan rusuknya....

CTAAAARRR!!!!

Paha dan betisnya....

CTAAAAAARRRR!!!!
Raungan yang seakan dari alam lain terdengar keras ketika pecutan itu menghujam vagina Celine yang terexpose bebas....


Lagi dan lagi... hingga kini vagina itu membengkak, merah keunguan...


psikopatnya tertawa geli melihat Celine yang terkencing-kencing menahan sakit di vaginanya yang terluka itu...
'Well... mengaku atau kita teruskan permainan ini?' tanya sang psikopat dengan santainya, sambil menggulung cambuknya, meletakkannya di sebuah meja dan mengambul sebuah bokor dari meja itu...

'a...aku...aku bukan pe.. penyihir...' desis Celine dalam sakitnya...

'Oh baiklah...' kata psikopat itu...

'Aaaaaaaaarrrrrgggghhhhhh!' Celine berteriak perih, pemuda itu menaburkan bubuk dari dalam bokor yang ternyata berisi garam...

Tubuh sang gadis menggeliat liar, bagai cacing... tak perduli sakit di bahu yang sedikit lagi akan dislokasi....

Psikopat itu menekan tombol yang mengendurkan rantai dan membuat gadis itu terbanting di lantai ruang bawah tanah itu sambil tetap menggeliat-geliat menahan perih di sekujur tubuhnya, dirinya tak perduli pada sang psikopat yang kini memasangkan rantai lain pada pertengahan leg spreader, lalu melepas rantai di tangannya hanya untuk kembali membelenggunya menjadi satu di depan tubuhnya.

Kembali gadis itu melayang di udara ketika sang psikopat menekan tombol pengatur palang itu. Kemudian ia menekan tombol kedua, yang membuat rantai di leg spreader itu meregang, dan membuat tubuh sang gadis terangkat membentuk sembilan puluh derajat.

'Confess you liitle whore....' geram sang psikopat sambil mengaduk tiga jarinya dalam anus Celine yang berteriak kesakitan sambil tetap bertahan...
'Aku bukan pelacur!' lolongnya sambil menahan sakit

'Fine...' dengus sang psikopat sambil membawa sebuah bangku kayu bundar mirip bar stool chair.
'enjoy your answer in this judas chair'

Celine ketakutan setengah mati, ia melihat bangku itu... ditengahnya terdapat piramida mini seperti monumen nasional washington setinggi kurang tigapuluh cm dan diameter lima cm. Dan kini bangku itu diletakkan tepat di bawah tubuhnya.
Gadis itu meliukkan pinggulnya dengan percuma ketika pemuda itu menekan tombol yang membuat tubuhnya turun perlahan, hingga ujung runcing piramid itu menusuk lubang anusnya.

'Aaaaaaaaahhhhhhh!!!!! Sakiiiiiiiiittttttt!!!!!!'

Raungan membahana terdengar di ruang penyiksaan itu. Psikopat itu menekan tobol yang membuat tubuh Celine terjatuh dengan cepat dan piramida itu menghujam anusnya dengan kasar.....

Kepala gadis itu langsung lunglai... namun siraman air di wajahnya membuyarkan pingsanya.
Kesakitan di tubuh gadis itu makin berlipat, terutama dalam saluran pencernaan dan lubang anusnya yang terluka, gadis itu bisa merasakan aliran darah membasahi bangku yang menahan piramida itu menusuk lebih dalam dan membuatnya mati...
Psikopat itu benar-benar ingin menyiksanya perlahan....

Lelaki itu mengambil bangku lain lalu mengambil bangku lain lalu duduk di hadapan Celine yang tubunya gemetaran menahan sakit, perih dan dingin...
Ia menghembuskan asap cerutu ke wajah Celine, lalu menjambak rambut sang gadis dan mendongakkan kepalanya.

'Lanjut?... atau mengaku?'

'Aku... aku... bu... bu...aaaahhhh!!!!' kalimat Celine belum selesai ketika ujung menyala cerutu itu menjamah payudara kananya yang montok...

'Mengaku...'

Gadis itu menggeleng sambil menahan perih

'Aduuuuuhhhh!!!!' jerit dan ringisan perih kembali terdengar seiring desis daging payudara kiri sang gadis yang terbakar cerutu.

Jerit, gelinjang rintihan silih berganti mengisi udara dalam ruang penyiksaan itu. sundutan demi sundutan menghiasi sekujur tubuh Celine... dan ketika psikopat itu selesai, nampak puntung lima batang cerutu ukuran besar berserakan di bawah bangku Celine, yang kini terisak karena penyiksaan di tubuhnya, dan tubuhnya beringsut ketika dengan santai lelaki itu meremas payudaranya yang terluka bakar itu...

'Oke..' kata psikopat itu, 'cukup istirahatnya... kita mulai lagi interogasimu, sayang...'

Tubuh Celine menggeletar, tubuhnya kembali terangkat dan 'plop'... piramid itu tercabut dari anusnya yang terluka parah itu...
Celine bisa melihat, piramid yang tadinya berwarna putih itu berubah berwaran merah kehitaman dengan noda coklat kekuningan mengiasinya.

Kini tubuh telanjang Celine yang tergantung itu sangat layu.... tubuh itu sudah babak belur berhiaskan jalur-jalur cambukan, luka bakar akibat cerutu... dan lubang anus yang terluka akibat judas chair itu rambutnya kusut masai, kepalanya terkulai lemah...

Psikopat itu berjalan ke meja dan mengambil sebuah benda....

'They called this pear... barang ini digunakan untuk menghukum pelacur dan penzinah seperti kamu'

'a...ku bu...kan pelacur.' kata Celine terbata-bata...

'Hah' psikopat itu mendengus mengejek, 'kamu pakai kutang dan bh selama pembuatan film... dilihat banyak orang, kamu melakukan pemotretan dengan backless wardrobe, yang cuma mirip selendang, tanpa pakai kutang, cuma hotpants putih yang menutupi vagina kamu...kamu berpose sensual untuk majalah dewasa... what did you call that? saint? no bitch... it called whore!'

'aaaarggghhhh!!!!' Celine kembali mengaduh, ketika pear itu dihujamkan ke dalam vaginanya yang memar akibat cambukan sebelumnya....
'Now... confess!'

Celine menggeleng menahan sakit di tubuhnya....

'Fine...' psikopat itu lalu memutar handle di bawah pear itu...
Celine merasakan kalau alat itu membuka melebar dalam vaginanya....

'Aduuhhh... ampun.... ampun.... cabut.... cabut.... memekku sobek... memekku sobeeeeekkk!' raung Celine ketika merasakan pear itu melebar hingga vaginanya membuka sangat lebar dan sangat-sangat menyakitkan.

