Wednesday, October 17, 2007


Kegilaan Agnes 6: Petualangan di Rambo

Agnes merasa birahinya sedang tinggi, ia butuh pleampiasan, dan ia ingin merasakan gangbang yang brutal yang selama ini menjadi pelampiasan nafsunya, namun semua lelaki yang pernah menidurinya selalu berlaku gentle, kecuali ketika ia digangbang di studio rekaman atau di villa puncak. Ia ingin tubuhnya dikasari, dihina, dilecehkan.

Tanpa disadari Honda Vario tunggangannya melaju ke daerah Rambo, Agnes memandang sekilas ke arah kawasan remang-remang itu, ia sudah banyak mendengar mengenai tempat pelacuran murahan itu, senyumnya tersungging. dengan santai ia memarkirkan motornya, lalu melenggang santai dengan hanya memakai t-shirt super ketat dan hotpants yang sangat menantang.
Bau minuman keras, sperma dan cairan kewanitaan begitu kental, namun Agnes tidak perduli, ia hanya ingin memuaskan birahinya.

Ia melihat sebuah warung yang super kumuh dengan banyak preman, pengangguran dan pemulung serta pengemis sedang mabuk.
Seakan ia biasa ke kawasan itu, Agnes langsung masuk dan duduk ditengah-tengah mereka. Semua orang kaget, melihat ada cina cantik, montok masuk ke sarang mereka. Agnes mendengar bisikan mereka, barang baru, cina pecun, montok, enak kalo di entot. Agnes tersenyum simpul mendengarnya.

Lalu seorang dari mereka yang nampaknya preman paling berpengaruh di kawasan itu duduk di samping Agnes dan memulai pembicaraan, sambil tangannya memegang paha montok Agnes.
'Non, orang baru, ya?'
'Iya bang' jawab Agnes sambil tersenyum genit, sambil menahan rangsangan yang ditimbulkan gesekan tangan kasar di pahanya.
'Non cantik deh... kaya... sap tuh, pecun yang suka nari seksi di tipi...Agnes. Iya, non mirip Agnes Monica' seru kepala preman disambut teriakan akur teman-temannya.
'Ah abang bisa aja' desah Agnes manja, 'Tapi kalau abang mau anggap saya Agnes, juga ngga apa-apa'
'Buset... paha non, montok banget'

Tangan itu terus menggerayangi paha dalam Agnes, bahkan sekarang sudah bersarang di wilayah segitiga emas Agnes, meremasinya kasar hingga cairan vagina Agnes mulai membasahi hotpants itu.
'Weleh-weleh.. non udah konak ya? udah basah gini' celoteh itu disambut tawa yang lain.
'Pahanya mulus, gimana dalemnya ya?
'Masukin aja bang, biar abang tau'
'Wah bener ya, non yang minta lho' lalu tangan itu menelusup masuk kedalam hotpants, ternyata Agnes tidak memakai celan dalam, dan sang preman kaget karena merasakan vagina Agnes yang licin
'Wuiiih, ngga ada jembutnya'
'bang'.. protes temannya'kita juga pingin liat dong'
'Diem luh.. gua beri ntar!'
Namun perbuatan Agnes berikutnya mengagetkan si kepala preman, dengan santai Agnes melolosi hotpantsnya dan berdiri dihadapan mereka , mempertotonkan pantat montoknya, vaginanya yang super terawat dan sepasang kaki yang jenjang dan kokoh
Sang kepala preman akhirnya tak bisa menahan anakbuahnya lebih lama lagi, akhirnya mereka semua serempak, meremas pantat, paha, dan mengobok vagina Agnes.
Desahan keras tidak bisa ditahan Agnes, demi merasakan serbuan mereka, permainan kasar tangan dan lidah mereka menjebol pertahanannya, dan dengan lenguhan keras, Agnes orgasme dihadapan mereka semua.

