Monday, June 29, 2009


Celebrity Nightmare: Aura Kasih - Under the Spell

Terinspirasi kisah - aku istri yang dihipnotis..

Aura sedang asyik ber window shopping di depan sebuah butik ternama di mall itu, matanya tertuju pada sebuah baju

yang sexy dan pakaian itu membuat gadis itu melangkahkan kaki menuju bagian dalam butik itu ketika ia merasakan

bokongnya yang berbalut rok jeans mini itu diremas dengan kasar.
Kontan gadis itu berbalik dengan tangan teracung ingin menapar dan ribuan kata-kata makian yang siap ke luar dari mulut sexynya.

Namun tatapan mata pria yang meremas bokongnya membuat Aura kaku. Gadis itu coba berontak namun tubuhnya sama

sekali tak bisa di gerakkan, bahkan di luar kehendaknya, tangannya malah terulur dan..
'Tidak....' jerit Aura yang tak keluar dari mulutnya. Tangannya kini memeluk erat pria yang menghipnotisnya itu,

bahkan tanpa bisa ditahannya, gadis itu ber cium pipi kanan, dan cium pipi kiri dengan pria itu.

Pengujung mall yang memperhatikan tentu merasa heran, ada seorang gadis sexy berpelukan mesra dengan seorang pria dengan tampang alakadarnya bahkan tampak sedikit terbelakang dengan pakaian lusuh, bahkan sang gadis tampak seperti merinduan pemuda itu.
Tanpa sungkan Aura mengajak pemuda itu menuju cafe termahal di mall itu, memesan minuman termahal, dan bercengrama dengan mesranya dengan pemuda yang secara fisik bagaikan langit dan bumi.

'Tidak..., kenapa aku..., tubuhku.... tubuhku melawan aku... si...siapa lelaki ini....Anyone.... Heeeeelllllppppp!!!'
Namun semua teriakan itu tak keluar, yang dilihat pelayan yang tampak kagum itu ialah wajah kangen Aura Kasih yang sangat sensual namun juga bernafsu.
Dan tak ada seorangpun yang mendengar bisikan 'mesra' sang pemuda di telinga Aura Kasih..
'Aku tau kamu ada di dalam sana dan mendengar aku. Kamu ada dalam pengaruh peletku, lonte.... kamu sekarang ada dalam genggamanku. Dan aku akan menjadi tuanmu.'
Dan sebuah kecupan mendarat di pipi mulus Aura yang nampak merasa sangat tersanjung.

Keduanya lalu beranjank dari cafe itu sambil bergenggaman tangan erat, seolah tak ada hari esok dan seolah tak ada orang di sekeliling mereka tingkah keduanya membuat sebagian pengunjung mall jengah dan memandang melecehkan...
'Tolong aku.... aku diguna-gunai... aku di jerat... tolong....'

Namun hana pandangan sinis yang diperoleh gdis itu, karena kini dengan manja tangannya bergayut pad pemuda yang lebih cocok jadi kacung dibanding kekasihnya.
Kembali pemuda itu berbisik lirih di telinga Aura...
'Aku akan membuatmu menjadi sangat hina... rendah... tanpa harga diri...'
Senyum manis merekah di bibir Aura, bagai menerima pujian yang lama dinantinya.

Dan kini keduanya sedang menikmati temaram lampu bioskop yang memutar 'asmara dua diana', well tepatnya pemuda kita sedang meresapi nikmatnya mulut Aura yang bagai kehausan menghisap, mengulum dan membiarkan penis pemuda yang bau itu menjelajahi nikmat kerongkongannya yang bagai mengalami dehidrasi dan hanya bisa dipuaskan penis pemuda itu.

Jemarinya sendiri asyik mengaduk vagianya yang sangat basah itu, g-stringnya sendiri sudah tergeletak entah di mana.

'Jangan liat... tolong.... jangan pandang aku begitu... aku tak ingin... penis ini menyiksaku... aku tak bisa bernafas...'

Sepasang kekasih memandang jijik pada keduanya, dan segera keluar dari ruang gelap itu sambil berbisik sinis. ' Memang pelacur...'

'Tidak... aku bukan pelacur... mmmmphhhh, penis ini bau... penuh daki dan apek... tolooooong...aaaarrrggghhh.'
Dan kini dengan rakus Aura menghisap habis sperma yang dimuntahkan sang pemuda bagaikan harta yang tak ternilai harganya, sementara vaginanya sendiri tak hentinya mengeluarkan cairan orgasmis yang sangat dahsayat hingga lenguhannya terdengar oleh seisi bioskop yang dengan senang hati merekam perbuatan mereka dengan cameraphone.

'Matikan... tolong.... matikan.....'

Namun malah senyum binal yang keluar .....

Pemuda itu lalu mengamit lengan Aura dan membawanya keluar mall, dan kini keduanya melintasi terik Jakarta dengan berjalan kaki seakan sang pemuda berniat membakar tubuh Aura yang berkeringat sangat deras.
Namun gadis itu nampak sangat berbahagia sekan ingin menikmati momment yang sangat indah ini.

Mereka kemudian menghampiri sebuah gerobak minuman pinggir jalan yang dihuni sekitar lima orang preman yang nampak terkesima melihat seorang pemuda kucal menggandeng seorang wanita sexy.
'Oh shit, jangan... please...' alam sadar Aura terus berteriak mengharap ada keajaiban untuk melepaskannya dari guna-guna ini.
Namun dengan langkah ringan Aura duduk di kursi itu dengan posisi menggoda

'Wah...wah..wah..., ceweknya nih bang', cetus seorang preman sambil menunjuk Aura dengan bibirnya.
Pemuda itu cuma cengengesan sambil berkata,'dia lonte... dan dia nurut apa yang elo pada minta...'
'Ah becanda nih... mana mungkin cewe cantik gini mau ama kita.. '
'Mau bukti...?'

'Oh tidak... tolong jangan hina aku.... jangan rendahkan aku.....' keluh Aura, yang merasa nasibnya sangat tragis ini...

'Eh lonte...' perintah pemuda itu, 'sekarang lu angkat rok, dan duduk ngangkang'

Mata para preman itu membelalak melihat vagina mulus Aura yang tanpa bulu, serta paha jenjang sang gadis, yang dalam alam sadarnya menangis namun sedikit bersyukur karena posisi duduknya terhalang gerobak hingga vaginanya tak terekspose langsung ke jalan raya.
Namun kini kelima preman dan penjual minuman itu jelas mengharapkan lebih dari sekedar melihat.

'Gua bisa minta lonte ini ngapain aja?' kata seorang preman dengan nafas berat memburu.
Pemuda itu berkata, 'lonte sekarang lu bua celana nih orang dan lu masukin kontolnya ke pantat sapi lo itu.'

'Jangan bergerak... jangan... tidaaaaaaaaak'
Tubuh Aura bergeliat genit meliuk erotis sambil membuka celana sang penjual yang melotot bagai mendapat durian runtuh, lalu Aura melakukan deepthroath pada penis yang nampak kotor itu hingga basah oleh liur lalu dengan santai duduk dipangkuan sang penjual bagai seorang anak manja dan membiarkan anusnya diekspansi penis besar itu.
Desah kepusasn keluar dari mulut keduanya, 'walau...'Aaaaaaaaaahhhh..saaaaakiiiiiiiit....' Alam sadar gadis itu merasakan betapa sakitnya disodomi.

Aura mulai mengaduk penis penjual minuman yang nampak kelojotan karena nikmatnya, sementara lima begundal lain mengusap penis mereka dari balik jeans lusuh mereka, tatapan buas tertera dengan jelas.
Setelah sang penjual minuman itu menembakkan spermanya dalam anus Aura, gadis itu bangkit dan melakukan servis terakhir pada penis yang kini juga ternoda dengan darah dan kotorannya sendiri.

Alam sadar Aura meraung sejadinya karena ia bisa merasakan busuknya kotoran dan amis darah itu, namun fisiknya seakan menganggap kotoran itu sebagai fla yang menghiasi puding. Dan kini pemuda pemelet itu berkata, 'sekarang lu ngerangkak ke belakang pilar itu, lima tuan elo mau ngentot, elo tau.'

Dengan gerakan erotis Aura merangkak ke balik pilar penyangga jebatan, di sana ia mendapati hamparan kardus bekas dan ia juga melihat gundukan-gundukan kecoklatan sisa pembuangan manusia serta aroma pesing yang menyengat, namun tubuh hampa itu malah tersenyum seakan menemukan peraduan terindah.

Segera lima preman tadi ingin merangsek Aura, namun pemuda kita berseru... 'Tunggu sebentar...eh lonte, sekarang angkat kaki lu, dan kencing di tembok itu seperti derajatmu....'
Preman itu bingung sejenak, sebalum akhirnya tertawa memebahana penuh hinaan dan ejekan karena melihat Aura mengangkat pahanya kirinya dan masih dengan keadaan merangkak, mengencingi tembok pilar itu.

Dan segera setelahnya para preman itu menyerbu sang gadis. Kaus longgar dan rok jeans nya tercampak entah di mana, Aura sendiri nampak seakan menanti untuk di kasari.
Jamahan kasar, cupangan, remasan dan gigitan segera memberi warna tambahan pada tubuh bening Aura.
'Ampuuunnn...sakiiitttt...toloooong...tooollloooong...', jerit alam sadar sang gadis yang secara fisik malah menikmati perlakuan kasar dan melecehkan yang dialaminya.
Dengan senang hati gadis itu menjilat anus-anus para begundal hingga bersih, mendeep throath penis-penis mereka, memberikan thai massage, juga tanpa ragu menjilati sekujur tubuh para begundal yang bau itu, terutama pada ketiak mereka yang kini dijilati oleh fisik Aura yang dalam alam sadarnya sudah sangat ingin muntah karena mual yang teramat sangat dari kekotoran yang ia jalani.

Bahkan kini fisik sang gadis meregangkan pahanya hingga melekat di payudaranya, membuka vaginanya hingga lebar dan meminta untuk segera dihujam oleh penis.
Begundal-begundal itu segera mengabulkan permintaan sang gadis.
Penis demi penis bergantian menyerbu mulut vagina dan anus Aura, yang secara fisik malah mengingkan lebih dan lebih lagi.
Kemudian pemuda pemelet itu berseru, 'Lu pade jangan ngecret di mana-mana, lu kudu semprot memeknya biar dia hamil. Lu mau kan punya anak dari lonte cantik?'

'akuuuuur.....' seru para begundal kegirangan sambil dengan sukacita menghujam vagina Aura dengan penis yang berasal dari menyodomi anus gadis itu dan...

'Tidaaaaaaaaaakkkk....aku tak mau hamiiiiiilllll, jangan hamili akuuuuu....'

Pemuda itu senang melihat lelehan sperma yang tak tertampung vagina Aura hingga meluber ke selangkangannya. Lalu pemuda itu menyuruh Aura mengenakan pakainannya yang kini sudah acak-acakan dan bernoda oleh urin dan kotoran, lalu kembali mengajak Aura berjalan kaki meninggalkan para begundal yang bergeletakan karena puas yang tak terbayangkan.

Langkah kaki keduanya tiba di sebuah tempat yang nyata dari baunya merupakan tempat pembuangan sampah.
'Ampuuuunnnn... apa lagi yang akan aku alami', keluh Aura demi melihat pemuda itu menggiring tubuhnya ke sekumpulan pengemis dan pemulung, yang sekarang menghentikan kegiatan mereka memilah sampah maupun yang sedang duduk bercanda.

Mata mereka mendadak jalang demi melihat Aura yang walau tubuhnya kini banyak noda namun tetap memancarkan kesexyan.

Pemuda pemelet itu membisikksn beberapa perintah ke telinga Aura yang mengangguk dan tersenyum genit, lalu mendekati pemulung dan pengemis itu lalu berkata, 'siapa yang pengen ngentot cewe ini?'
Semua tertegun, seakan tak percaya mendengar perkataan itu. Dan mata mereka makin membelalak demi melihat Aura dengan santai mengangkat kaus kumalnya ke atas kepala, lalu mencampakkannya ke gundukan sampah yang sedang dibakar diikuti dengan rok jeansnya yang kini juga ikut hangus menjadi abu.

Gadis cantik, sexy, telanjang bulat, penuh dengan bekas pergumulan sexual jelas membuat bahkan yang teralim di antara mereka mendadak menjadi liar dan buas.

'oh tidak... mereka sangat kotor... itu... ada yang penuh koreng, penuh daki... ada yang pincang... tidak... mereka akan menikmati tubhku, dan itu... aduh... kudis di sekujur tubuh...oooh....tidaaaaak.'

Namun kaki jenjang Aura malah mendekati kerumunan itu, dan membiarkan tangan-tangan kasar itu berlomba meremasi tubuhnya, mengaduk vagina dan anusnya dengan jemari dan tangan yang penuh dengan kotoran.
Desah sensual terucap dari mulut gadis itu, yang membuat penikmatnya makin brutal, mereka lalu memaksa Aura berjongkok dan mengoral penis-penis mereka.

'Ampuuuuun, bau.... kotoooor, jijik...' jerit alam sadar gadis itu, demi menyadari lidahnya kini sedang menjilat sebuah penis penuh sisik, penuk kotoran penis dan bau minta ampun milik pengemis kudisan itu. Untuk kemudian menmbersihkan penis dengan koreng yang mengeluarkan nanah milik pemulung yang merasa seakan di sorga karena
menerima deepthroath dari gadis sexy itu.

Kemudian seorang pengemis berbaring terlentang untuk kemudian penisnya merasakan jepitan vagina Aura dalam posisi WOT, dan dengan genit Aura meminta anus dan mulutnya untuk segera diisi dan dihujam.
Bahkan bibir sang gadis berseru liar, 'perkosa aku.... kasari aku.... jahanami aku... hamili akuuuuuuu....!'
Dan alam sadar Aura mengutuki nasibnya demi kembali merasa semburan-sembura sperma yang berlomba mengisi rahim, anus dan mulutnya.
Sementara pemuda pemelet itu malah meminta para pemulung memanggil semua teman mereka, hingga makin banyak penis yang merasakan kehangatan lubang-lubang Aura serta jepitan payudaranya.

Ketika pesta orgy itu selesai, tubuh aura bagaikan kantung sperma. Tak ada satu bagian tubuhnya yang masih mulus, selain itu jejak merah maupun ungu hasil remasan, cubitan, bahkan tamparan dan cambukan menghiasi tubuh Aura, yang secara fisik malah tersenyum dan mulutnya tak henti berterima kasih atas perlakuan mereka.
Sementara alam sadar sang gadis hanya bisa terisak tak henti merasakan semua pelecehan dan sisaan mereka.

Namun hari itu masih lagi panjang, pemuda pemelet itu dengan kurang ajarnya mengambil sebuah karung plastik besar bekas sampah makanan yang sudah bau, membuat tiga lubang di kantung itu, dan menjadikannya 'pakaian' buat Aura, yang segera bersujud dan berterima kasih pada sang pemuda, dan kakinya juga kini di bungkus dua kantung plastik bekas sebagai alas kakinya.