Psikopat itu hanya tertawa lalu meninggalkan gadis yang menggeliat kesakitan tergantung di tiang itu dan berjalan ke pojok lain ruangan penyiksaan itu mempersiapkan alat lain untuk menyiksa Celine...

Setelah itu sang psikopat sadis, menghampiri Celine yang menggeliat kesakitan, tergantung di tiang itu, lalu dengan kasar menyentak pear of anguish dari dalam vagina sang gadis yang kembali menjerit perih demi merasakan vaginanya di aniaya begitu rupa.

Psikopat itu lalu menekan tombol hingga Celine kembali jatuh berdebam di lantai, lalu meringkuk lemah membentuk bola menahan sakit di sekujur tubuhnya. Lalu tanpa rasa belas kasihan, psikopat itu mnejambak rambut ikal Celine yang kini kusut masai itu lalu menyeret gadis yang tak berdaya itu ke sebuah frame berbentuk kursi

Psikopat itu mendudukkan tubuh celine yang lunglai itu pada frame tersebut, lelaki kemudian menarik pinggul celine ke arah ujung dudukan frame lalu itu mengatur kaki Celine melewati frame hingga mengangkang lebar, lalu mengeratkan strap yang ada pada frame tersebut di paha, dan pergelangan kaki celine dengan ketatnya hingga memotong sirkulasi darah gadis itu, kemudian ia mengeratkan strap di siku dan pergelangan lengan Celine hingga terikat erat di masing-masing lengan frame itu, kemudian dengan santainya psikopat itu mengeratkan jemari Celine ke dudukan yang dibuat mengikuti bentuk telapak tangan pada masing-masing ujung sandaran lengan di frame itu.
Terakhir, psikopat itu mengeratkan strap di leher Celine ke sandaran kepala, membuat sang gadis sedikit kesulitan untuk bernafas

Kembali sang psikopat menarik kursi ke hadapan Celine, lalu dengan berbisik di telinga Celine ia berkata...
'confess... and i'll end your suffering'
Celine terisak.... bagaimana ia bisa mengakui yang tidak dilakukannya?'
'Oh well...' desah sang psikopat kecewa... ia mengambil sebuah kotak dan..

Celine kembali menjerit-jerit kesakitan... makin melukai tenggorokannya yang memar akibat jeritan dan teriakan konstan yang dilakukannya.
Psikopat itu menusukkan sebuah jarum pentul ke bawah kuku kelingking jari kiri sang gadis... jauh ke dalam...

Nafas Celine tersendat-sendat... matanya memancarkan ketakutan ketika psikopat itu mengambil jarum ke dua...

Jeritan... erangan... rintihan silih berganti mengisi kengerian di ruang penyiksaan itu seiring jarum demi jarum menhujam sela antara kuku dan daging jari sang gadis yang tak bisa meronta karena eratnya kuncian di sendi tubuhnya.

Psikopat itu menatap kagum pada payudara sekal Celine yang maju mundur karena helaan nafas berat oleh siksaan yang dilakukannya pada tubuh sang gadis.
Dan pandangannya makin berbinar demi melihat dada sang gadis makin maju mundur, seiring tarikan nafas yang menunjukkan rasa ketakutan dan kengerian...

Lengkingan dan rontaan liar terdengar lagi... psikopat itu memeras jeruk limau besar di atas jari-jari terluka Celine...
Tubuh gadis itu bergetar hebat menahan perih dan sakit di jemarinya, hingga ia tak lagi konsentrasi ketika sang psikopat menarik alas duduknya hingga kini bokongnya tergantung bebas pada frame itu, hanya pahanya yang menyangga tubuh letih Celine yang terus menggeliat menahan perih dan sakit itu.

Kemudian sang psikopat menginjak sebuah pedal, dan sebuah trap kecil tepat di bawah frame di lantai itu membuka.

Celine merasa adanya rasa panas yang menyentuh bokongnya, namun ia tak bisa melihat karena lehernya yang terbelenggu ke sandaran kursi di frame itu.Celine tak bisa melihat bara api yang menyala bagaikan api dari neraka di balik trap itu... dan bara panas itu mulai memanasi sekujur tubuhnya.

Celine pun menggeliat-geliat tak berdaya, hingga makin menyakiti lengan dan lehernya, gadis itu menggelait percuma demi menghindari panas bara yang menyengat anus dan vaginanya yang terluka, serta uap bara yang memanaskan sekujur tubuhnya hingga berkeringat hebat dan membuat tubuhnya berkilat sexy.

Psikopat itu tersenyum liar demi melihat pinggul Celine yang menggeliat-geliat diiringi desis dan rintihan dari bibi gadis yang kepanasan hebat itu, tetesan keringat yang beradu bara memberi sensasi suara yang sensual di telinga sang psikopat. Dengan santai pria itu melihat bagaimana bagian bawah tubuh Celine memerah terpapar panas dari bara di bawahnya.... lalu beranjak ke sudut lain di ruangan itu mempersiapkan penyiksaan lainnya untuk Celine yang kini menghentak-hentak pinggulnya dengan liar karena panas yang makin menyengat bokongnya.

Ketika trap itu menutup, Celine bernafas sangat berat, keringat mengucur deras dari sekujur tubuhnya, yang walau penuh bilur-bilur penyiksaan, tetap memancarkan aura sexy dan sensual yang sangat kental.

Kembali tubuh lemah Celine di seret ke sarana penyiksaan yang telah disiapkan sebelumnya. Kini gadis itu terikat pada sebuah roda kayu, yang bagian bawahnya masuk ke lantai, dengan pandangan yang berkunang-kunang, Celine bisa melihat adanya trap lain di lantai itu.

Psikopat itu menengadahkan dagu Celine, ia memandang wajah kuyu dan kusut masai korbannya, ia melihat bibir sang gadis yang kering akibat teriakan konstan dan tak adanya cairan yang masuk untuk membasahi dahaga sang gadis, juga jejak darah di tepi bibir sexy sang gadis akibat kerasnya teriakan yang keluar dari bibir yang secara berkesinambungan mengisi ruang penyiksaan itu menyebabkan tepi Celine terluka.

'Thirsty bitch?', tanya sang psikopat berbasa-basi, 'don't worry bitch... you'll have plenty to drink'.

Psikopat itu kemudian memegang sebuah handle di samping roda kayu itu lalu memutarnya hingga tubuh Celine terangkat melengkung teregang mengikuti putaran roda hingga pada posisi di puncak putaran. Celine mendengar suara derak di bawah roda itu, ia menyadari kalau trap sudah dibuka.
Aroma busuk menyeruak mengisi paru-paru sang gadis... lalu derakan roda terdengar.