Kemudaian seorang pengemis mendekap Agnes dari belakan, ia menciumi tengkuk Agnes, sambil tangannya menelusup dalam t-shirt Agnes dan mengobok payudaranya yang tak tertutup BH,
Agnes hanyt dalam permainan pengemis itu, dan ia pasrah ketika t-shirt itu diangkat melalui kepalanya, tubuhnya bugil total, tinggal sepatu ketsnya yang tersisa.

Lalu mereka merebahkan menyingkirkan botol-botol bir dari meja dan menelentangkan Agnes di sana, dengan pinggul tepat berada dipinggir meja, sehingga kakinya menjuntai bebas.

Kepala preman, memposisikan dirinya diantara selangkangan Agnes, lalu menjamahi tubuh Agnes dengan brutal.
Agnes dapat merasakan kepala penis besar berada di depan vaginanya, ia mengaitkan kakinya ke pinggang sang kepala preman dan mendorongnya sehingga penis besar itu menerobos masuk ke vaginanya.
Agnes sedikit mengernyit merasakan besarnya penis itu, dan untuk sesaat kepala preman itu tertegun, karena selama ini biasanya wts murahan yang dipakainya tidak pernah seliar itu, sementara gadis dihadapannya sengaja meminta untuk disetubuhi.

Namun reaksi nafsu memang besar. hanya 5 detik pikiran kepala preman terganggu, ia lalu mulai menggarap vagina Agnes.
Agnes menggelinjang-gelinjang kenikmatan, gairah sexnya yang besar seakan mendapat saluran pengeluaran. Ia ingi liar, ia ingin brutal, lalu Agnes meraih dua penis, dan mulai mengocoknya sementara gerakan mulutnya seakan ingin merasakan penis dimulutnya.
Melihat itu, seorang pemulung cacad, duduk di dada Agnes dan dengan kasar memasukkan penisnya ke mulut Agnes hingga mentok, dan hidung Agnes tertanam di bulu penis yang lebat dan bau.

Namun Perbuatan itu malah membuat Agnes makin binal, kekasaran itu membuat birahinya makin meledak, ia menjilat bersih penis bau itu, hingga pemiliknya tak tahan dan menumpahkan spermanya langsung masuk ke perut Agnes.
Dua penis yang dikocoknya berkedut, dengan sigap Agnes megulum penis tersebut hingga keduanya orgasme di mulut sexy Agnes.

'Gila nih pecun, hobi banget neggak peju' kata si pemulung
'Iya, nyepong ama ngocokya juga jago' sahut yang lain.
Agnes merasa bangga karena bisa membehagiakan kaum hina ini, ia merasa sangat berguna karena bisa memberi kenikmatan duniawi pada mereka yang selalu bergulat dengan kerasnya hidup.

Agnes memandang dengan tatapan binal ke arah kepala preman yang masih mengerjai vaginanya, stamina kepala preman itu memang hebat, setengah jam ia mengerjai Agnes sebelum...
'Gue siram memek lu ama pejuuuuuuuuu!!!!!' lolongan itu menandai tersiramnya rahim Agnes dengan sperma panas sang kepala preman.
Baru saja penis sang kepala preman keluar dari bibir vaginanya, lima orang kembali maju, dua oreng merasakan tangan mulus Agnes, sato merasakan mulut, satu di vagina, dan satu di dadanya.

Orang di vaginanya keluar terlebih dahulu, dan langsung digantikan penis yang lain, orang yang mendapatkan mulutnya culup perkasa, sementara penis ditangannya mulai berkedut, maka Agnes mendekatkan penis itu ke wajahnya dan menyemprotkannya di sana, sementara ia membiarkan dadanya disiram sperma panas, baru kemudian orang di mulutnya orgasme.