Dengan keadaan meneydihkan itu Aura dibawa ke daerah lampu merah terpadat yang bisa dijumpai, lalu dengan bisikan singkat kini Aura berjoget dan bernyanyi dengan suara parau, karena tenggorokannya memar, di perempatan ramai itu hingga mengundang banyak perhatian orang yang anehnya tak ada yang iba, justru terhibur oleh tingkah 'wanita
cantik, gila' itu.

Alam sadar Aura menangis sejadinya melihat dirinya direndahkan seperti itu, dengan kantung plastik yang hanya menutupi sampai batas pinggul, hingga jelas vagianya terekspos, dan bokongnya menjadi tontonan gratis.
Dan bekas persetubuhan yang nampak nyata, membuat semua penontonya makin bernafsu.

'Oooh tidak... jangan lagi.... jangan....' jerit alam sadar Aura ketika ia melihat beberapa orang melompat dari sebuah truk tebuka yang penuh dengan rekan-rekan mereka dan mendekati Aura.

'Wah, bener, sexy abis.' kata yang seorang
'Iya, kayanya juga gilanya baru, bodynya masih bersih.' kata yang lainnya
'Makanya kita bawa ajah, kita mandiin trus kita jadiin lonte kita di markas kita, lumayankan ngentot gratis'

'Tidak.... tidak.... tidaaaaaaaaak' jerit alam sadar Aura ketika tubuhnya dengan ringan dan riang ikut menaiki truk tanpa paksaan, bahkan lalngsung membuang plastik penutup tubuhnya dan mulai mengoral penis- penghuni truk.

Pemuda pemelet itu melihat dari kejauhan dengan senyum puas, lalu ia membaca sebuah mantra....

Truk itu makin menjauhi keramaian kota ketika Aura merasakan pikirannya mulai kembali mengusai dirinya, kini seluruh rasa sakit itu benar-benar dirasakannya, dan keinginan berontak mulai ada, namun terlambat. Truk itu makin menjauh... sementara para penculiknya malah makin beringas dan makin kasar karena rontaan Aura justru memacu birahi mereka, dan kini gadis itu bisa menjerit...

'Tidaaaaaaaaaaaaak!'

********

Epilog:

Pemuda itu kembali ke gubugnya yang jauh dari keramaian, dalam rumahnya ia mendapati 'pasien'nya sedang menunggu dalam keadaan telanjang bulat sambil menatap perigi di hadapannya dengan raut penuh kepuasan dan kemenangan.
Pemuda itu terkekeh melihat selangkangan sang 'pasien' yang sangat becek, tanda gadis itu orgasme berkali-kali.

'Kamu sudah lihat sendiri hasilnya' kata sang pemuda sambil memperhatikan perigi yang menampakkan seisi truk sedang memperkosa Aura dengan brutal sambil masuk ke sebuah gudang besar yang di dalamnya terdapat ratusan orang lagi.
'Iya, mBah' kata gadis itu dengan nada penuh penyerahan.
'Berarti sekarang waktunya kamu membayar,' kata sang pemuda, 'kalau kamu menolak, aku bisa membuat kamu lebih menderita dari sainganmu itu...'
Gadis itu sedikit bergidig, namun memang tak ada niatan dalam dirinya untuk melalaikan janjinya. Maka dengan rasa penuh terima kasih, gadis itu merangkak ke arah sang pemuda dan mulai mengoral penis besar itu.

Tak lama kemudian keduanya bergumul dengan liar, menumpahkan semua nafsu mereka demi meraih puncak orgasmik dengan maksud berbeda, sang pemuda karena nafsu memperoleh kesempatan bersetubuh dengan gadis catik itu selama satu minggu penuh, sementara sang gadis sebagai rasa kepuasan karena saingannya kini telah menjadi onggokan daging penampung sperma. Maka waktu seminggu bukanlah harga yang mahal bagi sang gadis yang telah berjanji menjadi budak sex sang pemuda yang kini asyik menyodominya.

Sayup, jeritan Aura Kasih bergaung dalam gubug itu...

Ya... harga yang sama sekali tidak mahal....

end

Wednesday, June 24, 2009


Celebrity Nightmare – Acha : Potret Artis Masa Kini

Sebuah Karya Bersama Pimp Lord & Diny Yusvita.
Original Idea by Diny Y.
Storyline & Opening by Pimp Lord.
Additional Hardcore Scene by Pimp Lord.
Editing & Finishing by Diny Y.


Dentuman musik menghentak jantung setiap pengunjung cafe itu. Beat kencang sang DJ terlebih dengan beragam campuran alkohol ataupun psikotropika membuat pengunjung Trance atau Nighters semakin fly high. Kebanyakan pengunjung adalah kumpulan gadis-gadis belia yang masih berusia belasan tahun, mereka dan beberapa temannya tampak menikmati betul suasana itu, dan seperti pada umumnya pengunjung Nightclub, pakaian yang dikenakan benar-benar mengundang birahi, rok yang sangat mini dan sebatang ‘menthol’ pada bibir sensual yang membuat diri semakin merasa seksi dan gaul.

Beberapa pengunjung Café tersebut adalah para artis, baik itu yang sudah terkenal maupun yang baru naik daun, bahkan beberapa hanya seorang foto model yang berniat mencari om-om produser maupun seorang sutradara, agar bisa menaikkan karir hingga melambung tinggi. Tentu dengan semakin naik dan terkenal namanya, bayaran atas profesionalismenya pun akan semakin berlipat ganda.

Adapun pengunjung lainnya berprofesi sebagai Paparazi, yang kerap kali mencari berita untuk di dramatisir dalam sebuah tabloid atau harian, dengan foto sebagai objeknya. Seperti halnya pria yang bernama Paimin ini, dia berasal dari kampung. Pekerjaan Paimin sebelumnya adalah fotographer kampung, jadi dengan modal itulah dia nekat untuk mengadu nasib di Jakarta kota Metropolitan ini. Dia punya kenalan di Jakarta ini, teman sekampungnya bekerja di salah satu tabloid yang sudah terkenal, lebih bonafit dibanding perusahaan yang mengolah tabloid tempatnya bekerja.

Pada temannya itu sementara dia menebeng untuk Kost dan belajar mendalami keahlian pekerjaan yang diburunya dan juga disenangi olehnya. Pendalaman keahlian itu tidaklah memakan waktu lama dikarenakan Paimin bisa dikatakan ‘otak encer’, walaupun dari kampung. Oleh temannya ini pula Paimin dimodalkan Kamera mini digital, pemilik tabloid hanya cukup membayar Paimin dari hasil jepretan, memberikan uang saku untuk keperluan di luar serba-serbi, uang transport juga uang makan, tetapi tidak gaji tetap.

Teman Paimin ini bernama Asep, orangnya kurus tinggi jangkung. Dia lebih dahulu melancong ke Jakarta dari Cirebon, mencoba mencari-cari pekerjaan, menetap dan mapan lebih dahulu dari Paimin. Di kampungnya dulu, Asep seringkali mendapat hinaan dengan dilempari batu karena tubuhnya yang kurus seperti lidi itu dan dilengkapi dengan wajah buruk rupa, tak jauh dari Paimin sebenarnya, sehingga sering diledeki dengan julukan ‘tengkorak hidup’. Paimin sering kali membelanya, maka dari itu Asep merasa berhutang budi pada Paimin.

Walaupun Asep kurus dan wajahnya kampung, tetapi dia berbakat dalam hal fotographi. Semua hal yang difotonya menjadi bagus, karena bakat dalam cara pengambilan foto. Seperti foto-foto contoh makanan yang terdapat dijalan, seringkali terlihat enak, besar juga banyak. Padahal sewaktu kita cicipi tidaklah demikian. Jadi Asep juga dulu mantan Fotographer kampung, ketika dia lebih dulu pergi ke Jakarta, dia mewariskan pekerjaan itu pada Paimin, itupun Paimin tak puas. Menurutnya jika ingin kaya memang harus merantau dan mencari pekerjaan di Jakarta seperti Asep.

Paimin masih teringat ketika redakturnya mulai berteriak dan marah-marah seperti orang kebakaran jenggot, memberikan komando kilat ketika deadline sudah mendekat. Paimin sedikit shock, karena dia baru saja bekerja untuk tabloid gosip itu, untung saja Paimin orang yang cepat beradaptasi, karyawan sebelumnya mengundurkan diri tanpa mau mengajarkan sedikit-sedikit karena mendapat tawaran yang lebih baik lagi, dan resign dalam waktu yang sangat singkat. Sedangkan Asep temannya tak bisa selalu mengajarkan dirinya, karena berada dalam wadah atau tempat kerja yang berbeda. Paimin memang beruntung ketika itu, karena Asep teman sekampungnya itu kenal dengan salah satu orang dalam, sehingga dia bisa mendapatkan posisi tersebut, walaupun bayaran yang didapatnya kurang sepadan.

Setelah mendapat pekerjaan ini barulah Paimin mandiri, dia sewa Kost dekat kantornya itu, agar tidak ada biaya ongkos yang dewasa ini melonjak tinggi. Sekarang, di Café inilah Paimin sedang mencari-cari sasaran. Sambil menggaruk-garuk kepala karena uang sakunya habis dipakai menyogok security di pintu masuk tadi, itupun dia sebisa mungkin berdandan tidak seperti reporter pencari gossip. Mata Paimin liar mencari-cari sasaran, mengabadikan beberapa tubuh sexy dengan kamera digitalnya yang mini, dan pada akhirnya pandangan Paimin tertumbuk pada seorang gadis.

Sang gadis jelas berusaha mengeluarkan sex appeal terbaiknya, mencoba menarik banyak perhatian pria untuk memandangnya, namun sungguh sangat disayang, dengan pengaruh alkohol yang terkandung di dalam tubuhnya, gadis itu jelas-jelas kurang memperhatikan ‘letak’ pakaiannya yang terlalu berlebihan, segelas vodka on rock yang membasahi tenggorokannya itu juga membuatnya serasa bagai artis terkenal seperti yang berada di sekitarnya.

Sang gadis malah melempar senyum pada seseorang dengan slim digicamnya, sang gadis berwajah imut itu malah bangga dan bergaya pada orang yang mengabadikannya, padahal sang gadis kini sedang dalam posisi sedikit mengangkang, sebatang menthol terlepit di jari lentiknya dan underwear hitam ter-expose jelas karena roknya terlalu mini. Tiba-tiba seorang gadis cantik berumur belasan seperti dirinya berdandan menor menghampirinya dengan tergesa-gesa, wajahnya sudah sering terlihat di beberapa sinetron.

“Cha..cha…tuh Om Sutanto..!!”kata temannya yang sedang naik daun, ketika itu tingkat ketenaran sang gadis masih berada di bawah temannya itu.

Mata sang gadis langsung saja mengarah pada sosok seorang pria dewasa berperut buncit layaknya om-om. Dia mengacuhkan pria yang baru saja mengabadikan pose nakalnya, si gadis benar-benar lugu, kenakalan disebabkan karena pergaulan dan ingin tenar saja. Dia tidak memikirkan efek dari dandanan nakalnya, dimana sang gadis sebenarnya dikenal sebagai gadis alim dan baik-baik oleh keluarga dan juga teman-temannya di sekolah.

Om-om yang dimaksud dua gadis itu tampak banyak disapa semua pengunjung disitu, baik itu pria maupun wanita, semua berusaha ‘menjilatnya’, agar bisa main sinetron ataupun layar lebar Indonesia yang dipertanyakan mutunya itu. Karena takut didahului yang lain, maka teman sang gadis itu menarik tangannya agar dekat dengan si Om.

“Om Sutanto…”sapa teman sang gadis pada si Om.

“Eeehh…Cacha…wah…lagi disini juga toh..?!”tanya si Om sok ramah.

“Iyaa…sama temen-temen sih“jawab gadis yang bernama Cacha itu.

“Eh…film yang kamu bintangin kemaren, ratingnya bagus loh…selamat yah !”

“Iya Om…makasih juga, kan berkat Om Sutanto hihihi”tawa teman si gadis tersenyum manis. Sang gadis yang berada di sebelahnya masih kikuk namun ikut tersenyum juga.

“Ha ha ha…bisaaa aja kamu !”balas si Om sambil mencubit pipi Cacha yang mulus menggemaskan itu.

“He he he…o iya Om..inii..Cacha mau kenalin temen…dia foto model majalah G****, tapi karirnya mentok gitu deh…kasian padahal cantik kan ?!”kata teman sang gadis yang seperti germo saja, mempromosikan barang baru. Si Om langsung melempar pandangan ke arah si gadis, walaupun dari tadi dia sudah tahu ada gadis cantik disebelahnya, hanya saja si Om tentunya ‘Jaim’. Sang gadis memberanikan diri menegarkan hati, karena si Om menatap tajam ke arahnya dari ujung kaki sampai ujung rambut hitam panjangnya.

“Wah wah…punya bakat nih…”kata si Om, otaknya yang ngeres itu langsung mode on. Padahal belum jelas bakat apa yang dimaksud, bakat enak digarap di ranjang iya betul, tetapi bakat acting di perfilm-an belum tentu. Sang gadis jelas belum memperlihatkan kemampuan acting padanya.

“Iya kan…”kata teman si gadis yang bangga, karena tidak salah membawa barang baru ‘selera’ si Om.

“Siapa namanya…??”tanya si Om mengajaknya berjabat tangan berkenalan mendahului si gadis.

“Mm…Je..Jelita…Jelita Septriasa !!”sang gadis pun menyambut perkenalan begitu senangnya. Yaph, itulah namanya, Jelita Septriasa atau kerap di panggil Acha saat ini. Acha pun langsung membayangkan dirinya akan bermain Film dan banyak uang.

Mereka pun larut dalam perbincangan yang semakin akrab, mencari lokasi tempat duduk yang lebih privacy, tertawa-tawa dan minum bersama, tak sadar ada dua buah mata terus mengintai dengan slim digicamnya. Paimin terus mengabadikan kegiatan mereka, entah kenapa ia merasa kalau suatu saat gadis ini akan menjadi besar nantinya. Tentu dengan dekatnya seseorang dengan si Om produser tersebut, sebuah ketenaran sudah di tangan. Paimin mencoba mendekat dengan gerakan yang sebisa mungkin tidak mencurigakan, dia mencuri-curi dengar pembicaraan.

Tak lama si Om dan Acha pun tampak bangkit seperti hendak pamit pada Cacha yang mempertemukan mereka, Cacha dan Acha bertemu pipi serta melambaikan tangan. Si Om produser pun juga tampak berpamitan dengan beberapa relasinya di Café tersebut dengan Acha di sampingnya. Banyak yang terlihat iri terhadap Acha saat itu. Paimin mengabadikan kejadian itu sebisanya, dan meneruskan perburuan photonya terhadap model dan artis lainnya yang ada disitu. Setelah itu pulang ke kostnya setelah merasa cukup mendapatkan bahan pekerjaannya.