Aroma itu makin menusuk seiring mendekatnya kepala sang gadis ke arah cairan yang menantinya di bawah sana... rambut panjangnya sudah terlebih dahulu menikmati kebusukan cairan itu. Cairan hitam pekat yang nampaknya campuran air sungai kotor, saluran pembuangan, septic tank dan entah apa lagi.

kulit kepalanya sudah terbenam, kini menyentuh alisnya...

'Confess, Bitch?'

Celine menggeleng panik...

'Well enjoy your swim, love, hehehe...' perlahan sekali psikopat itu memutar handle, membiarkan mata indah Celine terbenam, perlahan memutar kembali handle itu hingga hidung sang gadis terbenam, menyaksikan dengan girang ketika Celine megap-megap berusaha bernafas dari mulutnya, hingga pada saat yang tepat, psikopat itu memutar handle dan mendengar tegukan air kotor yang masuk dalam paru-paru dan lambung Celine.
Lalu dengan perlahan pria itu memutar handle, dan melihat kaki Celine yang melejang-lejang sebelum menghilang ke dalam cairan busuk itu.

Celine megap-megap mencari udara untuk mengisi paru-parunya yang terkontaminasi cairan busuk itu. Tubuh indahnya kini kotor dan dipenuhi gumpalan menjijikkan mulai dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

'How's your bath, bitch?' tanya sang psikopat sambil menjambak rambut Celine... ia bisa melihat jelas lelehan air mata tak henti mengalir dari wata ternoda sang gadis... ia hampir menyerah....
Psikopat itu tersenyum sinis, lalu kembali memutar handle, lagi... dan lagi... hingga tubuh Celine berulang kali keluar-masuk kolam nista itu, dan terakhir sang psikopat membiarkan Celine terbenam dalam cairan itu pada posisi terbawah dari putaran roda untuk beberapa saat...

Celine sudah lunglai ketika siksaan itu berakhir... dirinya di lempar ke lantai dingin ruang penyiksaan itu untuk kemudian merasakan semprotan air bertekanan tinggi yang dilakukan sang psikopat untuk membersihkan semua kotoran yang melekat di tubuh babak belur gadis yang tak berdaya sama sekali menahan semburan itu.

Celine bahkan tak menggeliat ketika psikopat itu mencengkerem sebelah lengannya yang tak berdaya dan menyeretnya melewati lantai berbatu ruang penyiksaan itu.
Celine sama sekali tak melawan ketika tubuh rusaknya di letakkan di atas sebuah frame lain, punggunnya tertahan roda kayu yang memoliki banyak tonjolan lancip berbentuk piramid kecil, pergelangan lengan dan kakinya diikat erat ke ujung- ujung frame hingga tubuh gadis itu membentuk huruf x yang menggiurkan, walau tubuhnya dipenuhi bekas penyiksaan.

'Aaaaaarrrrggghhhh!'

Raungan parau, lemah, berisi sisa kekuatan yang ada di paru-paru Celine keluar ketika sang psikopat memutar roda kemudi di kepala frame itu, dan rantai pengikat tubuh lunglai sang gadis menegang, dan menggulung.

Celine merasakan seluruh sendi tubuhnya seakan mau lepas, ia merasakan luka di tubuhnya melebar seiring regangan yang dirasakan dari alat penyiksa yang dikenal sebagai the rack itu...
Gadis itu menyerah... kesakitan mengalahkan segalanya... ia masih ingin hidup....
diperbudak, direndahkan, dihina, dilacurkan... apapun itu...

'Ampuuuuuunnnn!!!!' raung Celine
'Aku mengaku...Aku mengaku....'
'Aku penyihir... Aku pelacur....Ampuni aku.... Aku ingin hiduuuuup!' Jerit Celine ketika merasa kulit tubuhnya makin meregang dan membuat luka yang terbuka makin melebar.

****
Bunyi derak rantai terhenti....
Psikopat itu memandang Celine yang memandang pada dirinya dengan tatapan mohon belas kasihan dan tatapan kekalahan....
Gadis itu kini dalam genggamannya....

Pria itu menyentuh tubuh Celine... membuat sang gadis berjengit sakit....
Pria itu mendekatkan telinganya ke mulut Celine...
Sang gadis berkata lirih...'Ampuuun tuan... aku mau hidup... aku rela kau jadikan budakmu seumur hidupku... biarkan aku hidup tuan... ampuni aku...'

Pria itu lalu bangkit dari atas Celine dan melangkah ke sebuah perapian, lalu mengambil sebuah besi panas dengan symbol di ujungnya.

Celine memandang besi logo itu dengan pandangan ngeri... ia tau kalau ia akan di cap bagai ternak... dan dengan demikian ia resmi menjadi budak sang psikopat.
Mata Celine membelalak ketika psikopat itu mendkatkan besi membara itu ke wajahnya...
Apakah wajah cantiknya akan dibuat cacad dengan tanda itu?
Apakah payudaranya?

Jerit kesakitan, gemeretak gigi terdengar ketika pada akhirnya tanda perbudakan itu beristirahat dengan tenang di pingul sang gadis, tepat di lipatan antara pinggul dan paha. Peletakan yang membuat tanda perbudakan itu memberi efek sexy pada tubuh Celine yang kini pingsan itu.

****

Celine terbangun dan merasakan bila tubuhnya tertutup cairan, di sebuah bathtub... hanya bagian wajah dan tangannya yang menonjol ke luar...dan lapisan atas cairan itu mengeras bagai lilin yang membeku.

Celine panik lalu meronta berusaha membebaskan dirinya dari lapisan itu...
Ketika akhirnya ia berhasil membebaskan dirinya dan terduduk lemah di bathtub itu ia memcoba mencerna apa yang terjadi pada dirinya.

Ia berharap semua hanya mimpi buruk, namun rasa sakit di sekujur tubuhnya mengingatkan dirinya kalau penyiksaan itu nyata.

Perlahan gadis itu melangkah ke luar bathtub itu, telanjang bulat karena tak ada sehelai kain yang terdapat di ruangan itu.
Ia melangkah ke arah kaca besar dan takjub melihat seluruh luka di tubuhnya telah sembuh, hanya menyisakan gurat-gurat yang hampir sepenuhnya sembuh, bahkan vagina dan anusnya sudah normal kembali.
Hanya symbol yang terdapat dipinggulnya yang tak akan pernah sembuh lagi... selamanya membuat kulitnya cacad permanen.
Tanda Perbudakannya.