Agnes-benar-benar puas, ia sendiri sudah orgasme berkali-kali, namun hasratnya begitu tinggi, dan ia tidak ingimn menyudahi kenikmatan ini, apalagi ia tau banyak pengunjung Rambo yang belum menikmati tubuhnya.
Kepala prema itu sudah siap untuk ronde berikutnya, namun ia melihat lelehan sperma yang mengalir tak tertampung dari vagina Agnes, serta merta ia membalikkan Agnes hingga menelungkup di meja, dan tanpa basa-basi menyodomi Agnes.

'Aduh... pelan-pelan, bang... masih seret nih' rintih Agnes
'Aaaaahhh diem luh pecun, elu kan yang minta di entot, lu tau kan pecun ngga punya pilihan? suka-suka gua mo ngentot lobang lu yang mana! Memek lu becek, tau!' bentak si kepala preman karena nafsunya yang sudah diubun ubun.
Birahi Agnes langsung melonjak mendengar makian itu, ini yang dicarinya, ia ingin dihina, direndahkan, dilecehkan.
'Iya bang... saya pecun, maaf bang, entot saya sesuka abang, entot saya bang...'
Mendengar itu, kepala preman makin bernafsu menyodomi dan menyabet pantat Agnes, bahkan sampai Agnes terkentut kentut, yang disambut tawa melecehkan gerombolan itu.

Lalu seorang pengemis yang penuh koreng dan kudis, meminta Agnes berwoman on top, Agnes dengan bernafsu melayaninya, ia juga pasrah ketika seorang lagi menekan punggungnya sehingga tubuhnya berhimpit dengan pengemis itu, dan pantanya kembali disodomi, sementara tangan dan mulutnya melayani penis yang lain. Kemudian gaya woman on top belakang, dengan penis di dalam anus, lalu mereka merebahkan punggung Agnes di dada pengemis kudis itu, dan bergantian mengerjai vagina, mulut, tangan, dada dan seluruh bagian tubuh Agnes.

Semua gaya barbar dalam sex dipraktekkan oleh gerombolan itu pada Agnes yang sama sekali tuidak berkeberatan malah membalasnya dengan nafsu berlipat. Lalu Agnes melihat ada seorang pelacur yang sedari tadi melihat dirinya di gangbang dengan brutal, wajahnya menunjukkan kebencian, Agnes menyadari, pastilah pelacur itu, kembang Rambo, yang merasa tersaingi dengan kedatangannya, yang seakan merebut semua langganannya.

Dengan santai Agnes menghampirinya, meninggalkan penikmantnya beristirahat. Pelacur itu terkejut melihat kenekatan Agnes berbugil ria di muka umum seperti itu, dan seperti ada pengaruh mistis dari sosok Agnes yang membuat pelacur itu menurut ketika Agnes membawanya ke tengah gerombolan itu, yang nampak sudah bangkit lagi gairahnya.

Dengan lembut Agnes membaringkan Widya, nama pelacur itu, di meja yang lengket dengan sperma dan cairan vagina, meminta dua orang memegangi tangan Widya dengan lembut. Dengan mesra Agnes, membuka rok mini dan celana dalam murahan milik widya, mengangkangkan kakinya, dan mendekatkan wajahnya ke vagina Widya yang berbulu lebat dan nampak tak terawat serta terlalu sering dipakai. Desahan nafas Agnes di vaginanya membuat birahi Widya bangkit, belum pernah ia merasakan sensasi seperti ini.

Tanpa jijik, Agnes kemudian membenamkan wajahnya ke vagina tak terawat milik Widya, dijilatinya vagina berbulu lebat itu hingga bersih, bahkan Agnes menjilati anus Widya tanpa rasa jijik. Widya tak dapat menguasai sensai itu terlalu berlebihan.
Seorang gelandangan mengangkat pinggul Agnes sehingga sejajar dengan wajahnya yang bersarang di vagina Widya, lalu dengan santainya menghujamkan penisnya ke vagina dan anus Agnes secara bergantian, sementara kepala prema maju ke atas meja dan mendapat sensai deeptroath dari Widya.