<><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>
# Kost-kostan #

Paimin beristirahat menghela nafas sejenak, dia baru saja sampai disitu sekitar jam 3 pagi, memindahkan foto-foto hasil surfingnya di café ke computer. Agar file aman, Paimin membuat Back Up di CD atas file-file tersebut. Setelah itu baru dia melihat semua hasilnya, redaktur tabloid memintanya untuk mendapatkan foto Cacha teman Acha, karena sedang hot-hotnya dan pasti laris jika dijadikan bahan gosip. Tetapi diantara semua foto, Paimin malah terpaut pada sebuah foto Acha yang menantang dan mengundang gairahnya. Ya, foto itu adalah fotonya yang sedang duduk tanpa mengindahkan roknya yang terlalu pendek, ditambah sebatang menthol ciri khas ‘gadis extravaganza’.

Paimin terlihat lebih antusias dan lebih bernafsu pada foto Acha itu, menurutnya gadis cantik seperti Cacha dengan dandanan seronok itu lusinan, tetapi yang seperti Acha ini masih bisa dibilang langka, saat itu memang Acha masih terlihat seperti gadis yang baru terpengaruh pergaulan, namun belum masuk ke dunia artis sesungguhnya yang hancur itu. Wajah Acha masih lugu sekali, sampai-sampai Paimin sayang jika foto itu juga jatuh ke tangan redaksi walaupun ditukar dengan uang. Paimin terobsesi pada Acha !! Paimin memutuskan untuk menyimpan beberapa foto yang terdapat Acha berposisi mengundang gosip, dia menggunakan foto Acha yang seperti itu hanya untuk bahan Onani saja, tidak lebih.


<><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>
# Di sebuah Apartemen mewah di selatan Jakarta #

Om Sutanto sedang meresapi nikmatnya mulut dan tenggorokan Acha, yang dengan ahli mendeepthroath penis si Om, lidahnya lembut menggelitik serta meremas pelan buah zakar itu. Kemudian Om Sutanto menjambak Acha dan melemparkannya ke lantai kamar itu, rupanya produser itu sudah bosan dengan seks konvensional, seks sang produser itu cenderung kasar.

Dia mengangkangkan kaki Acha yang mulus itu lebar-lebar dan, “Hiiiihh !!”geramnya. Zreeekh !! penis Om Sutanto langsung mendobrak paksa masuk ke vagina Acha tanpa merangsang Acha terlebih dahulu. Sehingga penis itu meluncur di vagina Acha tanpa lendir pelumas. Acha berteriak, persetubuhan ini sebenarnya lebih menjurus ke perkosaan dan sadisme.

Remasan di payudara, jambakan di rambut, gigitan di leher dan tamparan di pipi, semua silih berganti diterima tubuh Acha. Namun Acha yang ingin sekali ketenaran dan banyak uang mencoba bertahan, sebagaimana artis-artis lainnya yang pernah digarap Om Sutanto, harus menerima derita seperti ini olehnya dan beberapa rekan Pejabat yang juga menaruh ‘minat’ pada artis, baik itu artis lama maupun artis pendatang baru.

# Pada saat yang sama, di lokasi yang berbeda #

“Siaaal…siaall…siaaa…Aaakh…Aakh…Ooohh”desah pria tersebut, dia adalah Paimin yang sedang onani di kamar kost-kostannya sambil memandangi foto Acha yang seronok itu di komputernya. Paimin tak sempat menyelesaikan kalimatnya, sekarang tangannya sudah lengket belepotan sperma yang ditumpahkannya, hal itu bersamaan dengan masuknya sperma Om Sutanto yang ejakulasi dan memuntahkan sperma dalam rahim Acha di apartemennya. Bagi Paimin, malam itu sudah usai, dia melampiaskan nafsu cukup dengan onani dari foto Acha akibat obsesi yang begitu tinggi.

Namun bagi Acha, malam ini hanya sebuah permulaan, Om Sutanto mendekati dengan sebuah strap leher lengkap dengan rantainya. Yaph, Acha akan menjadi budak seks Om Sutanto setiap hari, baik itu hari libur maupun pulang sekolah karena saat itu Acha masih SMU. Acha akan menjadi budak seks sampai Om Sutanto bosan dan menemukan ‘barang baru’ untuk disalurkan menjadi artis.

“Om..jangan Om…Acha mau diapain ?!”

“Lhoo…kan kamu mau jadi artis kan ?”

“I.iya..”

“Yaa kalo kamu mau jadi artis..kamu musti jadi piaraan Om dulu…Cacha sama artis lain dulu juga begini…enak aja mau langsung main film ! engga ada yang gratis Non di dunia ! harus berjuang mati-matian ! penuh pengorbanan !!”doktrin Om Sutanto tegas. Acha diam seribu bahasa, kata-kata Om Sutanto ada benarnya juga, perjalanan hidup tidaklah mudah, apalagi ketenaran dan banyak uang, tentu ada ‘Harganya’ untuk ditukar.

“Naah..jadi Om tanya lagi, terserah…kalo Acha mau pulang Om engga melarang, tetapi selamat tinggal ketenaran dan mandi uang…gimana ?!”kata Om menakut-nakuti Acha.

Dia tahu betul gadis macam Acha ini ingin sekali tenar, kenal banyak artis ganteng, banyak uang dan naik kendaraan roda empat. Acha bimbang, tetapi bayang-bayang ketenaran dan mandi uang lebih menggodanya. Om Sutanto yang melihat Acha tak bereaksi, langsung memasang strap leher berantai yang segera menjadi hiasan leher Acha.

“Jangan kasar-kasar ya Om…pliss ?!”pinta Acha, dia tidak mengatakan jangan, hanya meminta belas kasihan dengan sebuah siksaan yang lebih ringan.

“Lhoo…terserah Om dong ehehehe”
Om Sutanto berlalu sesaat mengambil sesuatu dan mendekatinya lagi dengan cambuk dan penis yang terbungkus kondom bergerigi. Om Sutanto memegang rantai dari strap itu agar Acha tidak bisa lari.

“Jangan Om ampuun…!”

“Lhoo…sinetron itu kan adegannya cuma nangis aja, nah biar engga susah…Om mau bikin kamu terbiasa…kaya artis-artis yang udah ngetop, biar kamu menjiwai aktingnya hihihi !!”terang Om Sutanto sambl menyeringai mesum.

“Anak-anak sekarang…cuma mau ngetop bersedia jadi pelacur hina..Hiiihh !!”geram Om Sutanto melayangkan lecutan cambuknya. Berikutnya terdengarlah lengkingan Acha yang penuh derita, Acha yang tadinya pamit dengan orang tua untuk menginap dan bersenang-senang dengan teman-temannya, pada kenyataannya malah menyiksa diri untuk sebuah ketenaran dan banyak uang.

Om Sutanto lalu memaksa Acha bersila, kemudian menarik rantai strap itu hingga posisi Acha menekuk lalu mengkat erat kedua pergelangan kaki Acha dalam posisi bersila itu dengan rantai itu. Acha menjerit-jerit kesakitan, namun siapa yang akan mendengar? Lalu Om Sutanto mengambil tambang plastik, menekuk tangan gadis itu dan mengikat tangan Acha di belakang punggungnya, lalu menjambak rambut Acha hingga gadis itu meringis, kemudian pria tambun itu mengikat ujung tambang yang lain ke rambut Acha yang dijambak hingga posisi kepala gadis malang itu mendongak dan mulutnya membuka.

Pria tambun itu tertawa puas melihat Acha sekarang bagai hewan buruan yang tertangkap, pasrah untuk dibantai. Lalu dengan kejam pria itu menendang Acha hingga terjengkang, Om Sutanto tertawa terbahak melihat vagina dan anus gadis itu yang mencuat menantang, dan melihat liur yang mengalir dari bibir sang gadis yang tak bisa menutup rahangnya.

Acha meraung sebisanya ketika penis dengan kondom duri itu merangsek vaginanya dengan brutal.
Dengan suara menjijikkan Om Sutato berkata ‘Om Cuma mau basahin kondom ini, saying…. Sekarang partai utamanya.’

Dan Acha sama sekali tak bisa bersuara karena sakit yang dideritanya. Anusnya jelas berdarah, dan gesekan kondom duri itu benar-benar menyakiti seluruh syaraf di tubuh gadis malang itu.

Tawa keji Om Sutanto mengiringi penderitaan Acha… bagi gadis itu, malam masih lagi jauh dari usai…

<><><><><><><><><><><><><><><><><><>
# Nasib baik #

Keesokan hari ketika masuk pagi ke kantor tabloidnya, Paimin menyerahkan foto-foto hasil jepretannya. Redaktur tampak cukup puas dengan pekerjaan Paimin, ada beberapa foto Cacha bersama dengan Acha, tetapi tampaknya tidak menjadi perhatian khusus para redaksi. Mereka malah focus pada foto Cacha yang berduaan dengan artis senior pria, ataupun ketika berbicara dengan Produser-produser atau Sutradara terkenal. Perusahaan tabloid Paimin memberikan bonus lumayan padanya walaupun tidak banyak.

Hari-hari berikutnya dia menerima perintah yang sama dengan artis yang berbeda, Paimin sudah terbiasa dan tahu harus apa yang dilakukan dan harus bagaimana dalam pekerjaannya. Dia berkeliling kota dan ‘nongkrong’ di tempat yang kira-kira banyak artis untuk mengumpulkan bahan, dan bos Paimin pun puas dengan hasil kerja Paimin. Lama kelamaan Paimin semakin besar menerima hasil bonus, dan berhasil menabung hingga bisa membeli sepeda motor, walaupun butut dan tua, setidaknya senada dengan wajahnya yang jauh dari tampan itu.

# Nasib buruk #

Suatu ketika, Paimin sedang senang-senangnya karena mendapat banyak hasil jepretan yang diluar biasanya, membayangkan bonus yang akan di dapatnya. Paimin melaju dari lokasi terakhir perburuan dan hendak kembali ke kantor untuk membuat tagihan jasa atas foto-fotonya, namun dari kejauhan dia melihat api menjulang tinggi, asap mengepul dan suara sirine meramaikan. Bayak orang berkumpul dan berlarian mengambil air tertampung ember untuk mencoba membantu memadamkan, mobil pemadam kebakaran sedang sibuk bekerja keras agar kebakaran tidak merembet, Paimin terkejut !! Ia menyaksikan kantor tabloidnya terbakar dilalap si jago merah.

Menurut rumor persaingan bisnis, tetapi entahlah…tidak ada yang tahu menahu penyebabnya. Memang tidak ada korban nyawa pada peristiwa kebakaran itu, semua terselamatkan, tetapi tempat bekerja, piranti computer, data-data maupun alat-alat lain untuk bekerja, semuanya dimakan api. Paimin sempat melihat atasan-atasannya menangis karena kehilangan bisnis untuk mengeruk uang dari hasil gosip, begitu juga teman-temannya, walaupun jabatannya rendah dan bergaji UMR.

(Siaall…!!), keluh Paimin kesal. Apes sekali nasib Paimin ini, baru saja dia mendapatkan pekerjaannya tak lama, dan baru saja bekerja beberapa bulan, tetapi harus menelan kenyataan dengan kembali menjadi seorang pengangguran. Paimin kembali ke kostnya berniat melampiaskan masalah dengan Onani pada foto Acha di komputer.

ZZztt…!! LOG IN…ENTER USER NAME AND PASSWORD !!
SUCCESS, PLEASE WAIT…! Klik…!! Klik..!! Paimin hendak masuk ke foldernya dan,
READING ERROR !! FILE BROKEN…!!

(Bangke…sialan nih Virus…!!),kata Paimin kesal dalam hati.

Braaakk !! Braaakk !! “Komputer sialaan…Virus bangsaat !! Anjing !!”omel Paimin.

Lengkap sudah penderitaan Paimin, baru saja hendak melampiaskan ketidak beruntungan nasibnya dalam pekerjaan pada Onani, tetapi gagal pula. Sudah jatuh tertimpa tangga namanya, Paimin lupa bahwa dia sudah membuat Back Up datanya di CD.


<><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>
# Ke-esokan hari, di kostan #

Lama Paimin termenung memikirkan nasibnya, dia menjadi pemarah dan seperti orang sinting karena Stress berat. Dia jadi sering mabuk dengan meminum minuman memabukkan yang murahan, tentu dia bingung harus bagaimana. Kemarin saja dia beruntung karena ada kandidat yang mengundurkan diri tiba-tiba. Tentu keberuntungan tidak selalu hadir setiap saat, bisa dikatakan jarang untuk orang sepertinya. Paimin sudah mencoba beberapa kali untuk melamar ke beberapa tempat, tetapi nihil karena memang belum ada lowongan.

Beberapa temannya ada yang sudah mendapat pekerjaan tetapi tetap tidak dapat membantunya, begitu pula teman sekampungnya Asep. Dia mencoba menghubungi nomor HP-nya, tetapi sering tidak aktif, otomatis SMS tidak masuk dan tidak terbalas. Paimin Stress, wajah buruk rupanya yang berkulit hitam itu semakin menyeramkan.

Dia mulai putus asa dengan hidupnya, dia berpikir keras bagaimana dia membayar uang kost ?? haruskah dia menjual sepeda motor bututnya yang harganya tak seberapa itu ?? haruskah dia kembali ke kampungnya ?? bisa-bisa ditertawakan dia. Paimin memang punya sedikit tabungan dari hasil bonusnya, tetapi tidaklah bisa menampung segalanya selamanya, kebutuhan pokok sangatlah mahal dewasa ini. Paimin menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, dia bingung dan pusing.

Paimin menyalakan Tv untuk menghibur diri…, Zzzztt !!

(Pemirsa…per Film-an Indonesia rupanya telah mendapatkan artis pendatang baru yang berbakat…!!), suara Reporter Tv.

(Jelita…atau panggilan akrabnya Acha…bagaimana kesan anda ketika membintangi film pertama anda…??), tanya suara Reporter Tv.

(Waaahh…seru abis !! deg-degan and bangga banget !! seru pokoknya !!), jawab suara gadis ABG itu yang baru saja menjadi artis terkenal bernama Acha.

(Gadis itu...!!), mata Paimin tertuju pada acara Tv itu, dia tak percaya.

(Gilaaa…udah ngetop aja nih cewe…!!), dalam hati Paimin.

Gadis yang menjadi obsesi seksnya itu, sekarang telah menjadi artis. Paimin kemudian teringat dengan hasil jepretan yang selalu digunakan olehnya sebagai bahan onani sudah di Back Up-nya di CD, dia mengobrak-abrik kamar kostnya dengan penuh emosi, dia lupa menaruh dimana, saking kesalnya dia membalikkan meja yang biasa untuk menaruh tabloid tempat kerjanya hingga menimbulkan suara gaduh.