Celine melangkah keluar ruangan itu, dan mendapati sebuah kamar indah menantinya.
Ia merasakan angin menerpa kulit telanjangnnya dan ia melihat ada pintu yang membuka ke arah balkon. Gadis itu melangkah dan mendapati sang psikopat berdiri memunggunginya dengan tangan bertaut di belakang tubuhnya, sedang memandang jauh ke arah horison.

Gadis itu punya kesempatan... ia mendekati sang psikopat...lalu...

Celine menjatuhkan lututnya dan bersimpuh di belakang sang psikopat... lalu meraih buah pantat di depannya, menguakkannya sedikit dan mulai menjilati anus sang pria yang tanpa expresi tetap memandang ke arah horizon....

****

Psikopat itu bangun dari tempat tidur mewahnya, lalu meletakkan kakinya di atas keset yang berupa tubuh Celine yang tidur dengan nyenaknya di lantai... tertidur setelah tuannya menyetubuhinya dengan liar dan brutal hingga dirinya sendiri mengalami multiple orgasme.

Celine hanya beringsut pelan menerima pijakan di vagina dan payudaranya... membiarkan kaki sang tuan menikmati kekenyalan tubuhnya sebelum sang tuan menapakkan kaki ke lantai dingin, beranjak ke meja komputer dan melihat pundi-pundi uang di bank di kepulauan cayman bertambah seiring suksenya online hardcore torture session yang digelarnya.

Dan kini club bestality sudah membuat request...
Psikopat itu memutar kursinya, memnadang ke arah Celine yang masih tertidur pulas setelah pergumulan hebat semalam... bagaimana dada indahnya naik-turun seiring nafasnya yang terbuai kepuasan.

Pria itu kembali ke hadapan monitor, lalu memesan beberapa jenis hewan untuk memenuhi hasrat clientnya...

Debasement of Celine will not over yet... not in a long... long time....

end

Wednesday, June 29, 2011


The Horror of Celine Evangelista: Begin

Celine mengerang, kepalanya serasa pecah, sekujur tubuhnya terasa sakit.
'Di mana aku?' gumam gadis itu sambil mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya.
Terakhir yang ia ingat, ia baru saja hendak meninggalkan shopping mall, dan sengatan listrik menyerang tengkuknya ketika lengannya baru saja akan membuka pintu mobilnya, dan setelah itu.... gelap.

Celine memandang sekelilingnya dengan pandangan nanar. Ia mendapati dirinya berada dalam sebuah gudang tua, kosong, dan bau. Beceknya lantai yang beraroma pesing itu terasa dingin menyentuh kulitnya. Kulit?
Celine segera membangunkan tubuhnya dengan susah payah. Gadis itu syok demi mendapati tak ada selembar pakaianpun yang melekat di tubuhnya.

Ketika sensor perasanya mulai berfungsi, celine merasakan sakit di bahunya dan ia mendapati kedua lengannya di telikung ke belakang punggungnya, sebuah palang besi diselipkan sejajar antara lengan dan punggungnya, sementara kedua lengannya sendiri diikat dengan kuat bertumpukan dengan rantai ke palang itu.

Celine mencoba berdiri, namun gemerincing rantai yang lain membuat gadis itu reflex melihat ke arah kakinya dan mendapati kedua pergelangan kakinya terikat menyatu dengan ujung rantai lainnya terpatri di lantai gudang.

'Ah.... my bitch finally awaken'
Celine memandang ke arah suara langkah kaki yang menghampirinya sambil menarik sebuah kursi lipat.

'Siapa kamu!' jerit Celine, 'Apa maumu?!'
Lelaki itu mengatur kursinya di hadapan Celine begitu rupa hingga ketika ia duduk, wajahnya tersamarkan.
'Mauku?' tanta lelaki itu dengan nada santai yang melecehkan.
'Well, sebagai permulaan kamu boleh memanggil aku tuan.'
'Fuck you!' sembur Celine, 'Lepaskan aku bajingan!' raungnya lagi.
Penculiknya diam, tampak berfikir...
'Mmmm...No!' ejek penculiknya.

'Bajingan! Pengecut!'
Celine sangat geram, ia meronta sekuatnya sambil mulutnya tetap menyemburkan sumpah serapah.

Penculiknya duduk dengan tenang, pria itu bersiul kecil sambil melihat pemberontakan sia-sia sang gadis yang kini sekujur tubuhnya bersentuhan dengan beceknya lantai gudang.
Pria itu bersenandung kecil, membiarkan Celine menghabiskan tenaga dan suaranya dengan meronta percuma, hingga akhirnya rontaan gadis itu melemah, dan suaranya menjadi parau.

Pria itu memandang Celine yang meringkuk dan bernafas berat.
'Sudah marahnya?' ejek lelaki itu yang membuat Ceine frustasi dan mulai terisak.
'Tolong, lepaskan aku...' hiba celine pada penculiknya, gadis itu beringsut mendekati sang lelaki hingga batas regangan rantai, sejangkauan ke kaki sang penawan.
'Bebaskan aku, aku mohon...' iba gadis itu,'Aku akan membayarmu... dan... dan aku bersumpah tak akan menuntutmu atau melaporkanmu pada pihak berwajib.'.
Lelaki itu tak bergeming.
'lepaskan aku. Aku mohon... berapapun kau minta akan aku usahakan...' isak celine sambil berlutut, memohon di hadapan penculiknya.

Tawa sinis terdengar dari keremangan wajah penculik.
'No! absolutely not. Hehehe...'

Celine meraung, merasa dipermainkan. Gadis itu kembali meronta-ronta dengan liar, sementara mulutnya kembali memperdengarkan sumpah serapah.

Ketika akhirnya gadis itu tersungkur kelelahan, pria itu bergerak menghampirinya, berjongkok di hadapan Celine yang bernafas berat lalu berkata,'Aku akan menghancurkanmu... menjadikanmu mainanku... Dan merusakmu'

Celine menggeliat ngeri dan beringsut menjauh. Lelaki di hadapannya ternyata seorang psikopat.
lelaki itu tertawa geli melihat upaya Celine menjauh dari dirinya. Dengan santai pria itu membuka cowboy boots nya dan melepas kedua kaus kakinya.

Celine meronta. Pria itu menjepit hidungnya sambil menekan kepalanya dengan keras.
Gadis itu berusaha bertahan sekuatnya, namun akhirnya ia menyerah. Paru-parunya serasa terbakar mencari oksigen, dan akhirnya mulut sexy celine membuka.

'Mmmmmpppphhh!' seru Celine tertahan, karena kini mulutnya tersumpal sepasang kaus kaki yang aromanya sangat memuakkan dan rasanya sangat menjijikkan, membuat perutnya memberontak mual.