Pesta sex itu baru berakhir jam tujuh pagi, gerombolan itu pergi meninggalkan tubuh bugil Agnes dan Widya yang kepayahan dalam kepuasan dengan langkah lunglai.
Agnes benar-benar merasa puas, dan sudah pasti ia akan kembali ke kompleks itu untuk menikmati sex liar dan brutal seperti yang baru dialaminya.
Agnes pun kini bersahabat dengan Widya, dan berkat koneksi Agnes, Widya kini menjadi pelacur kelas tinggi yang sangat terawat, serta menjadi parter lesbi Agnes, namun begitu Widya selalu ikut Agnes untuk berbagi sex dengan kalangan bawah di Rambo.
Keduanya menjadi primadona di sana.

End.

Ririn Dwi Ariyani

Ririn menghentikan mobilnya di lampu merah dengan kesal, ia hampir terlambat shooting, dan kemacetan membuatnya sedikit berang.
Ia mendengus ketika seorang waria mengamen di samping mobilnya.

'Pergi sana, dasar banci...' usir Ririn dengan ketus. Dan kekasarannya harus ditebus mahal.
Tanpa disadarinya pintu belakang mobilnya tidak terkunci. Waria itu segera masuk ke kursi belakang, dan menghunuskan pisau ke leher Ririn.

'Teriak... biar leher lu gua gorok... dasar pecun
Ririn ketakutan setengah mati. Ia merasakan dinginnya pisau itu menempel di lehernya.
Waria itu kemudian meyuruh Ririn menarahkan mobilnya kesebuah rumah kumuh dipinggiran kota dan menyuruhnya masuk . Waria tadi kemudian mengikat Ririn di sebuah kursi dan menutup kepala Ririn dengan sebuah karung.

Tiga jam berlalu, Ririn ketakuatn setengah mati menanti apa yang akan terjadi padanya. Ia kemudian mendengar banyak suara di dalam ruangan itu.
Karung yang bau itu kemudan diangkat dari wajah Ririn, matanya mengerjap membiasakan dengan cahaya, dan kemudian terbelalak tidak percaya.

Ada 15 orang waria di dalam ruangan itu termasuk yang menculiknya, dan mereka semua hanya memakai pakaian dalam. Ririn melihat tubuh-tubuh mereka yang seksi, dengan payudara indah hasil silikon, namun matanya memancarkan kengerian melihat penis-penis waria itu yang perlahan mulai menegang.

Penculikya yang dipanggil Janet menamparnya. Ririrn mengiba, ia minta dilepaskan, dan memohon maaf atas kekasarannya, namun semuanya itu disambut tawa sumbang para waria.
Mereka begitu dendam pada orang yang menghina jati diri mereka, dan mereka ingin merusak orang-orang yang menghina mereka, dan sekarang Ririn akan menerima hasil perbuatannya.

Kemudiam mereka menelanjangi Ririn, tangan mereka menggerayangi setiap inchi tubuh mulus Ririn, termasuk vaginanya yang licin bersih tanpa bulu. Ririrn merinding merasakan lidah para waria itu, menjelajahi tiap lekuk tubuhnya, bahkan memaksanya berciuman. Ririn hanya bisa pasrah, ia tidak bisa melawan 15 weria kesetanan, yang dengan sengaja merekam perkosaan itu.

Mereka memaksa Ririrn mengoral penis mereka, dan ini membuat ririn jijik, namun tamparan keras Janet membuatnya pasrah, dan mulutnya penuh dengan penis-penis waria yang ternyata besar dengan panjang rata-rata 20cm dan diameter 6cm, bahkan satu dari mereka yang dipanggil Anita memiliki penis terbesar di antara mereka semua sekitar 30cm dengan diamater 8cm.