Gubraaaggkk !! Bruggk…!!

“Woi…Oiii !! Apaan tuh !!,omel suara itu sedikit serak.

Tap ! Tap ! Tap !!, orang tadi menaiki tangga. Tok !! tok !! tok !!.

“Miin…suara paan tuh ?? jangan berisik dong !! gua tahu elo Stress !! tapi jangan rusakin barang gue yang ada disitu…kalo barang lo sih terserah !!”, tegas Bapak itu.

(Naaah…ketemu asik !!), Paimin tampak senang karena berhasil menemukannya. Diapun berlalu menuju pintu. Cekleek !! Kreeett...!!, pintu terbuka.

“Maaf Pak Andang berisik…saya lagi nyari barang penting Pak Maaf !!”kata Paimin tak enak hati, melihat wajah pemilik Kost itu marah dan sangar walaupun berumur.

“Ya nyari barang silahkan…tapi jangan berisik ampe kedengeran ke bawah gitu !!”kata Pak Andang yang terganggu tiduran santainya.

“Maaf Pak Andang…saya enggak berisik lagi deh..Maaf ya Pak sekali lagi !!”

“Ya udah…nyari apa sih kamu Min, sampe gaduh gitu ?!”tanyanya iseng.

“Oo…ini Pak, CD Musik…ya udah Maaf ya Pak, permisi !!”kata Paimin menunjukkan CD itu sebentar tak ingin si tua itu tahu terlalu banyak, lalu berniat menutup pintu.

“Oo CD musik doing toh…ampe rebut banget, ya udah jangan berisik lagi ya !!”tegas Pak Andang sekali lagi.

“Iya Pak permisi…”Paimin pun menutup pintu, dan Pak Andang berlalu ke bawah.

(Aaah, rupanya nasib mempertemukan kita kembali sayang hak hak hak) gumam Paimin dalam hatinya dan tertawa cekikikan sendiri seperti orang gila, tanpa terasa penisnya kembali keras mengacung, kini dia sudah mengetahui nama gadis itu. Akhirnya keberuntungan pun berpihak padanya. Paimin mendapatkan sebuah ide dan menyeringai jahat, tahu apa yang harus dikerjakannya.

Paimin kembali mencoba untuk menghubungi Asep melalui telepon di kost-kostannya, tetapi tidak ada yang mengangkat juga. Paimin berpikir untuk langsung mendatangi kostnya saja. Tetapi sebelumnya dia pergi ke toko komputer untuk memperbaiki komputernya yang rusak, setelah mempretelinya dia pun berangkat dengan sepeda motor bututnya.


<><><><><><><><><><><><><><><><><><>
# Rental komputer #

Paimin memijakkan kakinya di sebuah rental ketik computer tak jauh dari tempat kost-annya itu, kebetulan disitu juga melayani perbaikan hardware, bongkar pasang, rakit maupun penginstalan software. Tempat itu tidaklah besar, tetapi juga memiliki usaha sampingan seperti Voucher Pulsa Handphone dan Alat Bantu Sex disampingnya yang tersekat pisah. Penjaga sekaligus pemiliknya yang bermulut tebal dengan bergigi sedikit maju menghampiri Paimin.

“Ehm...Bang permisi, ini rental komputer ya ?!tanya Paimin berbasa-basi.

“Iyalah Mas…masa iya warung remang-remang hehehe “jawab si Abang berkelakar.

“Hehehe…bisa aja si Abang, bisa perbaikin HardDisk saya ga??”tanya Paimin.

“Tergantung kerusakan..perbaikin gimana mas maksudnya ? error gitu gak mau ngeload ya ?”tanya si tukang rental itu balik.

“Oo…begini…file-file saya engga bisa kebuka gitu..tulisannya si broken, kayanya sih kena virus, tolong diback up aja data saya yang masih bisa terselamatkan di Hard Disk ini, terus format aja dan pasangin anti virus !!”terang Paimin.

“Waah…susah juga nih masalah nyelametin data yang kena virus…gak janji yah Mas…saya coba dulu, tinggalin aja gak usah kasih DP, nti aja kalo emang saya nyerah paling cuma ongkos periksa aja ceban !”kata si tukang rental.

Paimin sebenarnya sedikit keberatan, dia ingin melihatnya langsung proses itu, jadi waktu bisa terbuka bisa langsung di-Cut ke Flash Disk tanpa diketahui olehnya File apa itu.

“Engg…ga bisa saya liat ya Mas prosesnya…soalnya data perusahaan…emm rahasia gitu deh !”kata Paimin sedikit tak enak.

“Wah…saya engga bisa Mas kalo kerja diliatin gitu, lagi juga ini udah malem saya mau tutup..kalo Mas mau buru-buru cari rental lain aja deh !!”kata si bibir maju sewot karena dicurigai. (File apaan sih…paling-paling gambar porno !!”, keluh tukang rental dalam hati.

“Bukan gitu Mas aduh…ya udah saya tinggal deh kalo gitu, kapan rampung ?!”tanya Paimin karena ingin melanjutkan perjalanan ke kost Asep.

“Tinggalin aja alamat sama no. telp rumah, atau HP kalo ada malah lebih bagus !”.
Paimin yang tak mau ribut-ribut lagi tak enak langsung menulis Alamat dan No. HP, lalu kembali mengendarai motor bututnya dan pergi ke Kost.


<><><><><><><><><><><><><><><><><><><>
# Kost-an Asep #

“Woi…Sep…apa kabar fren ?!tanya Paimin lantang sok akrab.

“Woy…elu Min hehehe kemana aja lu gak pernah maen lagi ??”sahut Asep.

“Yaah…lu tau pan tempat kerja gue kebakaran dan gue jadi pengangguran gitu!”katanya dengan nada sedih.

“Iya gue tahu..gue liat beritanya…cuma gue kan tau elu…pasti ngamuk-ngamuk gitu deh kaya orang gila ehehe makanya gue sengaja jaga jarak dulu…takut hihihi !!”ledek Asep. Paimin memang terkenal galak, nekat dan pemberani di kampung mereka.

“Hehehe sialan lu…pantes aja gue telp ke HP ga diangkat-angkat”sahut Paimin tertawa ringan disambut tawa Asep.

“Eh, omong-omong gak ada lowongan di tempat lo…ato dimana gitu ??”sambung Paimin lagi.

“Wah..belum ada tuh Min…ntar deh ya kalo ada…!!”jawab Asep sekenanya.

“Pssstt…Sep !! gini…gw sebenernya ada perlu nih sama lo…rahasia banget !!”tolong gw ya !!”bisik Paimin.

“Boleh bantu apaan…jangan yang illegal aja”jawab Asep.

“Yah elo…ya udah..gini, lo tolong print-in gambar ini deh buat gw !!”kata Paimin seraya mengeluarkan sesuatu berbentuk CD dan memberikannya ke Asep.

“Apaan nih…lo mao ngeprint gambar bokep di CD ini buat dijualin..??”tanya Asep menerima CD itu.

“Bukan…udah Load aja dulu ke DVD ROM lo !!”suruh Paimin. Asep pun memasukkan CD itu dan, “Anjriiiiitt…!!”gelo lu Min !! ini kan si Acha artis ABG fav gue..!! dapet dari mana lu ?!”tanya Asep antusias.

“Hihihi…gue...siapa dulu..!”bangga Paimin.

“Gilaa…walah, ada yang pake rok mini gini lagi !! di Tv Innocent banget nih cewe !”kata Asep antusias.

“Itu dia maksud gua…ini foto mau gua minta tolong lu print-in buat gua !”terang Paimin.

“Wah..jangan-jangan lo buat meres lagi yak ?!”tanya Asep.

“Ya gitu deh hehehe gimana lo mau ikutan gak ?!”ajak Paimin.

“Waduh, gak ngikut deh Min, gue gak mao urusan polisi…udah punya kerjaan tetep !!” tegas Asep.

“Alaah..banci lu !! ya udah deh gue aja sini, tolong print-in beberapa lembar ya !!”sahut Paimin tak keberatan teman sekampungnya itu tidak ikutan acaranya. Asep pun melakukan apa yang disuruh Paimin karena tak enak juga.

“Nih…lu kalo ada apa-apa jangan bawa-bawa nama gua lu yak !!”kata Asep sedikit takut, sambil mengeluarkan CD dan mengembalikannya ke Paimin.

“Iya bawel…takut amat lu jadi orang ! btw thanks ya print-an gratisnya hehehe yo gua cabut dulu fren !!”kata Paimin.

“Walah sialan lu..kesini perlu itu doang hehehe, Ok deh…Min, c u ya !”sahut Asep, setelahnya dia hanya menggelengkan kepala atas apa yang akan dilakukan teman sekampungnya pada artis pendatang baru itu nanti.

Paimin keluar dari kostan Asep dengan rasa senang, dia kembali mengemudikan sepeda motor bututnya ke kost-kostannya untuk istirahat sebentar dan makan malam, setelahnya dia keluar menuju suatu tempat yang dirasanya akan ada Acha disana. Tetapi na’as, dia lupa mengunci pintu kamarnya karena terlalu bernafsu ingin bertemu Acha dan memerasnya habis-habisan.

Ada seseorang bertubuh gempal memasuki kamarnya, dia adalah Pak Andang Bapak pemilik kost Paimin. Tadinya dia hanya ingin meminjam CD lagu Paimin, karena di kost itu Paimin yang paling ramai kamarnya dengan musik atau full music. Bapak itu mencari-cari dan, dia melihat bungkus CD yang pernah ditunjukkan Paimin sekilas waktu itu. Dia meraihnya karena dia pikir isinya toh sama lagu. Pak Andang pun memasukkannya ke DVD Player dan ternyata malah file extension JPG atau gambar yang terbaca.

(Waah…i.ini kan artis ngetop…kok bisa ?), tanya Pak Andang dalam hati. Dia buru-buru mematikannya, mengganti isinya dengan CD lain dan kembali menaruh barang itu ke tempat semula, si Bapak senang karena bisa melihat pemandangan. Sementara di tempat lain, ada pria bermulut maju sedang mengotak-atik isi Hard Disk Paimin. Dia sudah curiga bahwa isinya berbau hal mesum, diapun sama senangnya dengan Bapak pemilik kostan. Mereka berdua mengembangkan senyuman jahat.


<><><><><><><><><><><><><><><><><><><>
# Café tempat Paimin melihat Acha pertama kali #

“Siaall…sial banget gue !!”, gerutu Paimin.
Sudah beberapa kali dia datang ke Café itu, dengan harapan bisa menemui gadis itu dan memerasnya, namun percuma. Bartender di sana bilang kalau gadis itu sudah tak pernah lagi main ke cafe itu, mungkin sudah dapat tempat hang out yang baru. Persediaan uang di kantongnya menipis dan kritis.

(Benarkah dia tidak pernah ke Club malam ini lagi ?), tanya Paimin dalam hati. Paimin berpikir, tampaknya dia harus mencari alamatnya dan menyaru sebagai reporter untuk mewawancarainya, mencari alamat Acha tentunya masih bisa dibilang mudah, karena koneksi Paimin yang masih terjalin hangat dengan beberapa temannya, mempunyai jaringan yang cukup luas, untuk sekedar mencari info alamat seorang artis itu mudah saja. Akhirnya Paimin pun mendapatkan alamat rumah Acha dengan usaha menghubungi teman-temannya.


<><><><><><><><><><><><><><><><><><><>
# Kediaman Acha di Jakarta #

Berrrmm…!!

“Ya..ya..kiri dikit..bales kanan…cukup !!”suruh suara itu yang tak lain Ibunda Acha.
Acha keluar dari mobil yang dikendarainya, ketika itu saudaranya Juwita Septriasa tidak ada di tempat, pembantunya juga sedang ke pasar, hanya ada Acha dan Sang Ibunda.

“Cha..Acha…Mamah duluan yah ngantuk nih…!”kata Sang Bunda.

“Ok Mah…aku juga kedalem nih abis nutup garasi !!”katanya sambil mengetik SMS. Ibu Acha pun langsung berlalu ke kamarnya meninggalkan Acha di garasi.

“Non Acha…maaf Non..boleh saya ganggu sebentar..!!”kata seorang Pria berperawakan bengis, berkulit hitam dan bertubuh kurus itu. Acha tertegun, entah kapan Pria ini sudah ada di dekatnya. Kalau boleh jujur Acha sebenarnya sedikit takut dengan sosok pria misterius yang muncul tiba-tiba itu. Mata Acha pun merujuk ke arah Name Tag yang menggantung di leher hitamnya, dimana Acha berpikir pria ini salah satu Wartawan. Hati Acha pun senang bukan main, hal yang lumrah dirasakan oleh artis baru bangga karena terkenal. Padahal pria ini adalah Paimin yang bermaksud buruk dan mesum terhadapnya.

“Mmm..siapa yah ??”tanya Acha sambil tersenyum semanis mungkin ke arahnya.

“Perkenalkan…nama saya Paimin…dari tabloid P******!! bermaksud mewawancarai Non Acha sebentar jika tidak mengganggu..”kata Paimin sok ramah. Acha sempat berpikir bahwa dia tidak pernah dengar nama tabloid ini, Acha tidak mengikuti berita bahwa perusahaan yang memproduksi tabloid itu sudah terbakar habis, karena saat itu Acha dalam tahap ‘penggojlogan’ Om Sutanto untuk menjadi artis. Tapi satu hal yang pasti, pada saat ini perasaan Acha sedang melambung tinggi, senang dan tak peduli siapa..maupun tabloid mana yang akan mewawancarainya. Asalkan wajahnya bisa terpampang di tabloid dan membuat namanya semakin tenar dan berkibar.

“Ooh..tidak tidak…silahkan duduk...maaf kalau berantakan !!”sambut Acha ramah.

(Rumah lo rapih kok…paling Memek lo ntar yang gue bikin acak-acakan hihihi !),tawa Paimin mesum dalam hati.

“Waah…ini sih rapih Non…bagus rumahnya !!”pujinya, lain dengan kata hatinya.

“Ahahaha..bisa aja Mas Paimin ini !”sahut Acha seraya tertawa renyah.

“Jadi…ada hal apa yang mau ditanyakan mengenai saya ?”kata Acha serasa artis besar.

Paimin langsung menyeringai mesum ke arahnya, Acha sempat merasakan perasaan tidak enak melihat ekspresi wajah Paimin yang tiba-tiba berubah 180 derajat itu. Paimin mengeluarkan sesuatu dari tas buluknya, yang rupanya beberapa foto dirinya. Acha langsung terkejut, mimik wajahnya yang tadi tenang dan manis berubah juga 180 derajat, gadis itu serasa tersambar petir di siang bolong saja, yang jelas-jelas saat itu tidak hujan.

