Friday, October 08, 2010


If I Become

Pagi ini terasa begitu cerah, seiring langkahku menelusuri pinggiran kota Jakarta tercinta ini…

O,ya perkenalkan namaku Reva…. Kebetulan aku pernah membintangi film layarlebar dan iklan pembalut wanita…

Entah mengapa hari ini aku ingin sekali berjalan di pinggiran kotaku ini, ingin rasanya aku melihat langsung kehidupan yang selama ini hanya aku saksikan dari layar televisi….
Mataku tertumbuk pada seorang wanita yang nampak sebaya denganku membawa bakul jamu yang masih kosong.
‘pagi m’Bak… mau ambil jamu ya?’ ujarku seraya memperkenalkan diri pada wanita yang bernama Minah itu…
‘iya m’Bak Reva…kebetulan saya mau ke tempat juragan Karta, mau ambil jamu’
‘Boleh saya temenin m’Bak?’ tanyaku lagi
‘Aduh m’Bak Reva…. Jangan….’ Jawab Minah dengan pandangan ketakutan..
‘Lho, kenapa m’Bak?’
‘m’Bak Reva orang baik… kalau m’Bak bantu saya, nanti m’Bak nyesel’ kata Minah sambil mulai melangkah lagi…
Aku mengiring langkah Minah, aku bertekad apapun yang harus aku lakukan dan aku korbankan, aku akan membantu Minah…
‘m’Bak, aku ikhlas membantu m’Bak, walau apapun yang akan terjadi… m’Bak jangan mengkhawatirkan saya…. Saya yang akan menanggung semua resikonya’ ujarku dengan penuh tekad….
Aku dapat melihat kebimbangan Minah dalam menentukan jawaban, nampak sekali ia mengkhawatirkan diriku…. Namun kebulatan tekadku akhirnya membuat Minah menyerah…

Kini kami berdua tiba di depan tembok pabrik jamu tempat Minah mengambil dagangannya.

Suasana pabrik ini berbeda dengan pabrik jamu lainnya yang pernah aku kunjungi pada saat raodshow atau undangan lainnya. Tempat ini dingin, muram bahkan lebih seperti benteng tahanan.
Terlebih ketika pintu gerbang dibuka oleh seorang pria bertubuh tinggi besar dengan kumis baplang bagai centeng di perkebunan.

Pandangangan matanya membuat aku bergidig ngeri… tapi aku membulatkan tekadku untuk membantu Minah, kasihan dia…

+++++

Nah, ini pasti juragan Karta
Orang ini menyebalkan sekali… dengan perut buncit dan kepala botak membuat tampangnya sangat menggelikan.
Belum lagi gayanya, huh menyebalkan, mengenakan kaus singlet, sarung lusuh, duduk di kursi sambil menghisap klobotnya dengan nikmat…

Ampun… aroma klobot dan tubuhnya membuatku mual… Aku melihat bahwa Minah juga sebenarnya menahan muntah….

‘Eeeehhh Minah…. Ada apa n’Duk?’ Tanya juragan Karta tanpa merasa perlu mempersilahkan kami duduk.
‘Anu juragan… saya mau ambil jamu buat jualan….’ Minah terbata menjawab…
‘n’Duk n’Duk’… jawab juragan Karta dengan nada melecehkan… ‘Hutang jualanmu yang kemarin belum kamu lunasin… sekarang mau ambil barang lagi’
‘Maaf juragan… saya janji semua hutang akan saya lunasi’ jawab Minah dengan lesunya…
Kasihan Minah, nampak sekali kalau ia tertekan, dan juragan ini, ia lebih baik disejajarkan dengan hewan buas yang mempermainkan mangsanya sebelum dimakan.’

‘Baiklah n’Duk… sekali ini bapak masih mau bantu kamu… apa lagi kamu bawa pembayar hutangmu buat bapak…’ katanya dengan menyebalkan sambil memandang diriku dengan tatapan mesum….
‘Ampun juragan..’ seru Minah sambil bersimpuh di kaki juragan Karta….’ Biar saya saja yang menjadi pembayaran hutang… ‘
‘n’Duk… jangan ngangkangi juraganmu… kamu itu cuma cukup buat bayar bunga… itupun pas-pasan…’

Kurang ajar sekali juragan ini… padahal Minah sebetulnya manis, bahkan tubuhnya yang dibalut kebaya yang diikat di bagian perut dan sarung batik yang tinggi bagian bawahnya sepuluh senti di atas lutut, cukup padat berisi…