Kemudian mereka mengangkat Ririn dan membaringkannya disebuah meja kayu yang nampkanya sengaja disiapkan untuk penyiksaan.
mereka mengikat kedua tangan Ririn ke ujung meja, kemudian menelikung tubuh Ririn, sehingga lututnya mengapit kepalanya, dan mengguakan strap hingga kakinya tidak bisa digerakkan, dan pantat serta pinggungya terangkat tinggi, pasrah untuk dihancurkan.

Ririn memandang ngeri ke arah Janet yang membawa alat suntik, ia takut kalau mereka akan merusak wajah dan tubuhnya dengna implant silikon.

'Hahaha, tenang, manis', ejek Janet, 'Kami ngga akan meng implant tubuh lo dengan silikon, kita mau ngerusak elo dengan cara lain'
lanjut Janet sambil menyuntikkan injektor itu ke daging vagina Ririn.
Ririn menjerit kesakitan, namun Janet tidak perduli, malah kembali ia menyuntikkan cairan kedalam vagina Ririn.

Kemudian ke 15 waria itu mengelilingi tubuhnya sambil mengocok penis masing-masing, kemudian Janet maju dan tanpa pemanasan menghujamkan penisnya dengan kasar ke dalam vagina Ririn. Jerit kesakitan kembali keluar dari mulut indah Ririn, ia mengiba-iba minta tolong, namun permohonannya hanya dibalas dengan tawa kejam. Janet makin mengentak setiap jeritan Ririn terdengar, ia sepertinya sangat menikmati penderitaan Ririn, dan sesaat sebelum ia ejakulasi, Janet berkata dengan suara berat.

'Elu, tau suntikan tadi... Itu obat penyubur kandungan yang paling kuat, sehingga setetes mani saja pasti bikin kamu hamil, hahahaha"
Ririrn menjerit mendengar itu terlebih ketika ia merasakan semburan sperma Janet di dalam rahimnya. Ia tidak mau hamil, appalagi dari seorang waria, namun apa daya, terlebih mendengar khasiat obat yang disuntikkan Janet tadi. Namun belum lama ia berfikir, waria lainnya naik dan memperkosanya.

ririrn menangis sejadi-jadinya ketika merasakan sperma demi sperma maskuk kedalam rahimnya. dan dalam posisinya ini, sperma itu tidak dpat keluar melainnkan tertampung sepenuhnya ke dalam rahimnya, terlebih Janet berulang-ulang menyuntikkan cairan itu selama sesaat sebelum teman-temannya mengambil bagian mendonor sperma ke rahim Ririn. Anita kemudian mengambil bagian... Ririn sudah pasrah, namun alangkah terkejutnya ketika Anita ternyata mengarahkan penis supernya ke lubang anus Ririn yang kecil. Ririrn berusaha berontak, namun strap dan cengkraman Anita yang kuat membuatnya terpasa menjerit kesakitan merasakan penis itu menerobos masuk ke dalam anusnya. ririn bisa merasakan darah mengalir dari anusnya yang terluka, akibat terobosan brutal itu, dan gesekan dengan penis Anita yang menggenjot anusnya dengan buas.

Tidak hanya itu, Anita kemudian meniju perut Ririn berkali-kali, sampai akhirnya Ririrn mengeluarkan kotoran di penis Anita. Naita merasa puas melihat kotoran Ririrn yang bercampur darah menutupi penisnya, lalu dengan santai ia menghujamkan penis kotor itu ker vagina Ririn yang kini hanay bisa terisak pilu, merasa harga dirnya sama sekali suadah hilang, bahkan organ terintimnya diperlakukan dengan brutal, dengan measkukkan kotoran ke dalamnya.