“Pak…apa-apaan ini…Bapak dapat ini dari mana…Haah ?!”tanya Acha panik dan kalut.
Jantungnya langsung berdegup kencang, mata jelitanya serasa ingin meneteskan air mata. Baru saja namanya naik daun, masa harus jatuh dan hancur gara-gara sebuah foto berpose nakal di sebuah Café, mana ada fotonya juga bersama Om Sutanto.

"Ooh..begini Non, waktu itu saya kebetulan lagi nyari-nyari bahan buat tabloid, lagi nyari artis buat di foto, pas kebetulan ada Non Acha saya lihat lagi ngerokok di pojokkan pake rok mini lagi ehehe iseng aja sih waktu itu, ‘gak nyangka foto ini bakalan berguna suatu hari gitu hihihi"jawab Paimin sambil tertawa.

(Bodoh…bodoh sekali aku ! kenapa, kenapa aku begitu ceroboh membiarkan orang asing mengabadikan aku sembarangan, dengan dandanan seperti ini…aku kira orang ini hanya iseng saja waktu itu !!), pikir Acha dalam hati. Pikirannya kalut sekali, dia bingung.

"Baik, kalau begitu…Mas Paimin mau berapa Juta !! aku kasih, tapi kasih aku Master foto ini lalu cepet pergi dari sini !!"Acha menegarkan hatinya, mengeluarkan ultimatum yang ketus.

"Wah wah…galak tenan hehehe…yo wis, saya minta 5 Juta..plus…pelayanan Non Acha seperti yang dirasakan Om Produser"sindir Paimin sambil menyeringai mesum.

"Apa…gak! nggak mau ! aku tambah 5 Juta lagi tapi aku gak mau digituin !!"jawab Acha menolak permintaan disetubuhi Paimin.

"Wah…saya sebetulnya memang suka uang, tapi..saya lebih penasaran dengan nikmatnya rasa tubuh Non Acha hak hak hak"sahut Paimin tertawa sinting.

Acha ingin rasanya berlari meninggalkan pemerasnya itu, tetapi dia semakin lemas ketika tangan pria itu melambaikan fotonya yang memakai rok mini dan sedang merokok, yang bisa-bisa merusak image yang sudah dibangunnya susah payah melalui pelayanan tubuh hancur-hancuran ke Om Susanto serta beberapa relasinya yang beberapa adalah pejabat penting negara.

Acha langsung merebut foto itu dan mengoyaknya menjadi serpihan dan melemparkan ke wajah Paimin, artis ABG berwajah manis itu menangis. Namun dengan santai Paimin berkata, “Robek aja Non sesukanya…nanti saya robek juga Memek Non kaya gitu hak hak hak !!”ancam Paimin sambil tertawa menang.

Acha pucat pasi, sosok pria di hadapannya sungguh membuatnya ketakutan, wajah buruk rupa ditambah stress keuangan. Tak terasa Acha yang tadinya duduk, dia bangkit dan mundur ketakutan. Acha terbayang karirnya, karir yang akan ditukar dengan siksaan birahi yang diterimanya. Karir yang memberikan kemewahan baginya, yang mempertemukannya dengan Irwansyah kekasihnya, yang juga belum tahu tentang keadaan dirinya.

”Ja..jangan Mas…ada..ada Ibu saya di dalam !!” kata Acha ketakutan, dia mundur masuk ke ruangan depan. Pagar rumahnya juga belum sempat ditutup olehnya, karena tidak menyangka kejadiannya menjadi seperti ini.

”Ya…itu sih pinter-pinternya Non Acha aja gimana nahan teriakan hihihi”kata Paimin.
Acha terus mundur, tak terasa dia terpojok ke kamarnya sendiri. Pintu itu masih terkunci, Paimin melihat di atas pintu itu ada tulisan “ACHA”, yang berarti kamarnya. Paimin lantas menyeringai, Acha yang sedang panik ketakutan itu tak sadar bahwa di belakangnya kamar dia sendiri.

“Non, pas bener…ya udah ayo masuk ke kamer Non aja !! kalo di ruang tamu nanti Ibu Non tahu kan ?? ayo..!!”suruhnya.

Acha yang dari tadi menutupi kedua payudara yang masih berpakaian lengkap itu, gara-gara pandangan ‘lapar’ Paimin, membalik tubuh indahnya. Dia membuka kunci, dan memutar handel pintu perlahan, karena tak rela akan disenggamai makhluk sejelek Paimin. Semesum-mesum wajah Pejabat atau Produser yang memakai tubuhnya, tidak separah wajah Paimin. Saat masih memutar handel pintu itu, Acha risih merasa pantatnya diremasi tangan kurus Paimin.

“Non..montok banget !! artis sering fitness sih ya !!”leceh Paimin. Akhirnya pintu pun terbuka, dan ruangan mewah, kasur springbed dan boneka-boneka terjejer. Acha segera menutup pintu agar Ibunya tidak tahu kejadian ini. Paimin dengan menyebalkan duduk di kasur Acha. Acha benci sekali dengan orang yang memerasnya ini, dia berpikir kalau terlihat takut dan tunduk di depan orang seperti ini, hanya membuatnya senang. Acha membusungkan dada, dia masih tak berdaya namun mencoba tegar.

“Ok, Non Acha pasti tau apa yang saya mau...pertama, panggil saya Tuan !!”perintah Paimin.

”Baik..Tuan ! tapi sebelum kita mulai, gw cuma mao bilang, ini semua cukup hari ini! lo musti janji ngembaliin barang itu, gue pasti hari ini nurutin semua yang elo mao plus gw kasih 5 Juta, kalo lo nekat maksa besok gw masih harus layanin lo dan seterusnya lagi, gw juga nekat lapor polisi, gak peduli sama karir artis gw, jadi cukup sekali ini aja OK !!”tegas Acha.

“Hmmm…OK !!”jawab Paimin singkat. Tak masalah baginya asal bisa mencicipi Acha seharian penuh ini.

“OK kita lanjut, berikutnya...hmm, buka semua pakaian Non sampe bugil gil gil hak hak hak”perintahnya seraya tertawa sinting.

“Baik Tuan…!!”jawab Acha singkat dan ketus.

Acha yang tak punya pilihan langsung menuruti perintah Paimin, si cantik itu melepas satu persatu pakaiannya, Paimin meminta Acha melempar Bra dan Celana dalamnya ke arahnya, Paimin menikmati pemandangan itu sambil menghirup harum pakaian dalam Acha, penisnya semakin mengacung saja, wajah Paimin langsung Mupetot (Muka pengen ngentot) melihat Acha telanjang. Beruntung Paimin, Acha suka sekali menjaga kemaluannya bersih, dia mencukur bulu kemaluannya.

Paimin menarik tubuh Acha agar mendekat dan, Hap…!! Paimin langsung menjilat dan melahap vagina Acha sambil duduk di pinggiran ranjang. Acha merem melek keenakan juga sambil meremas rambut keriting pemerkosa yang dibencinya itu. Mulut hitam Paimin sangat rakus menyedot vagina Acha, seperti orang kelaparan, sampai-sampai Acha juga tak tahan untuk menolak orgasme pertama bersama pemerkosanya. Tubuh Acha bergetar hebat sambil menutup mulutnya, dia mencoba sebisa mungkin meredam suara karena takut terdengar Ibunya. Tersiksa sekali Acha orgasme yang seharusnya dilepas dengan erangan nikmat keras dan panjang terpaksa diredam dengan tangannya.

“Sluurrpphh…Shrepph cep cep Aah…enyaaak…gurih Memeknya artis hihihi !!”ejek Paimin sambil tertawa menyebalkan. Acha kelelahan dan duduk di lantai sesaat, Paimin membiarkan pelacur artisnya itu istirahat sebentar sambil memandanginya dengan pandangan melecehkan, sementara Acha menatap balik dengan pandangan marah penuh kebencian, walaupun tidak menampik bahwa Paimin memberikannya kepuasan yang tidak pernah diberikan Irwansyah. Menurut Irwansyah, Oral sex itu kotor. Baik itu dari Acha ke dia, atau dia ke Acha

“Naah sekarang…saya yakin Non pasti punya stocking bokep yang biasa dipake Striper iya kan ?! nah pake itu sekarang, yang warna hitam !!”suruh Paimin.

Acha mengerti, yang dimaksud Paimin adalah Fishnet (jaring ikan), memang Acha dan artis harus punya ketika dia disuruh striptis Bos-bos jadi lebih hot dan seksi. Dia bangkit dan membuka lemari pakaiannya yang tersembunyi, untuk pakaian-pakaian yang seperti ini Ibunya memang tidak tahu menahu. Acha selalu seperti malaikat di matanya dan di mata pemirsa. Selagi mencari dia merasakan tangan Paimin meremas pantatnya dari belakang dengan gemasnya.

“Hhmmm..gimana Non…ketemu ?!”katanya sambil menggerayangi tubuh Acha.

Deg…!! Acha kaget, ketika Paimin memeluknya, dia merasakan penis Paimin yang panjang itu di pantatnya. Acha sebenarnya kaget akan dua hal, yang pertama dia kaget Paimin telah bugil, yang kedua batang penis Paimin yang panjang. (Mustahil !!), dalam hati Acha. Setelah berusaha terus mencari, perjuangan keras mengacuhkan kehadiran Paimin yang menempel ketat di belakang tubuhnya, akhirnya ketemu juga.

“Nih..ya udah, Tuan tunggu dikasur dulu dong ! mau liat gw striptis kan pake ini ?!”kata Acha sebal seraya menunjukkan jaring ikan hitam itu. Paimin tersenyum mesum, pria berkulit hitam itu mencium pipi Acha yang mulus lalu kembali ke kasur.

“Kayanya Non Acha udah biasa yah…Ok lah sok !!”kata Paimin.

Acha mengenakan stocking hitam seksi bak pemain blue film itu, lalu menyetel musik untuk meredam suara permainan seks mereka. Lagu ‘Maps of the Problematique’ dari Muse pun mengalun, lagu yang berirama beat itu menambah goyangan Acha yang memang sudah Hot menjadi tambah Hot saja. Acha terpaksa harus merasa seksi di depan pemerkosanya itu, agar dia cepat menyetubuhinya, habis spermanya dan melepaskan dirinya secepatnya. Acha meliuk-liukkan pinggul padatnya, tangannya satu menekuk ke atas dengan seksi, bahkan menyentak kakinya ke arah Paimin lalu berbalik dan menghadapkan pantat sekal putihnya persis di depan wajahnya.

Paimin onani karena tak tahan dengan gadis obsesinya itu striptis di depan matanya, dengan dandanan Hot pula, mulut orang kampung itu langsung bergerak melahap, tetapi Acha sengaja nakal dengan mengelak, seperti kebiasaannya di depan Bos-bos. Paimin yang sudah tak tahan merasa dipermainkan langsung mendekatkan penisnya ke pantat Acha yang sedang bergoyang nakal itu, mengocoknya sebentar dengan cepat dan menekan kepala penis hitamnya, “Oookh…!!”kejan Paimin.

CROOOTTT !! BLAARR !! JROOTT !! CROTT !!

“Aaaanghh…Aaaaaaanngghh…”desah Acha seksi, dia tidak menyangka Paimin akan menyiram body seksinya yang sedang berputar itu. Kontan saja pantat Acha mandi sperma Paimin, Acha sudah terbiasa walau tak suka. Paimin puas dengan ejakulasi pertamanya. Nafsunya kembali naik cepat melihat pantat Acha yang belepotan sperma dia sendiri. Paimin melempar tubuh Acha ke ranjang hingga menungging di pinggir ranjang, dia menarik kakinya agar berpijak di lantai tetapi setengah badannya tetap di ranjang, Acha hanya menjerit pasrah menungging. Paimin menampari pantatnya hingga terceplak merah bergambar telapak tangan karena pantat Acha berkulit putih. Sambil menampar dia juga getol meremasnya, bahkan menelusuri halusnya paha Acha yang sering mandi susu itu centi demi centi.

“Tuan…pelan-pelan Tuan…nanti kedengar.Aaaaakkh !!”

Belum sempat Acha menyelesaikan kalimatnya sudah mendarat tamparan keras di pantat berkulit putihnya. Acha mulai resah gelisah, selain karena takut ketahuan, tubuhnya juga mulai terangsang oleh jari Paimin yang kini bermain dibelahan vaginanya. Sekarang Acha harus bekerja extra keras menahan lenguhan, desahan dan erangan. Acha menggigit sprei ketika jemari Paimin mengocok vaginanya dengan brutal diselingi tamparan di pantat sekalnya. Tangan gadis itu mencengkeram pinggiran ranjang dengan kuat, matanya mendelik dan tubuhnya menegang. “Aaaangghh…!!”

Crrrtt…!! Creett !! Serrr…!! Acha orgasme.
Dia mendapatkan orgasmenya dari orang kampung yang memerasnya dan sangat dibencinya itu, sungguh kontra sekali. Acha hanya bisa menurut ketika Paimin menyuruhnya untuk menjilat jemarinya yang berlumuran cairan orgasmenya sendiri.

“si Non, Artis juga Perek juga…!!”. Plaaakk…!!, sebuah tamparan telak mendarat di pipi mulusnya. Paimin menjambak dan meludahi wajah Acha. “Cuiiihh…!!”.

Acha menangis karena tamparan itu bukan saja menyakiti pipinya, namun juga ‘menyakiti’ harga dirinya. Terlebih lagi liur Paimin yang bau itu, yang kini bersarang antara hidung dan bibirnya membuatnya sangat terhina, karena pria bajingan itu dengan santainya memerintahkan Acha untuk menjilati liur itu dengan expresi yang menikmati aromanya.

Tubuh gadis itu lemah akibat orgasme yang dialaminya, dan kini ia tak bisa menolak ketika Paimin menyepak kedua kaki Acha agar meregang lebar, penisnya yang sudah bangun dan menuntut persenggamaan melalui vagina Acha sudah mengancam di depannya. Paimin nampak ingin mendoggy Acha, Zreeekk !! penis Paimin mendobrak paksa vagina Acha untuk menerima dan menjepitnya. Mulut Acha terbuka dan menjerit kecil lalu buru-buru menggigit sprei kencang, untung saja musik yang keras membantu meredam jeritan singkatnya tadi.

“Oookhh…enaknya Memek artis…emang laen rasanya..Eeenggh !!”celoteh Paimin.

Paimin tampak menikmati jepitan dinding vagina Acha, tapi dia tak berlama-lama dan langsung bergerak brutal menyetubuhi Acha, sodokannya semakin lama semakin cepat dan kasar, tubuh Acha terpental-pental. Kaki jenjangnya yang berdiri tegak sudah mentok ke pinggir ranjang, karena terus menerus tersentak-sentak. Paimin menjambak rambut Acha dan menggenjotnya dengan lebih bertenaga, diselingi tamparan-tamparan di pantat Acha hingga menimbulkan bilur-bilur kemerahan. Tubuh Paimin serasa lebih hangat mengeras dan bergetar nikmat, dia mendekati ejakulasi dan menyodok Acha lebih sinting.