Aku tak mau Minah dihina lebih lama lag, maka aku tarik tank top pink yang aku kenakan melalui kepala
‘Juragan... saya siap manjadi pembayaran hutang Minah…’ ujarku sambil meloloskan celana selututku dan berjalan mendekati juragan karta yang matanya seakan meloncat keluar dari rongganya, melihat tubuh polosku dan vagina ku yang tanpa bulu

Minah memegangi kakiku, menghalangi niatku untuk menyerahkan tubuhku pada juragan gila ini…
‘Jangan m’Bak… jangan…’
Namun juragan karta menghardik Minah…
‘hush n’Duk… temenmu sendiri yang rela…. Kamu mendingan telanjang dan layani Kadi dan Simin…
Tuh udah pada ngaceng…’ ujar juragan Karta sambil menunjuk penjaga gerbang dan temannya yang sama tidak menariknya… mereka berdua sudah menurunkan celana lusuh mereka dan mengocok penis mereka yang sudah sangat tegang itu
‘ Atau n’Duk mau temen mu ini ta’ suruh ngelayani mereka?’ ancam juragan Karta….

Minah tak punya pilihan lain, ia masih ingin melindungi diriku yang kini polos tanpa busana berjongkok mengangkang di depan penis juragan karta yang beraroma tak sedap, dan bulu kemaulan yang lebat tak terawat…
Aku melihat Minah menanggalkan kebaya dan sarung batiknya lalu dengan perlahan menghampiri Kadi dan Simin, yang dengan kasar merebahkan Minah di sebuah meja bundar kecil hingga kepala gadis itu terjuntai di ujung meja memaksa mulutnya membuka.

Aku tak bisa lama melihat Minah yang kini disetubuhi dengan liar di vagina dan mulutnya oleh kedua begundal itu, karena juragan Karta menyentak kepalaku dan membenamkan seluruh penisnya ke dalam tenggorokanku…

Uuugh aromanya, memuakkanku… aku memang ingin muntah, tapi juragan karta menahan kepalaku dengan ketat, dan aku lebih baik menahan muntahku daripada nanti orang ini makin menyiksaku….

Aku harus membuat bajingan ini cepat berejakulasi, maka sebisaku aku memainkan lidahlu di batang penisnya yang berdaki itu, sambil aku elus lembut kantung zakarnya.
Namun juragan Karta menginginkan pelayanan yang labih dari sekedar oral… kini ia memintaku untuk menduduki penisnya yang siap mengaduk vagina ku.

Aku tak ingin memandang wajah bajingan ini maka aku rengkuh kepala botak juragan Karta dan aku biarkan ia menikmati lembut payudaraku, aku biarkan ia mencupangi payudaraku, mengulum dan menggigiti putingku yang jujur terangsang dan mengeras.

Aku miris melihat Minah yang disodomi bergantian oleh Kadi dan Simin, nampak sekali penderitaan gadis itu, yang tertelungkup di meja menahan perih dianusnya. Maka aku mempercepat goyangan pinggulku, aku menaik turunkan tubuhku di atas penis juragan Karta yang kini berkedut dalam vaginaku…
Ah akhirnya, semburan sperma menjijikan itu akhirnya keluar juga…. Geli juga merasakan semburan itu mambasahi relung vagina dan rahimku…

Aku lalu kembali berjongkok dan membersihkan penis yang baru saja membombardir vaginaku, lalu aku berbisik pada juragan Karta…
‘Juragan… ijinkan saya melunasi hutang Minah, kasihan dia…’
Juragan karta melirik tak acuh,
‘Di, Min! sudah tinggalin itu barang bekas’ serunya penuh penghinaan… ‘ini lonte mau gantiin dia’
Kadi dan Simin menyeringai penuh nafsu memandangi ketelanjangan diriku, lalu seakan kain kumal, Kadi menendang pantat Minah hingga tersungkur di kaki juragan Karta, sementara Simin dengan pongahnya melumat bibirku yang masih lengket dengan sperma juragan Karta…

Kadi segera merebahkan dirinya di lantai, lalu dengan sedikit paksa Simin memaksaku mengangkangi penis Kadi yang panjang dan besar itu.
Perlahan aku memasukkan penis itu ke dalam vaginaku, ngilu juga karena penis itu panjang dan tebal…
‘Aduuuh… aw… aw… aw’ rintihku karena Simin dengan tak sabarannya menekan tubuhku hingga penis Kadi amblas seluruhnya di vaginaku, bahkan aku merasakan kepala penis itu menyentuh dinding rahimku.