Ririn kini hanya bisa berharap mereka akan membebaskannya setelah puas menghancurkan harga dirinya, masa depannya dan karirnya, namun horor itu masih ada.
Ririn meronta sekuatnya demi melihat Janet membawa segelondong benang kasur dan jarum besar ke arahnya. dan jeritan pilu kembali terdengar ketika Janet dengan santainya menjahit vagina Ririrn dengan begitu rapinya dan kemudian menutupnya dengan lakban sehingga tak ada setetes spermapun yang bisa keluar dari vagina Ririn. Lalu mereka melepaskan Ririn dari meja, untuk kemudian manelikung kedua tangan Ririn ke belakan punggungnya dan mengikatnya ketat. Kemudian mereka beramai ramai menyodomi Ririn yang sudah kepayahan dan memaksanya melakukan deepthroath, Ririrn yang sudah kepayahan hanya menurut pasrah, walau penis itu banyak membawa kotoran dari pantatnya, dan perutnya sekarang penuh terisi sperma bercampur kotoran dan darah, anusnya sendiri yang sudah tak berbentuk disumpal kaleng bir oleh Janet.

Ketika akhirrya mereka melepaskan ikatan Ririn, tubuhnya sama sekali kehabisan daya, dan kesakitan, namun tendangan Janet memaksanya merangkak ke luar bangunan itu. Janet memaksa Ririn memakai kembali pakaiannya kecuali untuk celana dalam yang oleh Janet diberikan G-String super ketat sehingga menekan anus dan vagina Ririn yang hancur.

Lalu Janet memaksa Ririn berkendara seharian penuh membuat dirinya makin tersiksa, sebelum Janet mengijinkan Ririn mengarahkan kendaraanya ke rumahnya.
Di rumah Ririn, Janet mengaku sebagai makeup artist yang menemani Ririn karena kecapaian shooting, lalu mereka berdua naik ke kamar Ririn dan kembali teror disebarkan oleh Janet, ia memaksa Ririn telanjang bulat, dan berpose mengangkang, memperlihatkan vagina dan anusnya yang terluka. Janet lalu memerintahkan Ririrn untuk mengejan mengeluarkan kaleng bir dalam anusnya. Ririn sampai hampir kehabisan nafas sebelum akhirnya berhasil mengeluarkan kaleng bir itu berikut dengan kotorannya, lalu Janet memaksa Ririn menyentak lepas lakban yang menutupi vaginanya.

Ririn ingin menjerit namun ditahannya karena ancaman Janet yang akan menyebarkan rekaman tdirinya diperkosa waria, juga ancaman Janet yang akan meminta rombongannya menculik dan menyiksa Ririn hingga tewas. Janet berkata mereka akan menyayat-nyaat tubuhnya, memoting puting susu dan klitoris Ririn, dan menyirami lukanya dengan asam. Dan lanjut Janet lagi, korban terakhir mereka baru mati setelah satu bulan disiksa.

Badan Ririrn gemetar menahan sakit, ngilu dan linu ketika jari lentiknya menarik benang kasur yang dijahitkan ke vaginanya, bibir bawah Ririn sampai berdarah karena gigitannya dalam usahanya menahan jeritan. Ketika benang itu sudah terlepas, Ririn merasa sedikit lega, badanya menggeleak di kasur, ia tidak mau melihat vaginanya karena tau sekarang organ intimnya sudah terluka dan hancur. Mata Berkunag-kunang. Ia tidak menyadari kalau janet mengngeluarkan botol alkohol 100% dari tasnya dan menyiramkannya ke vagina Ririn yang terluka.

Badan Ririn seakan tersengat setrum 10000 watt, mulutnya membuka namun tak ada teriakan keluar, matanya membeliak, tubuhnya menegang, mengejang dan akhirnya Ririn pingsan. Dengan santai Janet turun, pamit ke orang tua Ririn dan meminta mereka tidak menggangu Ririn, yang sedang tertidur kecapaian. Orang tua Ririn berterimakasih atas kebaikan Janet yang mau menemani Ririn, bahkan mereka memesankan taksi untuk Janet, tanpa menyadari anak mereka pingsan di atas kasur yang digenangi darah dari vagina dan anus yang terluka.