Paimin mengangkat kedua kakinya dan naik ke ranjang Acha, dan menumbuk-numbuk artis ABG cantik itu hingga menungging tengkurap. Spring bed empuk dengan Per kualitas tinggi itu memudahkan penetrasi Paimin, sehingga waktu Paimin menekan penisnya dalam-dalam, tubuh Acha tertekan ke bawah lalu membal kembali ke atas. Sprei putih tempat tidur masih diremas dan digigitnya menahan birahi serta erangan nikmat dirinya. Tangan kanan Paimin mencengkram pundak Acha sekaligus menekan tubuh Acha agar tidak bisa bergerak dan bangun, tangan kirinya lanjut menjambak rambut kemerahan boundingannya, sehingga wajah cantiknya sedikit mendongak kebelakang menyamping, bertatap-tatapan dengan pemerkosanya. Acha sebenarnya ingin muntah melihat wajah Paimin. Buruk rupa, berkulit hitam, tubuhnya sedikit kurus, rambut kumal cocok dengan keadaan stressnya, liur dari bibir hitamnya yang bau menyengat hidung, hembusan nafas yang tak sedap menerpa wajah, melengkapi penderitaan yang menyelimuti Acha.

Sedang asyik-asyiknya Paimin mendoggy Acha, tiba-tiba handphone Acha berbunyi.

Deg…!!, jantung Acha berdegup. Disaat tersiksa birahi seperti ini, ada siksaan tambahan.

“Aduh !! siapa sih…?! ganggu orang ngentot aja ! inget Non jangan coba omong macem-macem awas yah, kalo mau Master foto Non kembali, paham ?!”ancam si Paimin sambil menjambak rambut Acha, wajahnya kembali mendekat dipaksa menatap wajah jeleknya yang menyeramkan.

Acha hanya mengangguk ketakutan, masih dengan penis melekat ketat di vagina, mereka bangkit perlahan untuk mengambil HP yang berbunyi di meja rias kamar itu. Acha sungguh bersusah payah berjalan dari tempat tidurnya ke meja rias itu, padahal jaraknya tidaklah jauh. Tentu saja dengan penis Paimin yang panjang dan sedang meraja di liang senggama miliknya, membuat Acha kesulitan menahan kenikmatan dikerjai Paimin. Paimin sendiri sedang merasakan nikmat di penisnya yang terjepit vagina Acha, sambil berjalan.

Bahkan karena Paimin sedikit lebih tinggi dari Acha, ditambah panjang penisnya itu, memaksa Acha untuk berjalan sedikit menjinjit. Jarak yang dekat terasa jauh, waktu yang sebentar serasa panjang. Tak terasa pelecehan itu membuat vagina Acha kian banjir oleh lendirnya. Akhirnya, dengan perjuangan penuh..Acha berhasil sampai di dekat HPnya. Artis cantik itu menundukkan badan untuk mengambil HPnya, kontan posisinya menungging seksi. Jari lentik yang kukunya sering dihias kutek itu meraih HPnya, Acha melihat siapa yang menelpon, disitu tertera ‘Irwansyah My Love !!’. Acha bingung harus bagaimana. Ketika sedang bingung-bingungnya, Acha merasa tubuhnya yang sedang berposisi menungging itu tertarik kebelakang sedikit, dengan gerakan cepat dan tiba-tiba Paimin menyentak dan melesakkan penisnya dalam-dalam.

“Huuungghh…!!”geram Paimin.

Zreeeekk !! “Aaaaaakkh…!!”erang Acha refleks.

Artis cantik itu tidak bisa meredam suaranya, karena dia takut terjeduk cermin rias di di depannya dan refleks memegang pinggiran meja rias, sebelahnya masih memegang HP. Acha merasa sodokan penis Paimin itu serasa menjebol vaginanya di kedalaman yang belum pernah terjangkau oleh penis-penis sebelumnya, karena begitu panjang penis orang kampung tersebut. Setelah tertancap sempurna, mereka kembali melenguh nikmat.

“Heh…ayo jawab Perek !! Eeeenggh !”suruh Paimin dengan nada galak sambil melenguh nikmat karena penisnya menancap mantap di vagina Acha.

(Sialan lo…gw juga dari tadi pengen jawab kalo elo ga nyentak gw kaya tadi !!), omel Acha dalam hati.

“Ha..halo..Sayang..AMmppphh !! Acha langsung menutup mulut dengan tangannya dan menutup lubang bicara HP, karena Paimin mendudukkan diri tiba-tiba di meja rias itu. Paimin menjulurkan lidah karena merasakan betapa nikmat penisnya terjepit dan tertumbuk vagina Acha yang sangat legit itu.

(Acha Sayang…mau aku jemput ato gimana ??), suara Irwansyah keluar dari HP.

“E.eng..engga..usah.Aaaaaakkhh !”erang Acha yang kali ini tidak menutup lubang bicara HP, sulit karena Paimin dengan sengaja menyentaknya ke atas sambil memegangi tangan kiri Acha, sementara tangan kanan Acha memegang HP di telinganya.

“Cha…Acha…kenapa kamu ?!”tiba-tiba Ibunya bertanya di depan pintu. Acha panik, dia pikir Ibunya masih tidur. Paimin sendiri juga kaget, dia tidak ingin sampai Ibunya Acha tahu. Ibunya pasti lebih memilih lebih baik foto itu tersebar, Paimin tertangkap dan Acha gagal diperkosa. “Jangan omong sembarangan Non..!!”ancam Paimin dengan wajah yang menakutkan. Acha yang masih haus ketenaran dan berpikir betapa memalukannya foto tersebut, terpaksa berbohong.

“Eng..gapapa Mah…cuma kecoa…udah pergi !”dusta Acha.

“Ooh, kirain kamu kenapa-napa…udah dua kali Mamah denger kamu teriak…bikin Mamah jantungan aja kamu, ya udah..“sahut Mamahnya.

Geraman Paimin tidaklah sekeras erangan Acha, karena Paimin cenderung mendehem dan memfokuskan pada sodokan penis. Berbeda pada Acha yang posisinya sebagai receiver atau penerima sodokan, tentu kadar kerasnya erangan dari kasar atau dalamnya sodokan penis di vaginanya.

(Halo..halo Sayang !! kenapa kamu teriak..??), tanya Irwansyah di Handphone.

“E.engga apa-apa kok Yang…makasih ya !! oya aku berangkat sendiri aja, Dadah !”kata Acha buru-buru menutup pembicaraan untuk lepas dari derita birahi.

(Oh ya udah, kirain kamu kenapa-napa..Ok..dadah…Muach !!”), ucap sayang Irwansyah.

“Muach juga dadah…!!”balas Acha menutup pembicaraan di HP.

“Acha Sayang, Mamah mau arisan dulu ya di sebelah..kamu jangan lupa nanti sore ada syuting…Mamah engga bisa nganter, Bi Ijah masih Mamah suruh belanja bentar lagi pulang…kalo Bi Ijah belum pulang kamu mau jalan, ya kamu gembok aja, Mamah, Bi Ijah sama Juwita ada kunci serep kok Ok !! istirahat yang cukup ya Dadah…!”kata sang Ibu.

(Damn…gue lupa !! masa gw harus bawa orang aneh ini ke tempat syuting ?), pikir Acha dalam hati. “Daaah…!!”sahut Acha lantang, sementara pikirannya masih kalut.

“Chaa…kok kamu belum nutup pintu garasi sih ?? untung aja engga kemalingan mobilnya !!”marah sang Ibunda Acha.

“Iya Mah maaf…Acha ngantuk ! tolong ya !”dusta Acha lagi.

“Ya udah, ngantuk sih ngantuk !”gerutu sang Ibu, sambil menutup pintu garasi.

Setelah yakin Ibunya sudah keluar, Paimin menyeringai.

“Non…ternyata acting Non bagus yah…saking bagusnya bisa dipake bohongin orang tua sendiri hak hak hak hak”.

(Gw bohong terpaksa, karena lo maksa gituin gw sialan !!), maki Acha dalam hati.

“Nah Non, bisa lanjut nih entotan kita”kata Paimin seraya menyeringai.

Acha memandangi Paimin di kaca rias itu dengan penuh kebencian dan jijik, Acha tidak pernah membayangkan dapat disetubuhi oleh orang macam Paimin. Paimin menangkup kedua payudara Acha, meremasnya kencang dan menaik turunkan tubuh Acha dengan gencar. Vagina Acha dipaksanya menumbuk-numbuk penisnya yang mengacung. Paimin mencengkram kedua lengan Acha agar lebih mudah membetotnya menumbuk ke bawah, dimana tangan Acha masih menggenggam HP-nya.

Paimin yang menyenggamai Acha sambil menikmati wajah cantiknya di kaca rias, tidak bisa bertahan lama karena terlalu legit vagina Acha. Paimin mencengkram pundak Acha, menaik turunkan tubuhnya, Paimin menceracau jorok dan menggeram tak karuan menuju ejakulasinya.

“Gila Memek lo…gila Memek loo…Gilaaaaaaaaaaakkkhhh !!”geram Paimin.
Sambil menekan pundak Acha sehingga menumbuk penisnya yang terjepit dalam-dalam.

Jleeeebbh !! “Iyyaaaaaaaahh…!!”erang Acha.

CROOOOOOOTTTTSS !! CROOOTTT !! JRUOOOTTTT !! CROTT !!

Tubuh hitam Paimin memeluk tubuh molek Acha yang berkulit putih sambil menembaki spermanya, Acha pun menyambut dengan sebuah lengkingan panjang, Paimin mengejat-ngejat berdehem nikmat di punggung mulus Acha, dia pasrah vaginanya dipenuhi sperma Paimin. Cairan putih pekat dan kental itu terasa hangat sekali dirasakan vaginanya.

Acha masih bersender di tubuh hitam Paimin yang masih meresapi kenikmatan ejakulasi dari tubuh artis obsesinya. Ketika nafas Acha masih senin kamis, handphonenya kembali berbunyi walaupun kali ini hanya bunyi SMS.

Tinutt !! Tinutt !!. Artis ABG Favorit pemirsa yang cantik jelita itu membaca isi SMS.

Deg…!!, jantung Acha serasa terhenti, tangannya yang memegang HP gemetar, matanya yang jelita terbelalak. SMS itu dari Irwansyah.

(Acha Sayang, sorry aku ada yang lupa ngingetin kamu ! nanti malam kamu abis syuting ditunggu makan malam sama keluarga aku, kamu engga lupa kan nyokap aku Ultah ? dan juga jangan lupa…ade sepupu aku sukanya sama boneka babi, dia seneng juga sih waktu kamu beliin boneka beruang…ya itu kalo kamu mau beliin hadiah, engga beli juga engga apa apa…aku sengaja SMS takut kamu lagi nyetir di jalan Ok ?! ya udah dadah Muah !), isi SMS tersebut.

Beberapa hal yang ditakuti Acha Pertama, dia syuting terpaksa membawa Paimin. Kedua, merayakan Ultah Ibu Irwansyah ikut membawa Paimin. Ketiga, dia membeli boneka di Mall juga terpaksa membawa Paimin ikut serta. Tentu hari ini dia berjanji penuh untuk melayani Paimin, tentu Paimin tidak perduli apapun kepentingan Acha hari ini. Acha bertambah kalut pikirannya, dia semakin ketakutan mendengar suara serak dari belakangnya.

“Waah…asik nih gw bisa jalan-jalan ke Mall, ikut ke tempat syuting dan ngerayain Ultah bareng Artis sambil ngentot !!”kata Paimin menyeringai mesum ke arah Acha melalui media cermin, Acha menatap Paimin balik dengan wajah memelas di kaca rias itu. Siksaan Acha semakin bertambah saja mendengar Paimin berkata.

“Naah…sebelum berangkat pergi, tentu tubuh kita musti bersih kan Non…kalo begitu, yuk kita mandi dulu berdua ehehehe mumpung rumah Non sepi …!!”saran mesum Paimin dengan wajah menyeringai cabul.

Acha menggeleng-gelengkan kepala, (Tidak…Tidak..Tidaaaaaakk !!), dalam hati Acha. Kemudian terdengarlah suara “Hak hak hak hak...!!” yang merupakan tawa menyebalkan Paimin.




End for now....

Sunday, June 21, 2009


Sophie and Eva: Lucky Afgan...

Kisah ini terjadi ketika Eva sedang dekat-dekatnya dengan salah satu vokalis menjanjikan negeri ini, Afgan.

Pagi yang cerah...
Afgan memasuki rumah mewah itu karena Eva, 'teman dekatnya', mengatakan kalau gadis itu punya kejutan untuk dirinya.
'Hai, Gan', rangkul Eva manja sambi mencium bibir pemuda itu dengan mesra. Afgan sendiri menikmati ciuman mesra sang gadis yang eksotis itu.
Eva tersenyum nakal ketika merasakan tonjolan keras di balik celana Afgan, lalu berkata ,'calm down big boy...., kita ke dalam dulu ya? I've make you some breakfast.'

Bagai seorang istri yang baik, Eva menyiapkan kursi untuk Afgan, menuangkan juice dan menyajikan club sandwich yang disenangi pemuda itu.
Kemudian Eva mengambil tempat di samping pemuda itu, menautkan jemarinya dan menopang dagunya. Wajah penuh rindu itu terlihat oleh Afgan yang makin berbunga-bunga.

'Eeeh, ada Afgan... Eva, kenapa kamu tidak bilang mama...'
Reflex Afgan bangkit, memutar dan ingin memberi salam pada...
Afgan tersedak, matanya melotot, dan gadis di sampingnya hanya tertawa melihat expresi wajah pemuda yang melihat Sophie berjalan menuruni tangga dengan night robe yang tidak diikat hingga tampaklah keindahan tubuh wanita dewasa yang hanya menggunakan black sexy underwear, yang mengingatkan Afgan pada salah satu produk underwear yang menggunakan Sophia sebagai iconnya.

Dan sekarang keindahan wanita yang bagai dewi venus itu melangkah menghampirinya, lalu mencium kedua pipi pemuda iu yang seakan mati kehabisan nafas. Aroma parfum yang lembut dan feminin memenuhi rongga paru-paru Afgan, dan kesegaran tubuh yang ampak baru saja berbilas kelembutan air membuat pemuda itu bagai terkena sihir dan menjadi patung.

Kemudian dengan santai Sophie menuju kursi meja makan di hadapan Afgan lalu berkata, 'Lho, sayang... kenapa sarapannya berhenti? terusin dong. Apa sandwichnya ngga enak?'
'Eeenak... enak ko tante..' gagap Afgan yang kini jelas tak akan bisa konsentrasi makan, karena melalui meja transparan itu, keindahan tubuh sang pemilik rumah terexpose dengan bebas.
Dan sebagai high class woman, Sophie benar-benar tahu cara untuk 'bertingkah laku', dengan satu kaki yang menopang di atas kaki yang lain, dan table manner yang baik, wanita itu mulai memakan sandwichnya sendiri dengan sensualnya.