'Enak kan?' leceh pria itu sambil mengambil duct tape dari balik jaket kulitnya dan melakban mulut Celine yang kini menitikkan air mata, lalu mengelilingi kepalanya.
Lelaki itu melihat hasil karyanya dengan puas. Ia terkekeh melihat Celine menahan mual,
'Kaus kaki itu sudah satu minggu belum aku cuci... Cocok untuk menyumpal mulutmu yang seperti keranjang sampah itu.'

Pria itu lalu beranjak, sambil berlalu ia berseru,
'Nikmati malammu, bitch! See you tomorrow'

Celine meronta, berontak di balik sumpalan kaus kaki busuk yang kini mengisi rongga mulutnya. Gadis itu meronta dan meronta hingga akhirnya ia letih dan jatuh pingsan.
*****

Celine mengerang, tubuh kakunya meronta kesakitan dalam posisi tertelungkup. Di tambah dengan dinginnya lantai, aroma masam dan terutama rasa tak karuan di dalam mulutnya yang berasal dari kaus kaki kotor yang merasakan kehangatan mulut dan pijatan lidah sang gadis membuat malamnya lebih menyerupai siksa neraka. Bahkan hanya karena pingsan keletihan,dirinya bisa melupakan rasa sakit di sekujur tubuhnya walau hanya sekejap.

'Sudah bangun, bitch?'
Suara itu mengejutkan Celine, ia teringat penculiknya. Pria itu sudah duduk di tempatnya kemarin.
'Mmmmmppphhh....mmmmppphhhh!' seru celine, memohon lemah, memohon dari balik sumbat mulutnya.
'Ah, ya...' kata lelaki itu menepuk keningnya, 'Cucianku...'

Dengan kasar lelaki itu membuka duct tape di kepala Celine, membawa helaian rambut kepalanya yang tertarik paksa.
Celine bernafas lega, memenuhi paru-parunya dengan aroma pesing ruangan yang setidaknya lebih baik dibanding rasa menjijikkan yang menghuni mulutnya.

Lelaki di hadapannya tersenyum sinis melihat liur yang membetuk sulur memanjang ketika dengan sangat perlahan ia menarik kaus kaki busuk itu dari mulut Celine yang sesual itu.

'Please....'desah Celine dalam kesakitannya,'Lepaskan aku.... jangan sakiti aku lagi....'
'Tapi itu tujuannya sayang...' kata sang lelaki sambil mengangkat dagu Celine, menikmati lelehan air mata sang gadis yang kini terisak di hadapannya.

'Kenapa aku?' tanya Celine,'Apa salahku padamu?'
'Salahmu? Kamu cuma seorang korban yang tepat, di waktu dan tempat yang tepat.'

Celine bergidig, ternyata dirinya memang sudah diincar oleh psikopat ini.

'Aku perhatikan sepertinya kamu tak percaya kalau orang sepertiku bisa melakukan ini semua.' kata lelaki itu sambil bangkit dan mengeliling Celine dengan perlahan.
'Kamu nampaknya terlalu banyak baca cerita fiksi tentang perkosaan dari internet.' kata lelaki itu sambil menyebut nama-nama situs dan group yang dikenal sebagai sarana penyalur fantasy penikmatnya.


'Gadis cantik diperkosa supirnya, gadis keturunan diperkosa tukang kebunnya. Artis muda belia dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk dientot orang yang kelasnya lebih rendah!'
Pria itu memandang Celine yang berusaha beringsut menjauhi dirinya, lalu melanjutkan monolognya.
'Kamu artis? check. Kamu akan merasakan perkosaan? pasti. Degradasi? Yup. Pelecehan? Tentunya.'
'Tapi kenapa? Kenapa pemerkosanya selalu golongan rendah?' Suara lelaki itu seperti berbicara pada dirinya sendiri, 'Kenapa harus selalu supir, preman, kuli, dan lain sebagainya?

Celine meronta menggerakan pahanya dengan liar ketika pria itu berjongkok, melekatkan telapak tangannya ke lantai becek dan bau itu, lalu dengan santai mengelusi pahanya.
'Kenapa sosok pemerkosa itu tidak bisa seperti aku? Orang kamu lirik dengan penuh minat di mall kemarin? Orang yang punya banyak dana untuk menyembunyikan tempat seperti ini?' Lengan sang pria yang berulangkali dibasahi air kotor dari lantai itu merayap makin ke arah pangkal paha Celine yang makin meronta.
'Orang yang punya rencana matang untuk membuat fantasy menjadi nyata?!'
Celine menjerit ketika dengan kasar lelaki itu mengaduk vaginyanya dengan tangan yang kotor itu.

Lelaki itu kemudian berdiri, memandang Celine yang meringkuk merintih.
'Apa beast itu berarti berwajah buruk? Berkulit hitam? Giginya tonggos?

Lalu dengan gerakan tiba-tiba lelaki itu menjambak rambut Celine dan menekan wajah cantik sang gadis ke lantai yang kotor, dan membuatnya seperti lap kumal, sambil berteriak , 'Why can't I be the Beast!!!'

Celine menangis karena takut dan ngeri, psikopat ini benar-benar ingin menyakitinya.
Lelaki itu bangkit sambil terengah, memandangi gadis yang terisak di kakinya, merintih....

'Why...?' isak Celine
'Karena aku bisa.' kata lelaki itu datar.

Dering telepon menggema dalam ruangan, Sang lelaki menjawab panggilan kemudian setelah mematikan teleponnya, sang lelaki memandang ke arah Celine.
'I'll see you soon, bitch. ada bisnis yang harus aku bereskan.'
Lelaki itu mengambil mangkuk anjing, melemparkannya sembarangan di hadapan Celine lalu mengambil sekaleng dog food dan menuangkannya ke dalam mangkuk.
'Enjoy your meal.' katanya sambil mendorong mangkuk menggunakan kakinya ke arah celine yang memandang dengan perasaan mual dan jijik.

Wrong move.

Psikopat itu meradang, 'Anjing! Sudah bagus aku sudi memberimu makan! Kamu pikir kamu masih berhak makan enak, hah?!' maki sang lelaki sambil menjambak rambut celine dan mengguncang kepala gadis itu dengan kasar.
'Ampun...Ampun...' hiba Celine, ' Aku makan...Aku makan...'
'To fuckin late, bitch!' maki lelaki itu sambil membuka celana, meloloskan celana dalamnya, mengusap celana itu ke lantai kotor lalu dengan brutal menghujamkannya ke mulut Celine.