Belum juga aku beradaptasi, Kadi sudah merengkuh pundakku, dan menarik ke arah dadanya, hingga kini payudara montokku berhimpitan dengan dada gembyor Kadi.
‘Aduh… ampun…ampuuun’ jeritku pilu tanpa dihiraukan oleh mereka, bagaimana tidak… Simin dengan paksa ikut menjejalkan penisnya ke dalam vaginaku….
Sakit sekali… vaginaku serasa sobek… namun kedua bajingan ini malah makin menyiksaku dengan mulai menggenjotiku dengan brutal…

Aku meringis kesakitan di antara sodokan mereka, air mataku mengalir… namun mereka tetap mengaduki vaginaku dengan liar… samar aku melihat Minah yand kini terlentang di bawah kaki juragan Karta… bajingan tua itu benar-benar menjadikan Minah keset kakinya yang kotor itu…

Namun aku tak bisa terlalu lama memperhatikan Minah… kondisiku sendiri begitu mengenaskan.
Selesai menghancurkan vaginaku dengan brutal, mereka menelungkupkan aku di lantai , Simin memengangi tanganku ke belakang, hingga payudaraku tertekan ke lantai kasar itu… lalu pria itu mengangkat pinggulku hingga menungging…

Oh tidak… Simin meludahi liang anusku…. Aku coba berontak, namun Kadi menahanku dengan duduk di bahuku…

‘Sakiiiiiiiiiiiiiiiit… ampuuuuun… cabuuuut…!’ raungku tak perduli sekitar…. Simin dengan kasarnya menyodomiku… penisnya mengacak lubang pantatuku… aduhh, sakit, perih… Dan sakit itu membuatku lemah… aku tak kuasa lagi meronta… aku hanya terisak menerima siksaan ini…
Biarlah… yang penting niatku bulat… aku mau membantu Minah….

‘Auch…’ pekiku tertahan ketika Simin mendadak mencabut penisnya dari anusku… Namun,
‘Aaaahhh…’ kembali pantaku ditembus penis Kadi, kembali pantatku manerima siksaan…

‘Ayo neng… buka mulutnya… bersihin nih kontol… ada kotorannya…’ kata simin sambil mengunci rahangku…
Aku begitu lemas… aku tak mampu lagi meronta… dan kini aku harus merasakan aroma kotoranku sendiri… tawa ketiga bajingan itu makin menghancurkan harga diriku….
Simin menarik penisnya yang sudah bersih dan melangkah ke belakangku…
‘Nah sekarang kontol akang, neng…’
Aku hanya bisa pasrah… Kadi meminta jatah mulutku untuk membersihkan penisnya yang kotor… sementara pantaku lagi lagi diisi penis Simin…

Entah berapa kali mereka berotasi memperkosa anus dan mulutku… hingga pada akhirnya, mereka memasukkan penis kotor mereka ke dalam vaginaku, dan berejakulasi dengan sukses di dalam rahimku…

+++++

Kini dengan tertatih, menahan sakit di selangkangan, aku dan Minah meninggalkan pabrik terkutuk itu… namun ucapan Minah membuat aku tersadar kalau bajingan-bajingan itu masih akan menikmati tubuh kami lagi…
‘m’Bak sebaiknya nanti jangan ikut ketika saya mengembalikan botol jamu… biar saya saja sendiri…’

+++++

Mentari yang terik tak menyurutkan langkah kami untuk menjajakan jamu… ternyata pekerjaan ini sangat melelahkan… selain perjalanan yang kami tempuh, ternyata pelecehan menjadi bagian tersendiri yang tak bisa lepas dari profesi ini.

Colekan iseng, remasan di pantat, payudara sudah menjadi bagian dari penjajaan jamu…
Bahkan lebih dari itu…

Sekelompok supir truk yang sedang istirahat memanggil kami… Minah kembali ingin melindungiku dengan melarang diriku menghampiri supir-supir itu
Namun justru aku yang lebih dahulu menghampiri mereka…

‘Eeee… tukang jamunya manis ya…’ kata seorang dari mereka sambil mengelusi tenganku… aku hanya tersenyum sambil menyiapkan jamu yang diseduh Minah kemudian aku bagikan pada supir- supir itu…
Tangan-tangan nakal kembali menyerang tubuh kami..
Minah coba menepis tangan mereka dari tubuhku, namun akhirnya malah kami yang jadi bulan-bulanan mereka…

Kami dinaikkan ke bak salah satu truk yang cukup besar… pakaianku, langsung hilang entah ke mana. Minah tak lebih baik dari kondisiku… kami bersimpuh dilantai bak, dan mulut ku dan Minah seakan menjadi tempat perlombaan deepthroath supir-supir itu…
Setiap mereka ejakulasi di mulut kami, supir berikutnya siap mengantri.