Eva tersenyum geli sambil berkali-kali mengelap remah makanan di mulut Afgan atau mengahpus liur sang pemuda yang melotot menikmati pemandangan mahal di hadapannya, yang bagi kebanyakan pria hanya bisa di dapat hanya dalam impian dan imajinasi terliar.
Lalu Sophe melihat ke arah Eva dan berkata dengan suara sensual, 'Va... katanya kamu mau ajak Afgan berenang? Ko kamu belum siap-siap?'
Gadis itu tersenyum dan berjalan ke arah sang mama, lalu dengan nakal ia berkata, 'iya ma... kan Afgn baru makan, nah sekarang kayanya dia udah siap buat berenang deh...'

Mata Afgan seakan meloncat dari rongganya, dengan santai Eva meloloskan daster sutranya dan membiarkan kain itu menggelosor ke lantai dan membiarkan tubuh indahnya tertampang di hadapan Afgan.
Afgan merasa celananya begitu sempit. Tubuh ibu dan anak itu sangat sempurna, mambuat kelelakiannya menggelegak. Sophie dan Eva tertawa renyah melihat pemuda dihadapan mereka belingsatan memperbaiki celananya...
Lalu Eva menghampiri Afgan yang langsung loncat berdiri, kaku untuk kedua kalinya. Kemudian sambil memandang binal dan mempermainkan expresi bibirnya, Eva menurunkan retsluiting celana jeans Afgan, dan meloloskannya denga di bantu Afgan yang bagai cacing berusaha membuka celananya.

Ketika Eva memegang pinggang Afgan di perbatasan celana dalamnya, pemuda itu sudah sangat terangsang, namun kejutan buat dirinya belum lagi selesai. Matanya yang terpaku pada Eva tak menyadari kalau Sophie sudah berdiri di belakangnya dan perlahan melepas jumper jacket yang dikenakan pemuda itu, dan dengan terburu-buru Afgan membantu Sophie melepas kausnya, hingga ia tak sadar kalau celana dalamnya sudah tercampak entah di mana.
Pemuda itu serasa berada di surga ketika Sophie meangkulnya dari belakan, dan Eva memeluknya mesra dari depan. Kehangatan tubuh keduanya, kelembutan kulit mereka, kekenyalan dan kepadatan payudara dan tubuh mereka membuat nafas sang pemuda bagaikan kuda pacu yang siap berlomba.

Sophie berbisik lembut di telinga Afgan,'Sebelum renang... kita pemanasan dulu, ya, sayang.... biar kamu tidak kram.', sambil kemudian mejilat lembut leher sang pemuda yang belingsatan merengkuh kepala Sophie, sementara dadanya dicupangi lembut oleh Eva, yang tangan mungilnya meremasi pantat Afgan, dan menekan penis Afgan ke pinggul belianya serta menggeseknya dengan lembut, hingga pinggul itu basah oleh pre-cum yang meleleh dari penis sang pemuda.
Tangan Afgan sibuk merengkuh kenikmatan tubuh kedua wanita yang menggodanya ini, pinggul keduanya kenyal, payudaranya montok dan sekal. Bahkan Sophie, dengan dua anak yang dimilikinya, tubuhnya tak kalah padat dengan sang putri yang sekarang sedang berfrenchkiss ria dengan dirinya.

Kini kedua wanita itu mengarahkan ciuman dan jilatan lidah mereka ke tubuh bagian bawah Afgan, mulai dari punngung, dada, perut, pinggang, pinggu, dan....
Afgan sampai melenguh hebat, penisnya kini mentok sampai ke tenggorokan Eva yang mepraktekkan deepthroath, sementara Sophie melakukan anal rimming yang membuat pemuda itu mengejan menahan kenikmatan, tangannya meremas kepala kedua wanita yang memberikan kemikmatan ganda kepadanya, terlebih karena suguhan yang dilihatnya ketika kedua penikmatnya sedang merangsang diri mereka masing-masing dengan meremasi payudara dan mengaduk vegina mereka dengan bernafsu. Hingga.....

Afgan terduduk berselonjor kelelahan dan tak percaya ketika spermanya menyembur dalam mulut Eva, dan ia makin tak percaya ketika kemudan Eva melakukan snowball dengan ibunya dalam posisis berdiri berpelulkan, berpagutan, dan tubuh yang saling menyatu, keduanya tampak rakus untuk merasakan nikmatnya sperma Afgan yang kemudian berjongkok di antara keduanya dan bergantian menjilati vagina Sophie dan Eva.
Kedua wanita itu menjerit kecil, menerima serangan dari Afgan yang nampak ingin berterimakasih pada mereka atas foreplay yang mereka berikan.
Terlebih ketika kedua jari tengah Afgan dengan leluasanya menyeruak ke dalam anus mereka yang menyebabkan kedua wanita itu menggelinjang menahan kenikmatan, dan akhirnya....

Kedua wanita itu menggelosor memeluk Afgan yang wajahnya basah oleh cairan orgasme keduanya. Mereka berciuman kecil, yang tak lama berlanjut dengan ciuman erotis dan ganas, dengan permainan lidah yang mengasyikkan.
Kedua wanita itu mengeluarkan tawa yang tertahan desah ketika Afgan dengan wajah memelasnya menyusu di payudara kedua wanita itu bagaikan bayi besar yang kehausan.

Lalu Sophie dengan lembut menelentangkan tubuh Afgan di lantai marmer yang kini menghangat oleh birahi, kemudian dengan lembut Sophie mengoral penis Afgan yang membelalak tak percaya melihat mulut sexy wanita yang menjadi objek masturbasi banyak lelaki sekarang melekat erat mengelilingi penisnya yang seakan makin membesar itu. Eva kemudian mengambil posisi, tubuhnya mengangkang di atas wajah Afgan yang lalu dengan rakus menjilati vagina gurih sang gadis, sementara Sophie kemudian menmasukkan penis sang pemuda dalam posisi woman on top.
Ketiganya berpacu dalam gairah, dan Eva, seakan ingin juga memuaskan sang mama dan Afgan, kemudian mengambil posisi 69 dan dengan rakus menjilat vagina sang mama serta penis sang pemuda yang sedang asyik beradu dalam irama nafsu.
Hingga ketiganya mencapai orgasme bersamaan, dan Eva dengan lembutnya menghisapi lelehan sperma dan cairn cinta sang mama yang mengalir dalam kepuasan....

Ketiganya tergeletak, namun dalam keletihan mereka nampak sangat puas. Afgan merasa dunianya sudah penuh. Ia bisa menikmati dua bidadari cantik yang ternyata sangat binal. Namun....

Dengan lebut Sophie dan Eva membimbing Afgan ke whirpool yang terletak di halaman belakang rumah megah itu. Lalu mengajak sang pemuda untuk berendam dan kemudian memperlakukan Afgan bagai raja. Sophie dan Eva dengan lembutnya memberikan thai massage pada sang pemuda yang merasa bagai raja minyak itu, terlebih ketika jemari Eva mempermainkan kelelakiannya, membuatnya tak kuasa menahan lalu dengan sedikit kasar, mengangkangkan paha Eva dan menghujam vagina sang gadis yang melenguh hebat. Sementara tangan Afgan yang bebeas merangsek vagina Sophie dan mengaduknya hingga wanita dewasa itu menggelinjang meresapi birahi yang mengalir...

Ketiganya liar, melepaskan nafsu dalam tubuh di bawah atap langit, dengan gemericik whirlpool dan kesejukan rumah mewah itu.
Eva menggeletar ketika orgasmenya menyebabkan vagina sang gadis bagai mencengkeram erat penis Afgan yang bertahan mati-matian untuk tidak ejakulasi, namun gagal, Sementara jemarinya serasa dijepit oleh vagina Sophie yang juga mengalami orgasmenya....
Samar dapat terlihat cairan kental melayang dalam whirlpool, cairan cinta mereka bertiga, yang kini bersandar kelelahan, membiarkan cahaya mentari menyinari mereka yang sedang menikmati indahnya persetubuhan.

Hari sudah jauh senja ketika Eva dan Sophie yang hanya berbalut baby doll transparan melambaikan tangan kepada Afgan yang pulang dalam keadaan sempoyongan setelah bertarung habis-habisan.
Hari itu adalah benar-benar hari keberutungan buat Afgan, yang walau dengan wajah pucat namun menyunggingkan kebahagiaan karena telah mereguk nikmat bercinta dengan dua wanita tercantik yang pernah ada dalam hidupnya...

Sementara itu Sophie dan Eva masuk ke dalam rumah, melihat Michael yang sudah menanti... Eva langsung membuka pakaiannya diikuti Sophie dan....

End

Tuesday, June 16, 2009


Nasib Tragis Andrea Lee VIII: Let The Race Begin

'Sembilan puluh satu... sembilan puluh dua...'
Andrea benar-benar kepayahan dipaksa push up seperti itu, dirinya bertumpu pada empat bangku di kedua tangan dan kakinya. Hanya saja nyala puluhan lilin besar di bawah tubuhnya membuatnya menderita, terlebh ketika panasnya itu menyengat vagina dan payudaarnya.
Dan nyona Susi benar-benar membantunya 'berolah raga', sesekali ia mengambil secanting lilin panas dan meneteskannya di punggung mulus Andrea, dan belahan pantatnya.

Tepat pada hitungan keseratus tubuh sexy Andrea bergetar dan terjatuh menimpa lilin-lilin itu. Gadis itu meringkuk menggeliat menahan sakit dan panas disekujur tubuhnya. Namun dengan santainya Susi menjambak rambut Andrea yang mengeluarkan bau hangus terbakar dan menyeretnya ke sebuah ruangan di mana ke tiga tuannya sudah menunggu.

'Gimana latihannya sayang?' kata Arman sambil mencium Susi denga bernafsu
'Dia siap untuk peregangannya....' desah Susi menikmati jemari Arman yang mengaduki vaginanya.
Lalu satpam dan tukang kebun merenggut Andrea dengan kasar dan membantingnya di meja bundar yang berada di tengah ruangan itu.
Kedua tangannya di belenggu di samping tubuhnya, kemudian mereka menelikung tubuh Andrea hingga kini lututnya mengapin kepalanya, lalu mereka mengunci pergelangan kaki gadis itu dengan pasung.

Arman kemudian mendekati Andrea yang sama sekali tidak nyaman dengan posisinya, dan kemudian keempat penjajahnya duduk dengan santai mereka tertawa dan bercanda. Kemudian Susi membawa dua buah lilin merah besar, dan mengedip kepada Arman, yang tersenyum dan mengangguk kepada dua rekannya.
Keduanya bersiul girang, dan terdengar lenguhan Andrea.

Gadis itu kembali merasakan kesakitan yang sama, yang walau sudah sering dterimanya ak pernah membuatnya kebal. Vagina 'perawannya kembali di perkosa tukang kebun dengan brutal, bahu dan pundaknya sakit dengan posisi tubuhnya sekarang, terlebih ketika satpamnya mulai mengambil posisi dan mulai menyodominya dengan liar.
Gadis itu terbanting-banting dengan menyakitkan, tiap jeritan gadis itu disambut high five kedua pemerkosanya. dan seakan mau menambah penghinaan itu, Susi melepas celana dalamnya, dan menyumpalkannya ke mulut Andrea, kemudian menambahnya dengan celana dalam Arman, membuat mulut gadis itu menggembung hingga mengkilat.

Kedua pemerkosanya menggeletar puas membasahi rahim mandul, vagina yang terluka dan anus yang berdarah milik Andrea dengan sperma mereka. Kemudian dengan santai Susi membenamkan lilin besar itu ke vagina dan anus Andrea, lalu menyalakannya.
'Wah..' kata satpam itu sambil tersenyum mengejek, 'kontol kamu sekarang lebih besar dari punyaku...'
Dan para penjajahnya riuh tertawa membiarkan kata-kata hinaan itu menyerap dalam pikiran Andrea.

Andrea makin putus asa karea dengan santainya para penjajahnya makan dan minum di sekeliling tubuhnya yang kini menjadi pegangan lilin, terlebih ketika lelehan lilin panas kembali mengalir di tubuhnya yang mulai kram dalam posisi itu.
Dan perbincangan seru diiringi gelak tawa mengiringi penderitaan Andrea.
'Well bitch...' seru Arman dalam mabuknya , 'Besok kamu bertanding... kamu... dan pelacur lainnya'
'Kamu menang... kamu bisa terus hidup jadi budak kami.... kamu kalah..... bahkan ramuan profesor tidak akan mengembalikan vagina dan anusmu menjadi normal lagi...'

'Yaaaaaaa,' desah Susi, 'dan aku mau kamu kalah...., aku mau kang Arman hanya untukku....'
Dan kembali rokok menthol yang dihisap Susi menyentuh tubuh Andrea yang hanya bisa berjengit kecil.
Malam makin larut ketika akhirnya para penjajah Andrea undur diri meninggalkan gadis itu menderita oleh lelehan lilin dan dinginnya AC yag sengaja dinyalakan dengan kekuatan penuh.
Andrea antara sadar dan tidak ketika pada dini hari ada suara lelaki yang berkata kepadanya,
'Kalau kamu bisa sampai final, aku akan memberimu kesempatan untuk membalas dendam pada nyonyamu, dan bila kamu menang, kamu akan jadi nyonya baru....'

Keesokannya Andrea mendapati kalau profesor maniak yang telah membuatnya jai menderita dengan ramuannya berdiri di dekatnya, terkekeh melihat luberan lilin disekujur tubuh gadis itu, lalu dengan kasar menyentak lilin di vagina dan anusnya hingga bulu kemaluannya tercabut bersih dan meninggalkan bekas kemerahan.
Kemudian tanpa belas kasihan kembali vagina sang gadis dihujam suntikan kuda, kemudian di anusnya, profesor itu hanya tertawa dan berkata.
'Kamu akan berterimakasih padaku dan Arman nantinya...'
Dan kembali Andrea pingsan.....

Ketika terbangun ia mendapati kalau dirinya berada di sebuah ruangan dalam keadaan telanjang, hanya gelang besi, strap leher, dan boot bulu rubah yang menjadi aksesorisnya. Namun samar ia bisa melihat ada tanda memar hitam di sendi-sendi siku dan lututnya.
Kemudian Arman masuk ke ruangan itu, mambawa dua buah remote. Andrea mengenali salah satunya, dan reflex gadis itu menyentuh strap di lehernya.
Arman tersenyum sinis, lalu berkata, 'Ah, bagus kalau kamu masih ingat, nah yang satu lagi gunanya untuk...'
Andrea merasa seperti seluruh tubuhnya terbuat dari agar-agar dan jatuh menggelosor tanpa daya.
'Di semua sendimu terpasang chip yang mengontrol sensor motorikmu, hingga denga sekali tekan, kamu akan kehilangan tenaga. Nah, mau aku gabungkan dengan yang satu lagi?' kata Arman sambil menggoyang remote itu.