Gadis itu kembali tersedak, meronta. Aroma pesing dan busuk kembali mengisi rongga mulutnya, serta duct tape kembali mengelilingi kepalanya, demi memastikan mulutnya tertutup rapat, tak membiarkannya memuntahkan celana busuk itu.
Celine hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sudah kehilangan harga diri.
Dan kini hanya isakannya yang terdengan menggema di dalam gudang setelah penculiknya membanting pintu, meninggalkan Celine dalam keremangan gudang, kedinginan, dan rasa lapar yang merayapi maagnya, hingga untuk terlelappun sudah sangat sulit, selain karena tangannya yang terbelenggu di belakang punggungnya, perut yang lapar dan dingin sangat menyiksa gadis itu.
*****

Entah sudah berapa lama, celine tak tau lagi. Yang kini menyentaknya dari hayalan ialah suara sepatu boot yang mendekatinya. Terror akan kembali di mulai.

Lelaki itu menjambak rambut Celine. Ia nampak sangat senang melihat wajah pucat, kusam dan lusuh masai sang gadis yang nampak makin kehilangan semangat hidup.
dengan santai ia mengeluarkan celana dalam yang menyumpal mulut sang gadis.

Dengan suara parau Celine bertanya,'Apalagi yang akan kamu perbuat pada diriku?'
Dengan santai lelaki itu menjawab,'Well, I want to shove my dick to your throath, abuse your ass, and things that so called pussy,okay?'

Celine tersedak ketika lelaki itu mengeratkan ring gag ke mulutnya hingga membuka lebar.
'Aku ngga mau kamu gigit kontolku, sayang, hehehe'

Tubuh Celine kembali meronta, lelaki itu mulai memperkosa mulutnya dengan brutal. Dan yang membuat rontaannya makin menjadi adalah hentakan keras penis sang pria di tenggorokannya, serta tertutupnya hidung sexynya oleh perut bawah sang pemerkosa yang memiliki gurat six-pack yang nyata.

Suara kocokan penis, berbaur suara tersedak sang gadis yang dalam posisi berlulut berusaha menerima hentakan demi hentakan pinggul sang pemerkosa yang membuat hidungnya terluka dan meneteskan darah.
lelaki itu kemudian mendorong tubuh Celine hingga tersungkur tertelungkup, lalu dengan kasar lelaki itu menuggingkan sang gadis yang dengan tangan terikat seperti itu tak dapat menyangga tubuhnya hingga payudara montoknya langsung tertekan di lantai kotor itu, begitu pula dengan wajahnya, bahkan percikan air kotor sesekali masuk dalam mulut celine yang terbuka oleh ring gag itu.

Celine bergidig ngeri, lelaki itu mengorek lubang anusnya dengan kasar. Gadis itu menjerit-jerit kesakitan, namun pemerkosanya tak perduli.
Dengan kasar ia meregangkan lubang anus Celine yang menggigil menahan sakit, lalu...

Jeritan tertahan membahana dalam ruangan itu. Penis sang pria bergerak liar, menghancurkan anus Celine dengan gerakan kasar dan brutal. Mata Celine mendelik kesakitan, liur bertebaran dari mulutnya.

Selang beberapa lama, pria itu mencabut penisnya dari anus sang gadis yang bersyukur terror di pantatnya berakhir.

Namun horror baru saja dimulai.

'Kontolku banyak kotorannya' kata sang pria sambil menegadahkan wajah Celine, 'Ayo cebokin...'leceh sang pria sambil menghujam penisnya yang berlumuran darah dan kotoran dari pantat Celine, ke dalam mulut sang gadis yang tak dapat melawan karena tertahan ring gag. Mulut yang megap-megap berusaha menolak, mulut yang dipaksa merasakan darah dan hasil pembuangan dari pantatnya sendiri.

'Nah, sudah bersih' kata sang pria sambil melihat penisnya yang bersih berkilat oleh liur Celine yang menahan mual diperutnya.

Jemari lengan Celine yang terbelenggu kembali mengepal erat demi merasakan penis sang pemerkosa yang kembali membombardir anusnya yang terluka.

Celine menggelengkan kepalanya dengan lemah, ketakutan karena penis yang kotor kembali dipertontonkan di depan wajahnya.
'Relax, bitch' kata sang pria sambil menjatuhkan kembali kepala Celine ke lantai dan memposisikan dirinya kembali di belakang bongkahan pantat sang gadis yang menjulang tinggi,'Ini untuk memekmu'


Celine kembali menangis karena pelecehan ini. Vaginanya disumbat penis kotor, yang memungkinkan vagina dan rahimnya terkena penyakit. Namun gerakan brutal penis di vaginanya menunjukkan kalau sang pemerkosa sama sekali tidak perduli.

Dan ketika semburan sperma memenuhi relung rahimnya, Celine hanya bisa menjerit pilu, melepaskan rasa frustasinya karena sang pemerkosa sama sekali tak perduli kalau dirinya bisa hamil karena perbuatannya.

Pria itu berdiri mengangkangi tubuh Celine yang meliuk lemah terlentang di bawah kedua kakinya. Seringai puas terpancar dari wajah iblisnya, dan seringainya bertambah lebar karena desakan bawah tubuhnya mulai terasa.

'Drink this bitch... I'm gonna pee in your face.... arrrrgghhhh!' desah lelaki itu sambil penisnya menyemburkan air seni yang membasahi wajah terhina Celine, dan masuk ke dalam mulut dan tenggorokan sang gadis yang terbuka lebar oleh ring gag.

Lelaki itu duduk terengah di kursinya. Memandang gadis yang menderita itu.
Permainannya masih jauh dari usai.Bahkan apa yang sudah terjadi dianggapnya baru ujung dari permulaan...
Namun untuk sementara semua rencananya harus ditunda, karena topeng sosialnya memerlukan kehadirannya.

Pria itu merah sebuah suntikan lalu menginjeksi pantat Celine,'Belum waktunya kamu bunting...Belum saatnya.'
kemudian lelaki itu melepaskan ring gag sang gadis, memindahkan dan mengeratkan ring gag itu ke leher celine, dan mengeratkannya menjadi strap, lalu melepas rantai yang membelenggu pergelangan kaki Celine yang membengkak berwarna keunguan dan lecet akibat rontaannya, lalu memasangnya pada starp di leher Celine.
Kemudian lelaki itu menyodorkan mangkuk dog food yang kini mulai menebarkan aroma asam karena semalaman terexpose udara.

'The choice is yours' kata lelaki itu sambil melangkah ringan meninggalkan celine. dan ketika pria itu hendak meutup pintu gudang, seringai iblisnya kembali berkembang demi melihat celine merangkak dengan lututnya yang limbung, mendekatkan wajahnya ke mangkuk itu dan mulai mengisi maagnya yang kosong.

hanya ada satu kesamaan antara Celine dan pemerkosanya.
Kesamaan yang sangat bertolak belakang.