Lalu mereka menunggingkan kami berdua saling berhadapan… mereka mulai menunggangi kami dari belakang… kami berdua, aku dan Minah, jarak wajah kami hanya sepencium saja, hingga desah nafas kami saling menghangatkan wajah kami yang sudah sangat berpeluh, bahkan tanpa ingat siapa yang mengomando, kami saling berpagutan.

Keliaran ciuman kami makin membuat penikmat tubuh kami menggila… Sodokan-sodokan penis mereka di vagina dan anus kami makin liar… dan semburan-semburan sperma, mengiringi orgasme panjangku dan Minah yang tertahan sedari tadi…

++++

Ketika kami beristirahat sejenak di kolong sebuah jembatan, Minah mengeluarkan seluruh kepedihan hidupnya…aku jadi terenyuh, ternyata pendapatan kami belum mencukupi untuk keperluan hidup sehari-hari Minah, hingga gadis itu terpaksa nyambi sebagai tukang pijat… dan ternyata kolong jembatan tempat para pemulung dan pengemis berkumpul menjadi tempat Minah menawarkan jasa pijatnya…

Kini, di hadapanku seorang pengemis dengan aroma tubuh yang sangat masam, memintaku untuk memijatnya… Aku menghela nafas karena terharu akan keseharian Minah, gadis itu hanya mendapat bayaran sekitar dua ribu rupiah untuk memberikan pijat plus-plus pada orang-orang ini… jenis pelayanan yang kini dituntut dari diriku…

Aku membalur tubuh telanjangku dengan baby oil murahan yang ada di bakul jamu Minah, lalu aku mulai meliukkan tubuhku di atas pungung pengemis yang sangat menikmati ‘pijatanku’. Ketika pengemis itu membalik tubuhnya hingga terlentang, kini mulut, lebih tepatnya lidahku yang menjalankan fungsinya…
Lidahku sepat karena menjilati daki di sekujur tubuh pengemis yang nyengir kegirangan, sambil mengedip ke belakangku…

Ya ampun… kasihanya dirimu Minah… untuk dua ribu rupiah kamu rela di tunggangi sambil terus ‘memijat’ seperti yang aku alami sekarang… entah penis siapa yang bersarang seenaknya di anus dan vaginaku bergantian sementara aku kini menjilati telapak kaki kotor pengemis itu sampai bersih sebelum aku men deepthroath penis pengemis itu…

++++

Lumayan, aku dan Minah dapat mengumpulkan uang masing-masing duapuluh ribu rupiah… rupanya hari itu memang banyak pengemis, gelandangan, dan pemulung yang beristirahat hingga pendapatan kamipun jadi lumayan…

Minah tak hentinya berterima kasih atas keikhlasanku membantu dirinya… dan tangisnya makin keras karena aku memberikan semua hasil pendapatanku pada Minah…
Aku ikhlas…

Kembali kami berjalan, jujur dengan langkah diseret… hei, kami disetubuhi puluhan lelaki dalam waktu setengah hari, wajar kalau kami kelelahan dan jalan kami mengangkan, kan?

Namun sepertinya selangkangan kami akan lebih mengangkang lagi…
Gerbang pabrik jamu terbuka, dan aku melihat kalau juragan Karta mengumpulkan semua pegawai lelaki di pabrik itu dan memang menanti kedatangan kami…

Aku menggengam tangan Minah erat, dan memasuki pabrik yang gerbangnya kini menutup di belakang kami…

+++++

Pagi telah menyingsing… aku memandang Minah yang terkapar kelelahan di kamar kontrakannya yang sempit itu, setelah akhirnya kami bisa pulang dari ‘pesta’ gangbang di pabrik itu…
Kasihan Minah… dalam waktu beberapa jam lagi ia harus kembali menjalani ‘rutinitas’ ini…

Aku mengecup kening Minah, aku tinggalkan amplop coklat berisi dana yang setidaknya bisa membantu Minah untuk hidup sehari-hari sampai ia bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik…

Perlahan aku berjalan meninggalkan kontrakan Minah, aku berjalan menikmati pagi yang cerah ini…
Mataku tertumbuk pada sosok lelaki setengah baya yang sedang memanggul karung berisi botol aqua bekas…

Aku terenyuh… aku harus membantu beliau…

++++

‘Pak… saya Reva…’ kataku sambil memperkenalkan diri
‘Bolehkah saya membantu bapak?’

++++
The End

3 comments:

adaris said...

update ceritanya donk

Rexxar said...

kagak ada lanjutan crita ya gan...ayo dong semangat...heee

Anonymous said...

hmmm gmana nihh bos saya selalu tunggu lohh update nya tapi kenapa tiak ada ada... :(