Andrea hanya bisa membelalak ngeri bersuarapun ia tak bisa, ia hanya bisa merasakan angin dingin masuk ke mulutnya yang sudah pasti menganga, dan merasakan lelehan liur turun ke pipinya.
Ia benar-benar tak bisa mengontrol tubuhnya.

Arman lalu menekan tombol itu ke posisi off, dan Andrea bisa merasakan kekuatannya kembali. Denagn limbung ia bersujud di kaki Arman dan menciumi kaki sang tuan.
'Hamba akan patuh, tuan... hamba ini milikmu....'
Arman tersenyum penuh kemenangan, lalu berkata, 'Sekarang bersiaplah, pertandinganmu sebentar lagi.' Lalu arman mengikatkan rantai di strap leher Andrea dan menariknya seperti menarik sapi.

Andrea terkejut megetahui kalau cukup banyak penonton yang hadir di perlombaan itu, gadis itu memandang sekeliling, takjub banyaknya slave owner yang berkumpul selain para BDSM mania.
Arman membawanya ke sebuah lapangan, Andrea membeliak melihat ada lima baris kuda di sana, masing-masing baris terdiri dari lima ekor kuda.
Kemudian matanya melihat ada empat orang budak sama seperti dirinya, dua orang ampak pasrah sementara yang dua lagi, tampak menyunggingkan senyum binal seakan menanti hari ini tiba.

Sekarang kelimanya berada di depan barisan masing-masing, segera Andrea mengerti pertandingan pertama yang akan mereka lalui.
Seorang wasit memawa pistol, mengarahkannya ke udara dan...
Kelima kontestan segera menghampiri kuda pertama, Andrea melihat peserta yang binal segera merangsang kuda mereka, sementara yang lainnya merasa jengah, risih, dan takut. Pikiran Andrea sendiri berkecamuk, ia ingin gagal sehingga ia bisa mati, namun bunuh diri bukan kematian yang baik, lagipua ia teringat tentang prosesi penyiksaan yang akan diterimanya sebelum ia mati.

Dan kuda pertama menerima kehormatan itu, Andrea menjilati lipatan paha sang kuda, menyentil lembut zakar besar itu sambil mengelusi penis yang kini mulai menegang, lalu mulut gadis itu berusaha sebisaya mengulum kepala penis kuda yang mulai menyentak tak karuan, membuat gadis itu kewalahan dan tersedak. Kini kuda ke dua... astaga satu orang gadis sudah pindah ke kuda ketiga. Andrea makin liar dan binal, dan...
Kuda keriga merasakan tit fuck, kuda keempat merasakan sempitnya vagina Andrea yang menjerit kesakitan, dan kuda ke lima menyodomi Andrea hingga muntah karena merasa perutnya sangat penuh.

Ia berada di tempat ke tiga, hanya selisih beberapa detik dengan posisi kedua. Badanya letih, tubuhnya terlentang mengambil nafas, namun tak lama karena mereka segera digiring ke arah kuda-kuda itu kembali. Andrea merasa semangatnya terbang kerena membayangkan harus memuaskan hewan-hewan itu lagi.
Namun dugaannya salah, perasaan sedih, miris, lega, takut jadi satu. Ternyata mereka dikumpulkan untuk memberi hukuman pada peserta yang selesai paling akhir pada perlombaan itu.
Peserta malang itu terkunci dalam posisi berdiri membungkuk, dengan pantat terangkat menungging. Andrea bisa melihat vagina terlka gadis itu akibat gempuran kuda.

Kemudian seorang pria kecil berjubah membawa kotak dan meminta mereka mengambil nomor undi.
Dan Andrea menjadi yang pertama memberikan hukuman. Dengan bergetar Andrea menuntun kuda dibarisannya, dan memang dirinya terpaksa kembali merngsang kuda itu, sebelum mengarahkan penis kuda itu ke vagina yang bengak, memerah dan membuka lebar itu.
Andrea memalingkan wajah dan berusaha menulikan telinganya ketika mendengar jeritan pili sang gadis, namun cengraman tangan seorang penjaga yang selama pertandingan mengawasi mereka membuatnya terpaksa menatap vagina sang gadis yang dibombardir kuda.
Andre tak berhenti meneteskan air mata ketika ia menuntun kuda ke dua, dan ketika ia tampak ragu melakukan hukuman, sabetan rotan bertubi-tubi bersarang ditubuhnya, hingga diiring permintaan maaf yang berulang, Andrea mengarahkan penis kuda itu dan...

Andrea bergidig ketika melihat peserta yang sepertinya menikmati pertandingan ini maju, tanpa belas kasihan ia menuntun kudanya dan menyodomi gadis itu, dan lagi, dan lagi...
Bahkan satu peserta dengan gilanya memaksa gadis itu mengoral kuda-kudanya. Andrea bisa melihat darah mengalir deras dari tubuh wanita yang entah masih hidup atau sudah mati itu.
Kemudian keempat peserta yang tersisa digiring ke tempat pertandingan berikutnya, meninggalkan gadis itu dengan kumpulan kuda yang kembali bergairah dan.....

Dingin ruang bawah tanah yang lembab dan dingin menemani istirahat mereka yang jauh dari menyenangkan, dengan tikus yang berkeliaran dan ransum berupa makanan anjing.

Keempat peserta tersisa berhadapan dengan batang pinus besar yang sudah rebah untuk masing-masing mereka. Andrea melihat kampak besar dan keranjang di sana. Dan ketika suara letusan terdengar, para peserta langsung berhamburan ke arah kampak masing-masing dan mulai menghajar batang pinus itu menjadi potongan kecil dan menyusunnya ke dalam keranjang, lalu mereka berlari ke arah penyimpanan kayu, dan kembali ke pinus mereka.
Sedikit banyak Andrea bersyukur karena siksaan yang selama ini dialaminya membuatnya terbiasa dengan pekerjaan berat seperti ini.
Tiba-tiba...
Derak pohon diiringi jeritan mengagetkan mereka. Salah seorang peserta binal yang ada ternaya salah memotong sisi pinus hingga pohon itu berguling dan menimpanya. Namun lecutan cambuk menyadarkan mereka, hingga tanpa banyak bicara mereka kembali berhadapan denganpinus mereka.
Andrea lega, ia selesai diurutan pertama. Cuma kini ia harus bersiap mengetahui hukuan yang harus ia terapkan pada pihak yang kalah.

Ternyata gadis lembut yang tersisa tak mampu melakuan tugasnya. Para pengawal menyeret tubuh mungil yang meronta lemah itu, dan mengikatnya di sebuah pasak.
Lalu para pengawal memaksa Andrea dan seorang kontestan yang tersisa untuk menyusun potongan pinus yang telah mereka potong sebelumnya mengelilingi gadis malang yang memohon belas kasihan pada kedua kompetitornya, bahkan kontestan binal yang tersisa meneteskan air matanya, namun cambukan, deraan serta sengatan cattle prod membuat keduanya tak mampu berbuat banyak, kecuali tanpa berani melakukan kontak mata menyusun potongan pinus itu di sekeliling sang gadis yang kini hanya tertunduk lesu.

Seorang pengawal menyiram bensin ke sekujur tubuh sang gadis, serta ke tumpukan pinus itu. Lalu seorang pria berjubah datang membawa dua obor. Tangan kedua gadis itu bergetar hebat....
Jeritan kesakitan gadis itu menyelingi derak api unggun raksasa itu. Obor terjatuh, tubuh Andrea dan gadis yang lain bergetar hebat melihat jasad terbakar di hadapan mereka. Terror yang sangat mengguncang...

Bayang gadis itu menghantui Andrea, hingga ia sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Keesokannya Andrea dan kontestan terakhir sama-sama dalam kondisi lemah, semangat yang tinggal separuh.
Mereka berniat menyerah, namun bayangan siksaan yang telah tersaji di hadapan mereka membuat mereka harus bertahan. Setidaknya walau mereka hidup dalam perbudakan, mereka berjuang demi kehidupan mereka.

Sepasang pedati besar menanti mereka berdua. para pengawal, memasang kekang di mulut mereka, memasang sepatu yang dirancang khusus hingga mereka terpaksa berjinjit., tangan mereka diikat dengan tali rami ke belakang punggung mereka dengan posisi telapak tangan mengarah ke kepala. Tali rami linnya diikan di sekeliling payudara mereka hingga menghambat aliran darah dan menyebabkan payudara keduanya menjadi keunguan, tali yang lain dilit melalui vagina dan anus, dan ditarik dengan sangat ketat hingga melukai vagina keduanya

Kemudian pedati itu dimuati beberapa ekor sapi besar. Dan ketika letusan terdengar, mereka mulai bergerak dengan menyakitkan, tertatih, perlahan.
Namun keinginan hdup Andrea nampak lebih besar, karena ia punya satu janji yang harus ia yagih, maka walaupun vaginanya makin teriris dengan hebat, ia mulai menarik dengan lebih kuat, lebih kuat lebih kuat.....
Tanjakan terjal di hadapannya membuat betisnya kram, ia melihat kompetitornya mulai menyusul, namun ia tak mau menyerah. Andrea memaksakan dirinya hingga dipuncak tanjakan, dan.. ia sengaja membiarkan tubuhnya terdorong pedati ketika berada di daerah turunan. hanya sesekali ia menahan agar pedatinya tak terguling.
Andrea hampir pingsan ketika akhirnya ia mencapai garis finish, tubuhnya babak belur.

Ia berhasil.

Samar ia melihat kompetitornya meronta hebat ketika para penjaga membawanya ke sebuah lapangan, melepaskannya di sana, dan melemparkan sebuah selendang.
Tu buh lemahnya diseret ke tepi arena itu, dan melihat semua sapi yang mereka bawa tadi dilepaskan dalam arena. Andrea bisa melihat bokong sapi-sapi itu berdarah...

Astaga....

Sapi-sapi itu mengamuk karena luka, dan terganggu oleh kibasan selendang, Kompetitornya berusha bertahan mati-matian, mengelak ke sana ke mari, namun akhirnya, tubuh gadis itu tercabik dan tertusuk tanduk-tanduk runcing itu, terseret-seret, terlempar bagai onggokan kain rombeng....
Andrea pingsan.

Wajah Arman begitu dekat dengan wajahnya, dan rasa di vaginanya...
Ia tahu Aman sedang menikmati tubuhnya, ada rasa bahagia melihat tuannya datang dan menyetubuhinya, rasa diperlukan, diinginkan, dirindukan.
Maka tanpa sungkan ia membalas tuannya, Ia memberikan sex terhebat yang pernah dilakuan Andrea pada Arman, sebagaimana seorang budak yang patuh menyerahkan seluruh jiwa dan raganya demi kemuliaan sang tuan.

Dan Andrea tertidur dengan nyaman....

Sorak sorai penonton di arena gladiator begitu gegap gempita. Andrea berada di tengah arena, dikedua lengannya terdapat pedang dan kampak. Pertarungan terakhir. Namun Namun Andrea bingung. Melawan siapa? Seluruh lawannya sudah mati....

Raung singa memenuhi gelanggang. Pertarngan di mulai.
Kedua senjata Andrea terlempar oleh terjangan singa. Cakar besarnya menghujam bahu sang gadis, yang berusaha bertahan sambil menahan rahang sang singa untuk tidak mengoyak tubuhnya.
Kaki sang gadis mengincar dan. Singa itu melompat merasakan sengatan di buah zakarnya. Andrea berlari berguling memungut senjata, sambil menghindari terjangan singa itu.

Ketika singa itu kembali menerjang, Andrea sudah siap. Ia membungkuk dan...
Auman kekalahan menandai tusukan pedang yang menghujam jantung sang singa...

Andrea mengangkat pedangnya, namun tak ada sorak gemuruh...

Reflex, Andrea mengelak dan sabetan kampak itu lewat tipis di samping tubuhnya, rambutnya sedikit terpotong.
Andrea berusaha menghindar sebisanya hingga ia terdesak di dinding arena, hantaman kampak lawannya, membuat tangannya sedikit pegal menahan gempuran itu.

'Pelacur..., kamu harus mati... mati.... mati....!'
Suara itu....,
Goresan di pipi menyadarkan Andrea
'Aku tak rela kalau dia kau rebut... kau harus mati....!'
Serangan itu membabi buta, hajaran, tinjuan, tendangan silih berganti menghampiri tubuh Andrea yang sudah begitu lemah dan banyak kehilangan darah akibat cakaran singa.

Namun ia terus bertahan, terlebih kini ia memiliki kesempatan untuk membalas sakit yang diberikan penyerangnya...
Maka Andrea berusaha sekuatnya untuk menghindar dan berusaha bangkit, hingga ketika Andre melihat kesempatan itu datang....

Pedang Andrea terpental oleh terjangan kampak itu...
Ia kini tanpa perlindungan....
Penyerangnya mengeluarkan pekik kemenangan dan menyerbu Andrea dengan deras...

Penyerangnya terkejut ketika ternyata Andrea memang sengaja melepaskan pedangnya...
Ia terkejut ketika Andrea bergerak memutar menghindar kampaknya, ia tak percaya ketika tangannya terkunci hingga Andrea bisa melolosi kampaknya, lalu ....

Gemuruh kemenangan akhirnya pecah ketika Andrea mengangkat tinggi kepala Susi yang terpisah dari badannya yang menggelepar seperti ayam baru disembelih...

Ia sudah menang.....
**********

Arman sedang duduk menontong ulang pertarungan itu melalui home theatre di villa megahnya, bunyi hisapan rakus dan gumaman di selangkangannya membuatnya bahagia.
Gadis itu sendiri merasa bahagia.

Andrea merasa bahagia, bisa kembali melayani tuan-tuannya yang kini nampak makin bernafsu padanya. Terlebih ketika kulit mulus tanpa cacadnya sudah kembali dengan bantuan profesor maniak, juga kemontokan tubuh jessica biel nya, yang makin terjaga. Bahkan di buat permanen oleh professor itu.

Dan kebahagiaan gadis tu bertambah ketika Arman berkata padanya....
'Mereka adalah calon budak kita yang baru... sudah saatnya kamu jadi nyonya....'
Mata Andrea berbinar antara gembira dan sadis... Pandangan yang membuat Arman bernafsu dan langsung meneytubuhi Andrea dengan brutal.

Andrea mengikuti hentakan Arman dengan birahi tinggi sambil membayangkan hukuan bagi budaknya...
'Hmmm... siapakah yang cocok jadi budakku?' gumam Andrea dalam hati sambil menikmati entakan penis Arman di vaginanya yang kemudian diikuti satpam di anusnya dan tukang kebun di tenggorokannya..
'Luna Maya? Aura Kasih? Kinaryosih? atau.......'

Raungan orgasme keempatnya membuat persoalan itu terlupakan.... setidaknya untuk sesaat.

End