Pikiran di kepala mereka yang bertanya

-Apa lagi yang akan terjadi selanjutnya?-


Cheers

Monday, March 28, 2011


Behind the Scene

Tantri sedang memainkan BBnya dengan santai di backstage room konser music yang dilakoninya.
Keringat masih membasahi kulit eksotisnya, yang terbalut kemben hitam dan maiden skirt renda dengan warna senada. Nampak raut kelelahan bercampur kelegaan tergurat dari wajah gadis itu.

Kini konser usai, dan sambil memulihkan tenaganya, Tantri Nampak asik berkomunikasi melaui gadgetnya itu.

‘Selamat ya teh, konsernya sukses…’
Tantri mengangkat tatapannya dari gadgetnya, melihat seorang crew membawa gulungan kabel masuk ke dalam ruangan itu, Tantri tersenyum simpul, merasa dihargai atas jerih payahnya menghibur penonton..

‘Thanks….’ Ujar Tantri, sambil mengambil sebatang rokok yang diangsurkan crew yang melihat Tantri melirik ke arah meja di mana rokok Malboronya tergeletak.
‘Pasti cape ya teh’, kata crew itu lagi, sambil menyalakan lighter dan menyaksikan Tantri menghisap dalam lalu menghembuskan asap ke luar mulutnya dengan sesualnya.

Tantri memandang crew yang sedang merapihkan gulungan kabel di pojok ruangan dengan rasa tertarik.
‘Nama elo siapa?’ Tanya Tantri sambil menarik sebuah kursi lainnya, lalu dengan santai mengangkat sebelah kakinya yang dibalut gothic boots dan meletakkannya dengan santainya di kursi itu.
‘Anto’ jawab crew yang kini mulai salah tingkah demi melihat paha montok Tantri yang tersingkap, apalagi kini gadis itu duduk bersandar agak rendah hingga maiden skirtnya makin melorot ke arah pangkal pahanya.

'Nto..., gue mau tanya, elo jawab jujur ya...' tanya gadis itu sambil mengepulkan asap rokoknya yang kedua...
'Apaan teh?'
'Konser tadi menurut lo gimana?'
'Bagus teh...'
'Bener? bukan cuma buat nyenengin gua aja kan?' tanya Tantri sambil kemudian bangkit dari kursi, lalu berdiri menghadap kaca rias...
'Teh... sorakan penonton tadi kayanya jadi bukti deh, kalau konser tadi memang sukses.'

'Kalau gua sendiri... menurut lo gimana?' kata Tantri sambil lengannya ke belakang meraih zipper maiden skirtnya.

Anto tertegun melihat Tantri dengan santainya meloloskan skirt itu dan membiarkan bagian bawah tubuhnya hanya berbalut thong sexy berenda berwarna hitam, yang menambah sensualitas kulit Tantri yang eksotis itu.

'Loh, kenapa diam?' tanya gadis itu lagi sambil berbalik memandang Anto...
'Teteh hebat, suara teteh bagus...' kata Anto parau
Tantri tergelak kecil...'Nto, gua bukan nanya masalah suara gua...' Tantri kembali membalikkan tubuhnya ke arah cermin,
'Gua nyanya, menurut elo body gua gimana?' lanjut gadis itu lagi sambil menurunkan zipper kembennya dan mencampakkan pembungkus tubuh bagian atasnya begitu saja.

Anto makin terhipnotis melihat punggung Tantri yang mulus, dan... tanpa bra...
Anto berharap lehernya bisa memanjang hingga bisa melihat refleksi depan sang gadis yang kini meregangkan lengannya ke atas hingga berjinjit di atas bootnya.

Lalu dengan santainya seakan tak ada seorangpun selain dirinya dalam ruangan itu, Tantri bebalik dan menepuk-nepuk lembut perutnya sendiri...
'Nto... perut gua buncit ngga?' tanyanya santai
Mata Anto tak lepas dari payudara montok Tantri yang kini terpampang bebas untuk dinikmati oleh matanya...

'Nto!' kata Tantri, menyadarkan Anto... 'perut gua.... bukan toket.'
'Eh maaf teh... jujur ya.. teteh montok... tapi justru body model teteh yang saya suka...'

'Ah... gombal lo...' kata Tantri sambil meremas-remas perutnya
'Teteh nanya saya kan... ya saya jawab, lagian emang saya lebih seneng badan teteh yang montok ini daripada artis lain yang berlomba-lomba ngurusin badan sampe kaya sapu lidi....'

Tantri menyeringai, 'Berarti lo sering coli dong sambil ngebayangin gua....'
'E....ehmmm...' Anto mendadak gugup dan tergagap menerima pertanyaan jujur itu
'Gimana?..' senyum jahil menggurat dari bibir Tantri sambil berjalan mendekati anto yang mendadak terpaku di tengah ruangan yang rasanya

makin panas itu...
'Kalo elo suka body gua, pasti lu sering jadiin gua bacol... ya ngga?' tanya gadis itu lagi dengan suara mendesah ketika ia berdiri tepat di hadapan Anto, dan kedua lengannya melingkari leher Anto yang mendadak kaku itu.

'I... iya teh... teteh bahan coli saya...' jawab anto dengan parau sambil merasakan bagaimana keringatnya mulai mengalir dengan deras...

'Kalu gitu berhenti ngehayal' kata Tantri sambil kemudian berjinjit dan memagut bibir Anto dengan liar...
Tantri berbisik di telinga Anto di sela french kiss mereka yang liar hingga liur berleleran di dagu hingga ke leher keduanya..
'Entot gua... nikmatin bahan coli lo ini...'

Anto kini mulai membalas dengan ganas, tangannya meramasi rambut Tantri, mejambaknya pelan, hingga gadis itu mendesis, campuran antara perih dan terangsang.

Dengan tergesa Anton dibantu Tantri, membuka celana jeans lusuh yang dikenakannya, lalu dengan tak sabar, Anto merobek kausnya hingga badan kurusnya terpampang jelas.
Anto mendesak Tantri hingga ke meja rias, sambil meremasi payudara gadis itu dengan kasar... perlakuan yang membuat Tantri makin terangsang.

Tantri duduk di tepi meja rias itu, mulut keduanya masih berpagutan liar, lengan Anto merenggut thong Tantri
'Anjing...!' maki Tantri sambil menampar Anto, 'memek gua perih tau!'
'Teteh yang minta' maki Anto, lalu dengan liar memagut bibir Tantri yang dibalas oleh gadis itu dengan liarnya, bahkan pinggulnya bergerak liar mengimbangi kocokan tiga jari kanan Anto yang menghujam vaginanya dengan liar...

Anto kemudian menarik Tantri ke arah lantai. Dengan patuh gadis itu berjongkok mengangkang dan bisa ditebak... dengan kasar Anto menjambak rambut gadis itu.
Dan dengan erangan penuh kenikmatan Anto memaju mundurkan kepala gadis itu yang kini mulut dan tenggorokannya menjadi pelabuhan penis keras sang pemuda yang menganggap mulut yang telah menghibur ribuan penonton itu tak lebih sebagai lubang penyalur kenikmatan...

Tantri sendiri tak menolak perlakuan kasar itu, malah tangannya meremasi payudara dan mengocoki vaginanya sendiri... Alangkah liarnya permainan keduanya, liur berceceran dan mengalir dari mulut Tantri, berleleran dan menggelantung di dagunya, seiring kocokan kasar penis di tenggorokannya....

Anto ingin lebih... ia ingin lebih dari deepthroat Tantri di penisnya...pemuda beruntung itu menjambak Tantri hingga berdiri... menciuminya dengan liar, lalu medorong gadis itu hingga terjengkang ke lantai... membuat sebuah kursi lipat terpelaning menimbulkan suara berderang.
Anto menyampirkan ke dua kaki Tantri di bahunya, dan tanpa merasa perlu memberikan foreplay pada sang vokalis, Anto menghujamkan penis kerasnya ke vagina Tantri yang sedikit lecet akibat perbuatannya sebelumnya..

Tantri mengerang liar, tubuh gadis itu melonjak-lonjak mengimbangi keliaran Anto, yang kini kedua tangannya bertumpu dan mencengkram erat payudara Tantri yang montok seakan ingin meletuskan kedua gunung kenikmatan itu...

Liar, brutal...persetubuhan keduanya meggambarkan keliaran nafsu primitif yang berdiam dalam jiwa setiap manusia... nafsu yang selalu coba di belenggu dalam batasan norma dan kesusilaan... namun kini dalam persetubuhan liar Tantri dan Anto... nafsu primitif itu dilepaskan...

Anto tidak puas... jepitan vagina Tantri yang begitu ketat tak membuatnya puas....Bahkan ketika ia mencekik leher Tantri hingga gadis itu tersedak mencari udara, dan seluruh tubuhnya teruatama otot vaginanya berkontraksi meremas penisnya, Anto tetap tidak puas

Anto membangunkan Tantri, melemparkannya hingga tertelungkup di meja rias, membuyarkan semua peralatan kosmetik yang ada di meja itu...

Anto mengangkat sebelah kaki tantri ke atas kursi yang terpaku di dekat meja rias tersebut.

Tantri kembali terlonjak-lonjak ketika Anto membenamkan penisnya ke vaginanya yang makin menerima pergesekan brutal ini...
Namun hanya sementara..

Tantri memutar bahunya, lengan kirinya membantu Anto meregangkan buah pantatnya, dan ringisan serta desahan mengiringi penetrasi penis sang crew ke dalam liang anus sang vokalis, yang kini mendesis-desis menikmati anal sex liar ini..
Anto meremas rambut Tantri, dan megarahkan wajah sang gadis hingga ia bisa menikmati expresi sensual gadis itu, yang mulutnya mendesis kenikmatan, dan bahkan ketika dengan sengaja anto meludah ke wajah sang gadis yang malah mengelap ludahan di wajahnya dengan jemari dandengan sensual menghisapnya bagai menghisap penis sambil mata terpejam meresapi persetubuhan ini...

Hingga ketika Anto tak bisa bertahan lagi, ia mencabut penis yang kini berlumuran kotoran dari pantat sang gadis, memaksa sang gadis bersimpuh, menahan mulutnya membuka dan...

Tantri malah menekan pantat Anto hingga kini hidung imut sang gadis tertanam di lebat rimbunya bulu kemaluan sang pemuda....
Anto menikmati mulut sang gadis yang bagai vakum membersihkan penisnya, yang makin tak bisa bertahan... menarik kasar penisnya, mengocoknya cepat dan....

Semburan demi semburan sperma yang bagai air bah itu, membasahi wajah Tantri hingga lengket...
Keduanya terkapar, desah nafas berat silih berganti bersahutan dalam ruangan yang kini makin pengap itu...

Tantri meresapi persetubuhan itu dengan tubuh terlentang, telanjang hanya gothic boots yang menghiasi tubuh yang mengkilat oleh keringat...
Senyum kepuasan terpancar di wajahnya.
Ia menyadari masih ada satu hal lagi yang bisa membuat dirinya memperoleh akhir dari rentetan orgasme yang didapatnya... tubuhnya menggeliat erotis di lantai, lengannya meremasi payudaranya, sementara pinggul dan kakinya meliuk erotis...
Tantri menantikan kedatangan momment itu dengan mata terpejam, bibir mengeluarkan desahan lirih... Tantri menanti...

Dan akhirnya....

Desahan orgasme Tantri kembali keluar ketika merasakan cairan hangat yang keluar dari penis Anto, cairan berwarna kekuningan dan beraroma khas itu menerpa wajahnya, membasuh sperma yang menghiasi wajahnya, masuk ke dalam mulutnya... turun ke payudaranya, perutnya, pahanya... membasahi vaginanya...

Tantri menggeletar, punggungnya melengkung menandakan orgasme yang sangat dinantikan.....

Dan kini dalam ruangan itu hanya ada desah nafas memburu yang berangsur tenang... dan hening...

Tantri beringsut bangun, dan tersenyum binal demi melihat Anto terduduk lemas di pojok ruangan, masih mengatur nafasnya....
Gadis itu mengambil kain kumal yang teronggok dekat meja rias, dan menyeka hasil pergumulan yang ada...dengan sensual, dan membuat nafas Anto kembali memburu ingin kembali menyetubuhi sang idola, namun lututnya begitu lemas, berdiri saja pun ia tidak mampu....

Dengan santai Tantri mengenakan tank top hitam dan mini skirt... mengerling ke arah Anto...
'Bye Anto... keep on coli babe...' kata Tantri sambil tersenyum binal dan ke luar dari kamar itu...

Di luar ia mendapati Chua yang baru keluar dari ruangan sound system...
Keduanya saling bertatapan... tersenyum... lalu tertawa...
Tertawa karena keduanya mengeluarkan aroma persetubuhan yang kental, yang tercium dari tubuh keduanya...

Tawa renyah mengiringi langkah kedua sahabat itu diselingi canda tawa ketika menceritakan kegilaan persetubuhan masing-masing.

And the show... still goes on...

cheers